14

1.2K 37 2
                                    

Akhirnya UAS dah selesai yayy! Here's two chapters for you guys! <3

***

CAL POV

Pukul 3 pagi, pintu kamarku terbuka.

I'm not a heavy sleepy jadi begitu kurasakan sesuatu bergerak, aku terbangun. Aku hampir menjerit dan berpikir bahwa aku akan mati tapi degup jantungku memelan begitu kulihat si bajingan Styles lah yang muncul.

Dia tampak kacau. Kelihatannya dia baru saja pulang dari club tetapi tidak semabuk biasanya. Matanya berkilau menatapku di kegelapan.

Harry tidak menyusup masuk kedalam selimut dan memeluk tubuhku. Kami bergeming depan posisinya yang hampir menindihku. Rasanya aneh. Ada apa dengan bajingan ini? Biasanya kami tidak menghabiskan waktu lama untuk saling menggerayangi begitu kami menyentuh kasur. Tetapi dia hanya berbaring disebelahku dan ketika kupikir dia tertidur, bibirnya mengecup leherku dengan lembut.

"mau merokok?" tawarku. Mataku berat oleh kantuk.

Kami berjalan disepanjang trotoar kompleks, menghisap rokok kami pelan-pelan. Awalnya tidak ada yang mengatakan apapun, yang membuatku merasa agak aneh tetapi tenang karena... entahlah. Mungkin aku sedang berusaha menebak apa yang sedang dipikirkan Harry saat ini, mengapa dia begitu aneh.

"apa kau bertemu Luke hari ini? Atau Zayn?" tanyanya akhirnya.

"bukan urusanmu." Aku mengangkat bahu.

Harry tidak mengatakan apa-apa lagi. Sungguh aneh. Biasanya dia akan langsung menyalak agar aku tidak berbicara seperti itu padanya.

Aku menghela nafas. "tidak, aku tidak bertemu dengan mereka."

Hening lagi.

"bajingan aneh." Aku tertawa dingin.

Harry menghisap rokoknya dan mengepulkan asap dari sela-sela bibirnya perlahan, dan kami menontonnya menghilang di udara.

"apakah seharusnya tadi pagi aku mengejarmu?"

Aku meliriknya. "untuk apa?"

"entahlah. Wajahmu kelihatan sangat aneh tadi, membuatku berpikir."

"akhirnya kau menggunakan otakmu, dia hampir berkarat dan penuh debu."

Harry menyunggingkan senyum kecil sebelum kembali menghisap rokoknya.

"tolong jangan sakiti Ray." Ucapku pelan, menatap ujung Converse putihku.

Kurasakan tatapan Harry membakar sisi wajahku.

"aku tahu aku bajingan tetapi aku tidak akan diam saja ketika perempuan lain menderita." Aku mengangkat bahu. "dan Ray sepertinya out of your langue sekali, Haz, jadi aku mengatakannya untuk kebaikan kalian berdua. Bukannya aku cemburu," aku memang cemburu, tolol, pikirku.

Harry menginjak puntung rokoknya dan tiba-tiba lengannya melingkar di pinggangku, menarikku menempel pada tubuhnya. Kami terhenti ditengah trotoar, setengah berpelukan, sementara wajahku bersembunyi di tirai ikalnya. Wangi lemon membanjiri penciumanku dan aku mengecup singkat pipinya.

Kami kembali kerumahku tak berapa lama kemudian dan menanggalkan pakaian. Harry menarikku kedalam pelukannya dan menciumku lambat-lambat. Sesekali matanya terbuka dan kami bertatapan dalam gelap.

Tidak ada acara bercinta malam itu (atau pagi itu, terserahlah), kami tertidur sambil berpelukan. Aku biasanya langsung berguling menjauh setelah 1 atau 2 jam tidur berpelukan tetapi kali ini kubiarkan Harry mendekapku. Rasanya menyenangkan tidak saling berbicara kotor untuk sementara waktu.

EnchantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang