Rea

126 12 0
                                    

BAHAGIA.

Kata itu cukup mewakilkan perasaan Rea saat ini. Rea bahagia karena mencintai Arkan, Rea bahagia karena selalu bersama Arkan, Rea benar-benar bahagia karena seorang Muhammad Arkan Awwalun yang berhasil membuatnya merasa yakin saat ini.

"Morning calon istri" sapa Arkan memeluk Rea dari belakang

Rea menoleh tersenyum dan Arkan langsung saja mengecup bibir Rea.

"Ekhemm...ekhemm kasian nih nyamuk" tegur Rendi berdehem melihat kakaknya dan calon abang iparnya itu

"Hehe lupa... Pikir Rendi masih ngebo" sahut Arkan nyengir

"Mana mungkin mahasiswa kedokteran ngebo" ucap Rendi cemberut sambil meminum segelas susunya

"Re, kamu ngasi Rendi sarapan cuma sereal doang?" tanya Arkan heran

"Kan praktis... Aku sama Rendi emang sarapan ini dari dulu" sahut Rea sambil memegang gelas susunya

"Mana kenyang Re" keluh Arkan langsung mengeluarkan isi kulkasnya. "Rendi, kamu kuliah jam berapa?" tanya Arkan

"Jam 10 bang" sahut Rendi

"Hmmm... Masih sempat" ucap Arkan melirik jam dinding yang baru menunjukkan pukul 7 pagi

"Ya ampun kak betapa so sweet loe ya... Punya pacar pandai masak... Duh, kalo gue jadi cewek beuuhhh klepek-klepek deh kayak ikan" ucap Rendi jail

"Lalu mati terus di goreng gitu" sahut Rea kesal

"Ya ampun kak loe emang PMS tiap hari ya? Bang Arkan, kak Re ngambek mulu" keluh Rendi mengadu

"Nanti kalo abang cium juga ilang ngambeknya" sahut Arkan jail

"Apaan sih?" ketus Rea memutar bola matanya kesal

Arkan dan Rendi hanya tertawa karena berhasil menjahili Rea yang mereka anggap tukang ngambekan. Sambil Arkan membuatkan sarapan untuk mereka ber-3 pagi ini karena tau sendiri? Rea tidak pandai memasak apapun kecuali air dan mie instant yang menurut Arkan sangat miris sekali jika kepandaian Rea hanya itu saja sebagai perempuan.

Arkan sangat jago memasak menurut Rea padahal laki-laki. Ya, Rea jelas kagum pada Arkan kekasihnya ini.

30 menit kemudian Arkan selesai membuatkan mereka sarapan walaupun sederhana yakni bubur dan ayam goreng.

"Nah ini baru kenyang kak" ucap Rendi

"Errgghhh!!!" kesal Rea mengepalkan tangannya di depan Rendi

"Kakak abisnya gak bisa masak apa-apa. Mie... Mie... Mie mulu bang Arkan aja bisa. Bang, ajarin kak Re masak dong" ucap Rendi dengan santainya menikmati bubur buatan Arkan

"Dasar tukang makan! Itu masih panas bodoh" umpat Rea kesal

"Udah Re, adek kamu jangan di marahin" tegur Arkan tersenyum

"Dia suka ngeledek aku di depan kamu. Aku kan malu" sahut Rea cemberut

"Kan aku udah tau... Jadi gak masalah" ucap Arkan tersenyum

Tak lama Rendi pun sudah menghabiskan semangkuk bubur itu dan buru-buru berpamitan pada Arkan dan Rea.

"Kak, Bang... Rendi ke kampus dulu ya. Mau ngerjain tugas di perpus soalnya" pamit Rendi menyalami Arkan dan juga Rea

"Yaudah hati-hati" sahut Rea

"Bang, awas loe macem-macem sama kak Re ya... Gue cincang loe sampe mampus. Jangan keseringan pacaran mulu bang... Dosa" pesan Rendi mengedipkan matanya jail pada Arkan

AWWALUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang