17

930 41 12
                                    

RAYANNE POV

Aku tidak pernah membayangkan akan ikut support group manapun. God, aku bahkan tak pernah menduga aku akan masuk ke kantor psikiater. Tapi disinilah aku, setengah gila dan membuat keluargaku cemas setengah mati. Mom kelihatan lebih kurus dan sedih sepanjang waktu. Zayn kelihatan... well, sedih.

Aku sudah bilang kepada Gelula mungkin support groupfor self harm, lebih tepatnya—akan membantu. Maksudku, apa yang akan kau dapat dari sekumpulan orang yang bergantian menceritakan cara mereka menyakiti diri sendiri? Tetapi Gelula bersikeras agar aku mencobanya dan aku boleh angkat kaki dari tempat itu jika aku tidak tertarik.

Aku sudah terlambat satu jam.

"you're gonna be okay, sweety. Akan banyak teman baru." Mom tersenyum dan mengelus rambutku. Kali ini dia yang mengantarku. Zayn mangkir dari tugasnya karena dia tidak pulang semalam, mungkin bermain-main dengan seseorang.

Bertemu dengan orang-orang baru terdengar menakutkan, melihat fakta bahwa aku menutup diri dari dunia luar beberapa minggu ini.

Aku mengangguk dan membiarkan mom menciumku sebelum aku melompat turun dari mobilnya. Aku ingin menunggunya pergi sehingga aku bisa kabur dari tempat itu tetapi sepertinya mom tahu rencanaku dan memutuskan untuk menunggu hingga aku memasuki rumah sialan didepanku.

Aku menghela nafas.

Rumah siapa itupun aku tidak tahu. Ketika Gelula menjelaskannya kepada mom dan aku, aku tidak repot-repot mendengarkan. Aku menatap keujung ruangan, kearah foto laki-laki tua yang rambut keritingnya mengingatkanku kepada Harry. Wajah mereka bahkan tidak mirip.

Sebelum aku sempat mengetuk, pintu sudah mengayun terbuka dan seorang wanita muda muncul dengan senyuman lebar diwajahnya.

"kau pasti Rayanne! Masuklah!"

Aku berusaha membalas senyumannya tetapi bibirku kaku.

Rumah itu bergaya vintage, dengan perabotan antik dan kain-kain pelapis bercorak bunga seperti yang sering kulihat dirumah nenekku. Aku tidak sempat mengamati sekeliling dengan cermat karena wanita itu menggandengku menuju keruang tamunya. Wajah-wajah baru langsung menoleh kearah kami begitu kami melangkah masuk.

"teman-teman, perkenalkan ini Rayanne Malik."

"hai Rayanne." Dengan kompak mereka menyapaku.

"h.. hai."

Wanita itu tersenyum kepadaku. "panggil saja aku Dolly. Nah, kau bisa duduk sekarang,"

Aku menyeret diriku keseberang ruangan dan duduk disalah satu sofa besar, tepat disebelah seorang gadis bertubuh besar yang langsung tersenyum padaku.

Dolly kemudian mulai berbicara tetapi aku lebih tertarik mengamati wajah-wajah baru disekelilingku. Sepertinya kami semua seumuran. Ada sekitar 3 perempuan dan 3 laki-laki. Mereka semua tampak... normal. Terlihat pendiam, tetapi tak ada yang bertampang gila atau semacamnya.

Kemudian tatapanku berhenti kepada seorang laki-laki tepat diseberangku, yang menatapku balik sambil tersenyum.

Dia tidak terlihat seperti Harry.

"Rayanne?" seseorang menepuk bahuku.

"y... ya?"

Dolly tersenyum. "maukah kau berbagi cerita kepada kami?"

"apa?"

"sharing.. kepada kami. It's okay, you don't have to worry about anything. We're here to help you."

EnchantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang