Ara

62 4 0
                                    

Aku terpaku melihat Salwa dan Topan berdiri didepan kelas, dan aku rasa mulutku kini menganga karna melihat Topan mengangdeng tangan Salwa. Aku mengumpulkan kesadaranku, meletakan buku tulis sejarah yang tadi sedang aku genggam karna tadi niatnya ku mau menyontek tugas yang lupa kukerjakan.

Aku menghampiri Salwa dan Topan didepan pintu kelas "Sal?" hanya satu kata itu yang keluar dari mulutku. Kalian jangan bilang aku lebay karna bersikap seperti ini, tapi kejadian ini memang benar-benar langka. Salwa sahabatku ini tidak pernah terlihat dekat dengan cowok, tapi sekarang Salwa menggandeng salah satu cowok paling populer disekolah.

"Udah sampai kelas Pan, thanks ya" setelah Salwa mengucapkan kalimat itu, dia melepaskan genggaman tangan Topan dan ganti menggandeng tanganku.

"Nanti pulang gw antar lagi ya Sal" kata-kata Topan membuatku kembali melongo. Sebenarnya apa yang terjadi antara Salwa dan Topan?

Semalam saat menelfonku, Salwa hanya memintaku untuk bertanggung jawab atas apa yang sudah aku lakukan padanya. Jika aku jadi Salwa, aku tak akan ngomel ke orang yang menyebabkan aku dekat dengan Topan seperti ini, justru aku akan berterima kasih padanya. Kalau perlu aku akan mentraktir orang itu makanan yang paling enak.

Aku baru sadar dari rasa heranku saat bel berbunyi dan Pak Gani yang selalu tepan waktu sudah mulai melihatku dan Salwa dengan pandangan bete karna kami masih saja berdiri didepan pintu kelas. Dipandang seperti itu membuatku langsung kabur dan duduk dibangkuku, Salwa juga melakukan hal yang sama.

"Bapak absen dulu ya" Pak Gani mengucapkan kata-kata itu dengan suara beratnya sambil tetap memperhatikan kami semua murid-muridnya. Aku juga memperhatikan Pak Gani saat beliau mengabsen.

Tapi perhatianku terganggu saat Rani, teman sekelasku yang duduk dibarisan paling depan terus berbisik memanggil ku.

"Apa sih Ran?" aku menyahut sambil melotot ke Rani, kan bahaya kalau gara-gara dia manggil terus dan aku jadi tidak sadar kalau namaku di panggil Pak Gani.

"Buku lo" Rani balik melotot ke arah ku sambil seperti ingin melempar buku yang dipegangnya ke arahku.

Aku baru sadar kalau buku yang di pegang Rani itu adalah buku ku. Aku hanya bisa nyengir ke Rani "hhehe thaks Ran. Oper dong" aku bicara dengan Rani dengan nada berbisik karna Pak Gani sudah mulai mengabsen murud-murid di kelas.

Ara menuruti dan mulai mengoper buku ku ke teman yang ada diangku belakangnya, buku ku terus berpindah tangan sampai akhirnya tiba di tanganku.

"Kinara Azizah" aduh gawat, Pak Gani tau kalau aku dari tadi tidak memperhatikannya. Mati deh gw.

"Kinara Azizah hadir ngga?" kalimat Pak Gani itu membuatku sadar kalau Pak Gani memanggilku karna dia sedang mengabsen namaku, bukan karna dia tau apa yang sedang aku lakukan.

"Hadir Pak" kataku sambil mengacungkan tangan.

"Lain kali langsung jawab kalau Bapak absen" Pak Gani menatapku sekilas dan kembali melanjutkan kegiatan mengabsen siswa-siswa lain.

Huh selamat, tumben Pak Gani tidak ngomel. Biasanya dia bakalan langsung 'ceramah' dengan suara yang bisa terdengar sampai kekelas sebalah, dan mengatakan bahwa anak tersebut tidak menghargainya sebagai guru karna tidak memperhatikan ketika dia berbicara.

Dan setelah itu, jika 'ceramah' dirasa belum cukup, Pak Gani akan memberikan 'hadiah' yaitu berupa berdiri dilapangan sampai jam mengajarnya selesai. Aku bersyukur dalam hati karna guru ini hanya menatapku.

"Karna bapak sudah selesai absennya, jadi kita lanjut ke materi ya anak-anak" Pak Gani memulai pelajaran hari ini.

Sekitar sepuluh menit Pak Gani menjelaskan tentang materi yang ada dibuku paket. Aku mendengarkan sambil terkantuk-kantuk karna udara pagi ini masih sangat sejuk.

Ara & SalwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang