Arkan mengajak Rea dan Rendi tinggal di apartementnya karena jelas saja selain khawatir pada Rea, Arkan juga ingin selalu bersama Rea di setiap harinya.
Lagipula walaupun hanya dua kamar apartement Arkan cukup luas dan mewah. Jadi, daripada Arkan tinggal sendirian di apartementnya lebih baik ia mengajak Rea dan Rendi juga karena Arkan juga cukup akrab dengan Rendi adik Rea ini.
"Selamat datang" ucap Arkan membuka lebar pintu apartementnya sambil membawakan barang-barang Rea
"Arkan, gak seharusnya aku tinggal di sini. Apa kata orang nanti?" keluh Rea
"Memang aku peduli apa kata orang?" tanya Arkan tersenyum mendorong pelan Rea masuk ke apartementnya
"Bang Arkan serius nih ngajak Rendi dan kak Re tinggal di apartement ini?" tanya Rendi menoleh pada Arkan yang ada di belakangnya
"Ini kunci kamar kamu Rendi... Kamar kamu yang di sebelah kiri" ucap Arkan memberikan kunci kamar pada Rendi tanpa menjawab pertanyaan Rendi
"Kamar kak Re berarti sebelah kanan? Lalu bang Arkan tidur di mana?" tanya Rendi bingung menggaruk kepalanya yang tak gatal
"Itu masalah kecil... Mending kamu liat aja kamar kamu" sahut Arkan tersenyum
"Ok deh Bang Arkan" ucap Rendi senang dan langsung berbelok ke sebelah kiri
"Lalu kamu tidur di mana?" tanya Rea menatap Arkan
"Rea sayang, kamu jangan pikirin aku. Aku di sofa juga bisa... sama Rendi juga bisa sih" sahut Arkan memegang kedua pipi Rea
Arkan mendekatkan wajahnya kearah Rea, namun, Rea yang sudah paham apa yang akan dilakukan Arkan langsung menahan dada Arkan walaupun memang jarak mereka bisa dikatakan cukup dekat.
"Arkan" tegur Rea menahan Arkan
"Kenapa?" tanya Arkan
Rea menggeleng dan menunduk membuat Arkan sedikit menaikkan wajah Rea agar Rea menatapnya.
"Kenapa?" tanya Arkan lagi
"Aku takut kamu jijik sama aku" sahut Rea menggeleng pelan
"Aku juga pernah melakukan dengan sebelum kamu... Mana mungkin aku jijik" ucap Arkan paham maksud Rea
Rea memejamkan matanya beberapa detik dan menceritakan pada Arkan bahwa sebelum dengan Arkan ia pernah berciuman dengan mantan pacarnya lalu karena alasan bosan mantan pacarnya meninggalkannya dan Rea takut Arkan juga begitu.
"Rea... Rea kamu itu polos sekali. Mana mungkin aku jijik sama kamu hanya karena kamu pernah ciuman sama mantan kamu Re" ucap Arkan setengah tertawa
"Kenapa kamu ketawa?" tanya Rea bingung
"Ya, aku baru tau kalau ada perempuan polos seperti kamu Rea... Pemikiran kamu sedikit kolot... Aku rasa ciuman adalah hal yang wajar dilakukan sepasang kekasih" sahut Arkan tersenyum
"Aku pernah ciuman sekali sama mantan aku dan aku gak polos" sahut Rea menggeleng
"Rea... Rea kamu memang punya pemikiran yang kolot ya ternyata... Baru ciuman saja kamu sudah gelisah, kalut gak karuan kayak cewek yang udah lepas virgin" ucap Arkan setengah tertawa melihat kepolosan Rea
"Kamu apaan sih bahas begituan" ketus Rea memukul dada Arkan
"Aku bukan laki-laki yang berpemikiran kolot Rea... Aku mencintai kamu tanpa alasan jadi aku menerima apa yang ada di dalam diri kamu" sahut Arkan tersenyum
KAMU SEDANG MEMBACA
AWWALUN
RomanceAndaikan aku bukan terlahir dengan nama belakang ini tentu hidupku seperti manusia normal lainnya - Muhammad Arkan Awwalun Bermimpi saja tidak! tapi, ini terjadi padaku yang telah menyandang nama belakang ini - Rea Elnanda Hilman disini akan ku ajak...