Setelah memenangkan 39 kali permainan, akhirnya Camila membereskan UNOnya lalu pulang kerumahnya yang hanya berjarak 10 rumah.
Keesokan harinya, Camila sudah siap dengan kemeja putih yang di masukan ke rok hitam selutut yang membuatnya terlihat seperti junior minta di palak seutuhnya. Tidak lupa Ia mengikat rambutnya dan mengandong tas lalu pergi ke rumah Kordei. Dari mereka masih tk, pasti aja kalo mau kemana mana harus kumpul di rumah Kordei, termasuk pergi sekolah.
Saat sampai, Camila mendengar cekikikan dari kedua sahabatnya yang memakai baju hang out sehari hari.
"Bego," Camila membela diri "elu yang aneh! ke sekola pake baju kek gitu"
Mereka berdua malah ketawa, "eh dek sini sini mau permen gak? Apa gulali pasar malem" goda Becky
"Berisik baki, gue kaya gini disuruh emak" tuntut Camila
Kordei bangkit dari kursinya lalu menarik kemeja Camila yang tadinya dimasukan ke dalam rok lalu melepaskan ikatan rambutnya "Ini lebih baik, ayo!"
Becky, supir mereka dari jaman piraun. Soalnya taun kemaren pas Kordei membeli mobilnya sendiri, Camila kepedean bisa ngendarain mobil, eh pas dicoba, otopet tetangga Kordei diseruduk ampe ancur. Untung bukan punya Lala, eh, untung pemiliknya ga ada jadi Camila bisa kabur. Sedangkan Kordei, dia gak mau jadi supir karena dia ratunya disini.
Mereka masuk lalu menyalakan lagu dari band kesukaan mereka 'PAIPSOS' sampe polumenya penuh. Beberapa menit kemudian mereka sampai di depan tempat yang 3 taun dari sekarang akan jadi rumah kedua mereka, Heavens High School. Becky memarkirkan mobil di tempat yang banyak mobil bagusnya. Sekalian sombhing. Saat mereka keluar, mereka pikir murid murid diluar akan terkesima, tapi yang terjadi malah dari arah kiri, segerombolan cowok krempeng ngelempar telor ke kaca mobil Kordei. Baru sedetik itu teh. Adeuh.
Kordei yang kemarahannya udah tingkat poseidon langsung menarik kedua temannya. "Cowok kerempeng panjul di SMP dulu cuma bisa maen pleidoh" ucap Kordei yang masih berusaha menahan amarahnya.
"Inget say, ini Heavens, guru bahkan gak peduli ada murid yang mati gegara keselek kesemek busuk" ucap Camila
"Oke gaes kita cuma harus masuk kelas secepatnya sebelum cewek picek cebol disana nyeruduk kita" Becky menunjuk cewek itu dengan lidahnya, "bersikaplah biasa, normal, busungkan dada seperti kalian hanya hidup untuk pelajaran mtk"
Di jalan menuju kelas, Camila yang membusungkan dada ratanya melihat kejadian kejadian memengerikan pembullyan di sekolah ini. Ada anak baru kaya Camila yang sungguh sulit dibedakan apakah dia cowok ato cewek soalnya rambut dia panjang tapi dadanya bidang, tapi pantatnya lebih Bagus dari Kordei, tapi dia kumisan. Sulit. Cowok yang bertubuh Bagus di dekatnya sengaja mengeluarkan mustard ke rambut orang yang di omongin tadi dan vanjulnya dia gak nyadar. Camila sungguh berharap agar 3 tahun mendatang dia gak bakal bertemu apalagi ngobrol sama orang tadi.
Akhirnya mereka sampai dikelas. Kelasnya luas dan muridnya pun banyak. Mereka bertiga memilih tempat duduk di tengah kelas karena dibelakang sudah dipenuhi calon calon pembully profesional. Bel berbunyi, guru masuk tepat waktu, tapi kelas masih kaya di pasar. Camila ingat sekarang adalah pelajaran sejarah yang membuat semua orang ngantuk. Si bapa guru bukannya ngomong 'diem' ato apa dia malah memainkan hp nunggu kelas menyadari kehadirannya.
Setelah 15 menit menunggu, akhirnya semua orang diam walaupun terdengar suara kentut lembut dari pojok kelas.
"Selamat pagi semua," ucap pa guru bersemangat "nama saya Edi, saya guru sejarah kalian," hanya beberapa detik hening, kelas rame lagi tapi si bapa terus ngomong. "Sekarang waktunya perkenalan"
Momen ini benar-benar tidak disukai Camila. "Oke pertama dari kanan depan"
Gadis berkacamata yang tingginya hanya 145 cm maju ke depan kelas "hai teman teman" dari kata pertamanya aja Camila sudah bisa menentukan kategori apa dia, "nama aku Sharon Bradison, ayahku punya casino besar di Las Vegas, jadi ya, aku akan membayar berapa pun yang kalian mau untuk berteman dengan ku". Sungguh tragis.
"Sejenis" Camila menyikut perut Kordei
Dan selanjutnya tidak ada yang menarik. Saat giliran Camila, di barisan belakang ada cowok yang terus terusan menatapnya, itu membuat Camila voesink dug sug dug. Setelah selesai, Camila duduk, sesekali memeriksa apakah cowok tadi masih ngeliat ato ngga dan ternyata masih.
Semua sudah maju. Pa Edi melanjutkan omong kosongnya. Saat menceritakan sejarah dirinya membuat anak, seseorang yang riweh dug sug dug membuka pintu. "Kau terlambat" kata Pa Edi
"Maaf seseorang telah mengunci saya di toilet wanita" ucapnya
Seseorang dibelakang sontak meneriaki "pengadu" pada cowok itu. Jika Camila jadi cowok itu, dia pasti bakal bilang 'maaf, tadi keserempet kuda' atau apalah yang tidak akan menimbulkan masalah.
"Baiklah, langsung perkenalkan diri"
Dia membenarkan kacamatanya, "nama saya Shawn Mendes, bisa dipanggil Saun biar gausah monyong monyong" itu seharusnya sebuah lelucon yang membuat cewek cewek cekikikan, tapi saat ini kelas untuk pertama kalinya hening.
"Saya dari Toronto Kanada, dan mendapat beasiswa ke sini" ini baru namanya lelucon. Seisi kelas tertawa. SMP mana yang ngebeasiswain muridnya ke Heavens. Langka langka.
"Kau bisa duduk didepan Shawn" suruh Pa Edi
Shawn mendapatkan tempat duduk yang pas karena barisan paling depan hanya diisi orang berkacamata. Saat duduk, Shawn melihat ke sekeliling lalu mendapat tatapan dari Camila yang merupakan kesalahan besar. Dan saat ini ada 2 cowok vanzoel yang menatapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Heavens | Shawmila
FanfictionCamila, Becky, dan Kordei terpaksa masuk Heavens High School, tempat berkumpulnya orang-orang paling random sedunia. Camila ternyata satu club dengan cowok kesukaannya. Dan tidak disangka sangka mereka mencetak sejarah baru di Heavens.