Rea perlahan mulai tenang dan bisa berpikir jernih setelah Arkan membawanya ke apartement Arkan tentunya dan disitu juga ada Rendi yang turut serta menemani Rea.
Siapapun yang ada di posisi Rea pasti merasakan sakit yang teramat dalam seperti Rea? Ya, kurang lebih rasanya seperti itu.
"Lebih baik?" tanya Arkan sambil memijit kepala Rea dan Rea hanya mengangguk
"Kak Re jangan ceroboh kayak tadi kak. Kakak gak boleh dendam sama orang lain" nasehat Rendi
"Udah Ren... Biarkan Rea tenang dulu" ucap Arkan berkode mata pada Rendi
"Kenapa Papa kamu jahat sama Papa aku? Kenapa dia ninggalin Papa aku gitu aja? Mereka kan saling kenal salah Papa aku emangnya apa?" tanya Rea bertubi-tubi
"Maaf Re... Aku nanti bakal ngomong sama Papa supaya mempertanggung jawabkan perbuatannya" sahut Arkan menyandarkan kepala Rea di dadanya
"Aku dan Rendi masih membutuhkan Papa. Kenapa Papa kamu tega ngambil Papa aku?" tanya Rea menangis pelan
"Re, mungkin takdir Tuhan harus seperti ini. Aku tau, pasti gak mudah buat ikhlas. Tapi yang namanya manusia gak lepas dari cobaan dan setiap orang takdirnya berbeda-beda" ucap Arkan
"Tapi, rasanya aku benar-benar lelah" keluh Rea
"Istirahat lah... Istirahat itu membuat kamu jadi lebih baik" ucap Arkan mencium kepala Rea
Rea memejamkan matanya dan langsung tertidur di pelukan Arkan.
"Diantara kami ber-3 kak Rea paling deket sama Papa jadi memang dia paling terpuruk saat Papa meninggal dan gak bisa terima kenyataan" ucap Rendi pelan
"Ber-3? Bukannya kalian hanya 2 bersaudara saja" tanya Arkan heran
"Satu lagi kakak kami... Namanya Rio Elnanda Hilman... Dia dokter di Sydney" sahut Rendi
"Oh jadi kalian ber-3 saudara... Aku pikir hanya berdua" ucap Arkan baru tau
"Sebenarnya bang Rio ngelarang kak Re kerja tapi kak Re ngotot dan egois. Dia malah cuti kuliah setelah Papa meninggal karena semangat hidup dia Papa" sahut Rendi
"Atas nama Papaku... Aku minta maaf, aku benar-benar gak tau Papaku yang menabrak Papa kalian... Aku pasti bertanggung jawab karena aku juga mencintai Rea" ucap Arkan
"Jangan sakitin kak Re ya bang... Dia agak trauma sih sama namanya cinta-cintaan" sahut Rendi
"Trauma? Memang apa yang pernah terjadi pada Rea?" tanya Arkan agak terkejut
"Ya di selingkuhin mulu bang... Makanya kak Re gak terlalu nanggepin cowok-cowok termasuk abang" sahut Rendi
Arkan mengangguk sambil memandang Rea yang tertidur di dekapannya itu. Dalam hatinya ia berjanji akan selalu menjaga Rea dan melindungi Rea dalam keadaan apapun bahkan Arkan siap pasang nyawa untuk Rea.
🌷
Rea gelisah diantara tidurnya. Ya, sejak Papanya meninggal Rea sering sekali mengalami mimpi buruk. Dan Arkan baru tau bahwa sebegitu menderitanya Rea apalagi ini semua karena Papanya yang menyebabkan Rea jadi seperti ini.
"Pa... Papa" panggil Rea mengigau
"Ssstttss... Tidur Rea" ucap Arkan menenangkan Rea yang gelisah
"Pa, Papa jangan tinggalin Rea Pa... Papa" teriak Rea mengigau gelisah
"Rea... Papa kamu udah di surga... Maafin Papa aku Re udah bikin kamu menderita gini" lirih Arkan memeluk Rea dan mencium kepala Rea
KAMU SEDANG MEMBACA
AWWALUN
RomanceAndaikan aku bukan terlahir dengan nama belakang ini tentu hidupku seperti manusia normal lainnya - Muhammad Arkan Awwalun Bermimpi saja tidak! tapi, ini terjadi padaku yang telah menyandang nama belakang ini - Rea Elnanda Hilman disini akan ku ajak...