Arkarea

123 14 0
                                    

Rea merasa Arkan terlalu cepat melamarnya. Ya, setiap perempuan pasti merasa ada keraguan walaupun itu hanya sedikit.

Jika diyakinkan. Ya, Rea akan yakin pada Arkan tapi jika Arkan tidak ada di sampingnya beberapa jam saja Rea kembali ragu dan takut Arkan hanya main-main saja padanya.

"Hei" tegur Arkan mengejutkan Rea yang melamun

"Astaga... Aku baru tau kalau kerjaan sampingan kamu itu ngejutin orang" keluh Rea menoleh

"Kenapa ngelamun sih?" tanya Arkan tersenyum duduk di meja kerja Rea

"Gak papa" sahut Rea tersenyum

"Kamu belum jawab lamaran aku Re dari seminggu lalu Re... Kamu tuh kenapa sih?" tanya Arkan serius

Rea menghembuskan napas kasar dan menatap Arkan di depannya. "Ya, kita baru aja jadian" sahut Rea sebenarnya tak tau harus bicara apa lagi

"Lalu kenapa Re? Toh, niat aku serius dan aku udah yakin kalau kamu adalah tulang rusuk aku" tanya Arkan menggenggam tangan Rea

"Aku butuh waktu Arkan... Aku mau pernikahan itu sekali seumur hidup" sahut Rea pelan

"Aku juga ingin pernikahan itu hanya sekali seumur hidup Re... Dan makanya saat aku yakin... Aku langsung ngelamar kamu" ucap Arkan

"Arkan... Tapi aku gak bisa masak, aku gak bisa beres-beres... Aku belum bisa apapun. Aku takut kamu kecewa sama aku" sahut Rea menggeleng

"Rea... Aku akan menjadikan kamu istri aku bukan asisten aku Re... Aku akan membimbing kamu, mengajari kamu apapun... Semuanya... Segalanya" ucap Arkan menatap Rea lembut

"Apa orang tua kamu setuju sama aku?" tanya Rea

"Mereka pasti setuju kok sayang. Kamu tenang aja deh" sahut Arkan tersenyum

"Tapi, aku dari kalangan biasa... Apalagi orang tua aku udah meninggal... Aku anak yatim piatu" keluh Rea pelan

"Rea, itu bukan masalah sama sekali Re. Kamu tau kan kalau perusahaan Awwalun juga lagi dalam masalah dan gak sejaya dulu... Aku yang justru khawatir jangan-jangan kamu ragu sama aku karena takut aku gak bisa menghidupi kamu" ucap Arkan

"Bukan gitu Arkan" sahut Rea menggeleng

Rea tak kuasa menjelaskan segala kekhawatirannya pada Arkan kekasihnya ini. Bahkan kalau bicara pun rasanya Arkan tak akan pernah mengerti pikir Rea gelisah.

"Seandainya aku bukan terlahir dengan nama belakang ini pasti hidup aku seperti manusia normal lainnya Re... Tapi, aku sudah terlahir seperti ini dengan nama belakang Awwalun... Aku gak bisa bebas seperti manusia normal lainnya... Teman main aku hanya Adam, Anindya, Villan, Seira hanya itu... Sulit aku jelasinnya Re" keluh Arkan menggeleng

"Seharusnya kamu merasa beruntung dan bersyukur Arkan. Kamu hidup dalam kelimpahan dan kemewahan" sahut Rea

"Tapi, hati aku kosong selama ini jadi apa gunanya kemewahan jika aku yang menjalaninya hampa?" ucap Arkan membelai pipi Rea. "Dengan kamu, hidup aku merasa berarti dan berwarna" sambung Arkan

"Hidup kamu dan hidup aku berbeda" sahut Rea

"Justru akan jadi sempurna dari dua orang berbeda yang menjadi satu" ucap Arkan

Rea memejamkan matanya dan menggeleng. Ia tau Arkan mencintainya tapi ini masalah status sosial dan pasti keluarga Awwalun tidak mau sembarangan untuk menjadi bagian keluarganya itu.

AWWALUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang