***
"Lho kok kesini?" Tanya Faye bingung, setelah sadar ternyata Adit membawanya pulang.
"Katanya mau pulang. Gue juga ngajakin makan bareng kan, ya udah sekalian." Jawab Adit enteng. Setelah ia selesai memarkir mobilnya.
"Maksud lo?" tanya Faye lagi, masih belum mengerti maksud Adit mampir ke apartemennya.
"Masakin. Gue laper pengen indomi." Balas Adit sambil melangkah menuju apartemen Faye setelah lift terbuka.
"Astaga. Nggak bisa masak indomi, atau alesan doang biar bisa masuk apartemen gue." Sindir Faye sambil membuka pintu. "Tunggu, kebetulan stok indomi gue habis, lo beli dulu sana." Cegat Faye saat Adit hendak mengikutinya masuk.
"Oke oke. Gue beli dulu. Mau nitip apa lagi?" tawar Adit sambil menghela napas pelan.
"Minum, terserah lo mau apa deh."
Alasan. Hanya alasan Faye saja agar Adit tidak melihat kekacauan yang telah ia buat kemarin malam. Karena pulang terlalu larut, bahkan bisa dibilang pagi Faye jadi lupa berberes dan meninggalkan barang-barang tidak pada tempatnya. Apalagi tadi pagi ia hampr terlambat, membuat setumpuk piring kotor, baju kotor berserakan, dan bahkan rak sepatunya berantakan dan sebagian sepatunya berceceran di depan pintu.
Kacau. Parah. Faye mengambil napas dalam dan mengeluarkannya dengan keras. Dalam waktu sesingkat-singkatnya ia harus bisa menyelesaikan kekacauan yang ia buat ini.
***
Adit kembali dengan sekantong kresek penuh berisi mi instan dan beberapa minuman soda kesukaan Faye. Kata Faye sih, biar kayak drama-drama korea, makan ramen sambil minum beer. Yah, versi Faye diubah sedikit menjadi indomi rebus dua bungkus per orang plus soda kaleng lima ribuan.
Menunggu Faye membukakan pintu, Adit berniat menelepon Faye daripada terlalu sering menekan bel pintu yang justru mengganggu tetangga. Tak lama kemudian Faye membuka pintu, terlihat sekali raut muka lelahnya. Padahal ini baru pukul dua siang.
"Lesu banget, habis beres-beres ya?" tebak Adit bercanda.
"Hm.. lo si datang tiba-tiba. Barang gue tadi semrawut banget." Jujur Faye. Ia malas mencari alasan.
"Beli soda banyak banget? Mau mabok soda apa." Gerutu Faye sesaat setelah memeriksa belanjaan Adit. Selayaknya istri yang mengecek apakah suaminya membeli sesuai kebutuhan atau tidak. Astaga, apa-apaan pikiran Faye ini, sadar saja tidak.
"Kata lo, pengen kayak di drama korea itu, makan mi sambil minum, terus si cewek sempoyongan, pipinya merah, terussss..."
"Mesum lo pasti mikirnya. Mending lo nonton tv atau pergi aja deh dari hadapan gue. Kalo nggak, indomi yang gue masak gue habisin semua." Ancam Faye, daripada ia terus mendengar Adit mengoceh dan malah ikut-ikutan membayangkan apa yang dikatakan Adit. Kan bahaya, bisa-bisa ia yang kalah duluan karena ngaku duluan. Eh. Emang Adit juga punya perasaan yang sama apa dengannya. Lagian, Adit kan sukanya Faye pas dulu jaman-jaman culunnya mereka.
Sudahlah. Lebih baik menghadapi kenyataan yang benar. Tidak baik terus terjebak dalam mimpi indah, tapi ujung-ujungnya menyakiti hati. Yaelah, sejak kapan Faye menjadi baperan seperti ini. Pasti efek kemarin malam ia begadang membaca wattpad.
"Oi, ngelamun aja lo. Tuh mi nya udah mateng." Kata Adit sedikit berteriak karena mendengar luapan air yang menumpahi kompor dan mengenai apinya.
"Ha. Oh iya, gue lupa kalo lagi masak." Jawab Faye santai sambil mematikan kompor. Ia lalu menyajikan mi dan membawanya ke depan tv. Lebih enak makan mi sambil menonton.
"Ambilin minumnya sono." Suruh Faye setelah ia meletakkan nampan berisi dua mangkok mi di meja depan sofa.
"Iye bawel."
"Oh iya Dit, emang lo nggak balik lagi ke kantor?" tanya Faye setelah menelan suapan pertamanya, saat Adit datang membawa dua kaleng soda.
"Lah lo aja nggak balik kantor, gue ikutan." Balas Adit santai.
"Kok bos gue parah amat, ngikut-ngikut bawahannya bolos." Sindir Faye.
"Lah, bawahan gue kok kurang ajar amat, diajak ke kantor sama bosnya malah nolak, niat bolos lagi." Balas Adit, sambil berdecak malas.
"Kan udah gue bilang, hari ini gue ngurus anak magang. Toh, urusannya udah kelar."
"Ya kan, kalo ada butuh mendadak bisa langsung selesai Fa. Kalo lo nggak ada, kan kelarnya jadi lama."
"Mana ada urusan mendadak sama staf macam gue Dit. Elah.."
"Ya, kalo gue lagi bosen kan bisa tuh gangguin lo."
"Apa-apaan coba. Emang gue apa lo bisa digituin seenak udel."
"Fa, Faye."
"Lo, ngerasa nggak sih?"
"Lo kok susah amat ya peka." Lanjut Adit, karena Faye tak kunjung membalas. Menatap saja enggan.
"Masak lo nggak ngerasa kalo gue selalu ngintilin lo."
"Masak lo nggak ngerasa aneh sama sikap gue?"
Faye diam. Masih betah menatap mi yang tersisa sedikit di mangkuknya. Entah sejak kapan, ia bisa merasakan napas Adit. Tangan Adit sudah memegang pipinya, perlahan menariknya sehingga mata mereka saling melempar tatapan. Faye merasa pipinya panas, dan sudah bisa ditebak pasti pipinya semerah tomat.
Adit masih diam, ingin sekali membekap bibir mungil Faye yang belepotan kuah mi. Ia perlahan mendekat, menempelkan hidungnya di hidung mungil Faye. Kontras sekali dengan hidung mancungnya.
"Fa."
"Hm"
"Gue ternyata masih suka sama lo."
***
pict from pinterest
KAMU SEDANG MEMBACA
KETEMU!!
Genç Kız EdebiyatıFaye, si pekerja tanpa henti itu terancam dideportasi dari keluarganya karena tak kunjung menikah. Di usianya yang menginjak 28 tahun, perempuan berparas asli jawa itu masih betah menyendiri di apartemen sempitnya. Gara-gara ia terancam dilangkahi...