Ara

493 12 0
                                    


Sudah lima belas menit aku menunggu di depan pagar rumah ini. Kalau bukan karna menunggu Salwa sahabatku, aku tidak akan mau seperti ini. Membuatku merasa kaya supir yang lagi nunggu majikannya siap-siap. Menyebalkan, aku tidak tahan lagi dan mengeluarkan handphone yang ada di saku kemeja sekolahku. Mencari nama Salwa dan menelfonnya. Aku sudah menyiapkan omelan ke salwa kalau dia menjawab telfonku.

Tapi Salwa tidak menjawab panggilanku, sebelum aku sempat mengulang menelfonnya lagi, pintu depan samping mobilku terbuka dan Salwa masuk dengan tampang cengar-cengir sambil menyodorkan roti bakar padaku. Kampret nih anak, gimana aku mau marah kalau disogok pakai makanan kesukaan kaya gini? Niat awal yang mau nyemprot Salwa akhirnya tidak jadi. Salwa yang tadinya hanya cengar-cengir tidak bisa menahan tawanya karna melihatku memakan roti bakar yang dibawanya, dia memang paling tau cara meredam emosiku.

Aku bingung kenapa Salwa bisa dengan mudah mengerti aku, padahal kami baru saru minggu berteman. Sejak hari pertama masuk SMA Kesatuan dan mengetahui di kelas mana aku akan belajar tiap harinya, ah membayangkan aku harus belajar di tempat yang tidak ku suka membuatku malas. Bukan karna SMA Kesatuan tidak bagus, hanya saja aku menginginkan tempat yang jauh lebih bagus dari ini.

Saat memasuki kelas baruku, aku melihat sudah banyak anak-anak yang sepertinya akan menjadi teman sekelasku. Beberapa memperhatikanku dengan senyum dibibir, beberapa sepertinya tidak memperhatikan karna ada yang sedang mereka kerjakan. Aku berjalan ke meja ketiga yang ada dipojok kelas, meletakan tasku di kursi paling pojok dan segera duduk. Baru kira-kira tiga menit aku duduk, seorang cewek menggunakan bandana pink berdiri disebelah meja ku.

"Kosong?" aku tau maksudnya dia bertanya tentang bangku disebelahku.

"Kosong" aku menjawab dengan singkat, aku tau kalian pasti mengira aku judes kan? Mungkin kalian benar, tapi hey ini bukan mau ku. Aku juga tidak tau kenapa aku seperti ini jika bertemu dengan orang baru. Aku sudah siap kalau cewek disampingku ini menganggapku galak dan jadi enggan ngobrol dengan ku.

Tai kalian tau, cewek itu malah menghadap ke arah ku yang disampingnya dan mengulurkan tangan. "Salwa?" katanya sambil tersenyum hangat.

Melihatnya sepertin itu membuatku itu tersenyum "Ara, Kinara Azizah" jawabku sambil menjabat tangannya.

"Lengkap amat jawabnya" kata Salwa sambil tertawa. Kenapa dia tertawa? Kan tidak ada yang lucu, apa karna nama ku aneh? Tapi kayanya ngga deh, namaku normal normal aja kok.

"Lo kenapa ketawa?" aku tidak tahan untuk bertanya

"Nggapapa sih, tapi lo jawab pake nama lengkap gitu. Padahal kan gw ngga nanya"

Iya juga, kenapa aku pake myebutin nama lengkap segala ya? Dan saat menyadari itu, aku juga tidak bisa untuk tidak ikut tertawa bareng Salwa.

Dan dengan itu aku langsung dengan mudah akrab dengan Salwa, dan karna kami satu meja, itu membuat kami semakin akrab dan seperti tidak dapat dipisahkan. Salwa dapat dengan mudah mengerti aku tanpa aku harus mengucapkan apa mau ku. Seperti saat ini, dia tau aku tidak sempat sarapan agar bisa menjemputnya jadi dia membuatkan roti bakar untuk ku. Untung Salwa paham, kalau tidak bisa-bisa aku ngomel sepanjang jalan sambil kelaparan dan meminta untuk di traktir. Membayangkan itu membuatku berfikir kalau aku jadi benar-benar mirip supir yang kelaparan gara-gara ngga digaji majikan.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai kesekolah, karna memang rumah Salwa dekat dengan sekolah. Setelah menemukan tempat parkir yang oke dan memarkir mobilku dengan cantik, aku berjalan menuju kelas sambil menengok kebelakang karna Salwa masih ngaca di spion mobilku. Dasar centil tuh anak "Sal cepetan, udah mau bel" aku teriak mengingatkan. Saat aku kembali meliat ke depan tiba-tiba wajah ku membentur sesuatu yang keras dan hangat. Aku mengangkat wajahku untuk melihat apa yang ku tabrak tadi.

Ara & SalwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang