4

4.6K 70 1
                                    

CAL'S POV:

"berhentilah mengembik seperti anak kambing, Hemmings." Aku menaikkan kedua kakiku keatas meja kaca di ruang tamu.

"aku hanya tidak mengerti mengapa kau memilih Harry." Katanya sambil menyalakan rokoknya.

"kupikir kita tidak akan membahas masalah ini lagi, sialan."

"Cuma ingin tahu."

"baiklah." Aku menurunkan kakiku dari atas meja dan berniat menggodanya. Kubuka kakiku beberapa inci, mengelusnya dari ujung sampai pangkal paha dengan gerakan sensual. Kuperhatikan Luke yang menelan ludah. Dasar cowok.

Aku bangkit berdiri dan berjalan pelan kearah Luke, lalu duduk di pangkuannya dengan kedua kakiku mengangkangi pahanya. Kemudian jari-jariku merayap ke kemeja kotak-kotak merah yang kukenakan. Sambil mengigit bibir bawahku, aku membuka kancingnya satu persatu.

"Cal... uh..." gumam Luke, berusaha menatap kearah lain tapi aku tahu kepala sialannya yang kotor itu sudah berpikir yang macam-macam.

"Harry adalah..." bisikku dengan nada sensual di telinganya, sembari menyingkap kemejaku. "teman masa kecilku yang paling berharga. Tanpanya, aku bukan apa-apa."

Mata Luke membelalak ketika aku menjatuhkan kemejaku. Sekarang aku hanya mengenakan BH dan jeans. Kudekatkan dadaku ke wajahnya, menggodanya hingga membuatnya mengeluarkan erangan tersiksa.

Kugoyangkan bokongku pelan, menggoda bagian depan jeans nya yang semakin lama semakin keras. ku pejamkan mataku. Mmm... aku mulai menikmatinya.

"Harry is mine." Bisikku, menambah kecepatan gesekan kami.

"Cal..." Luke menunduk untuk mencium leherku, tapi aku menghindar. "bercintalah denganku."

Aku tersenyum puas. I got him.

"tidak mau." Kataku, dengan sigap bangkit dari pangkuannya dan mengambil kemeja ku yang teronggok di lantai.

Luke menatapku dengan kecewa dan jengkel ketika kukenakan kembali bajuku. Dia mengelus bagian depan jeansnya. Ha! Aku taku dia horny sekali sekarang.

"ayolah. Aku benar-benar menginginkanmu. Kau membuatku horny, kau harus bertanggung jawab."

Aku duduk di kursiku lagi dan meneguk habis bir ku di meja. "pulanglah, Luke. Aku akan ke rumah Harry sekarang."

"Cal—"

"sampai nanti, tampan."

Luke menatapku seperti anak anjing yang hilang, tapi dia tahu acara kami sudah usai. Jadi dia memakai jaket dan menyambar kunci mobilnya, mengecup keningku singkat, dan pergi dari rumahku.

Aku mengamati mobil Luke yang perlahan meninggalkan pekarangan rumahku. Brengsek. Karena kegiatan kami tadi, aku jadi horny sekarang. Mm.. tapi Harry pasti akan menyembuhkannya.

Aku tak membuang-buang waktu lagi. ku ambil tas kecilku dan memasukkan ponsel, dompet, sekotak rokok lengkap dengan pemantiknya, lalu berjalan menuju mobilku di garasi. Aku langsung melaju menuju rumah Harry.

Lamborghini silver Harry terparkir di halaman rumahnya. Sial. Si brengsek itu pasti pulang pagi setelah nongkrong di bar dengan teman-temannya yang juga sama brengseknya.

Aku memarkirkan mobilku di belakang mobil Harry, lalu turun dan menuju pintu rumahnya. Kudorong gagang pintunya sedikit. Tidak terkunci.

Dia selalu lupa mengunci pintu.

"Harry?" seruku. Hening.

"Styles? Apa kau masih hidup?"

Hening lagi.

EnchantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang