Jangan lupa votenya ya, selamat membaca
***
Byuur
Ara menepis tangan Putri keras sehingga air yang tadinya sudah siap mengenai Salwa justru mengenai seragam Putri.
Sebelah alisnya naik saat melihat wajah murka Putri "Apa lo? Mau marah?" tantangnya
"Lo! Baju gw basah sialan!" Putri menunjuk wajah Ara dengan emosi memuncak
"Oh ya? Yaampun kasian" kata Ara sambil sok terkejut, padahal dia sendiri yang membuatnya seperti itu
"Tanggung jawab lo!" bentak Putri
"Kalau gw ngga mau?" balas Ara nyolot
"Gw laporin lo ke opah gw" keluarlah jurus andalan Putri. Kalimat yang membuat kebanyakan siswa takut dan akhirnya menuruti perintahnya
Tapi sayang sekali, itu tidak berlaku untuk Ara
"Sayang banget gw bukan cucu yang punya sekolah ini" kaya Ara dengan wajah muram "Tapi gimana jadinya ya kalau opah lo itu tau kalau cucunya ini suka nge-bully murid lain?"
Wajah Putri merah padam, perpaduan antara menahan kesal dan takut yang menjadi satu. Entah bagaimana awalnya, opahnya dan Ara bisa saling kenal. Bahkan opahnya juga yang meminta agar Ara satu sekolah dengannya
Kasih sayang opahnya terbagi saat Ara datang, dan Putri tidak suka itu.
Bukan sekali dua kali dia mencoba menjauhkan Ara dari opahnya, tapi sampai hari ini usahanya sia-sia.
Dan kali ini dia kembali gagal mendapatkan kesenangan karna Ara mengganggunya. Tangannya mengepal kuat menahan emosi, Putri ingin sekali bekas tangannya berbekas di pipi Ara. Tapi itu tidak dapat dia lakukan karna memikirkan resiko bisa saja opahnya tau, jadi Putri memilih pergi
"Mentang-mentang cucu yang punya sekolahan" Ara mengepalkan arahnya ke Putri yang sudah berjalan menjauh
"Udah ah, orangnya juga udah pergi" Salwa menahan tawa melihat ekspresi kesal temannya itu
"Ngga usah ketawa lo. Hampir disiram pocong mumun malah cengar-cengir" ekspresi kesal itu berpindah ke Salwa sekarang
"Biarin, lagian kan gw nggapapa" jawab Salwa ringan
"Nggapapa pala lo pitak! Lain kali lawan kalau si mumun ngajak ribut. Kalau perlu lo yang ngajak ribut duluan"
"Ajaran sesat" Salwa geleng-geleng kepala dan berjalan meninggalkan Ara yang masih mencak-mencak dibelakangnya
***
"Ngapain njing tengah hari lu disini" Bima menggunakan topinya saat sampai di rooftop sekolahnya sambil membawa tas Rasya yang dia tinggalkan begitu saja di kelas tadi
"Berjemur, biar makin mirip bule" jawabnya masih sambil tiduran di sofa bekas yang masih layak pakai
"Najis" Bima melempar tas yang dia bawa ke pemiliknya. "Di tanyain Bu Ratna tuh tadi pas dikelas. Ngajarnya ngga kaya biasanya, dikit-dikit ngeliatin bangku lu mulu"
Rasya tidak begitu peduli dan masih asik memejamkan matanya
"Eh kutil ini gw lagi ngomong, lu jangan diem diem bae" Bima berasa lagi ngobrol sama tembok kalau gini.
Akhirnya Rasya bangun dari tidurnya, bukan karna Bima yang ngedumel tapi karna wajahnya sudah terasa perih karna terlalu lama menghadap langit di tengah hari seperti sekarang
"Kalo gw jadi lu, udah gw pacarin si Bu Ratna" kata Bima sambil bersandar di sofa dan mengeluarkan rokok dari saku celana " Kenapa ngga lu ladenin aja si? Cewek cakep gitu lu cuekin"
"Ngga minat gw sama tante-tante. Hii serem" bahu Rasya bergidik lebay
"Emang mata lu juling sampe bisa bilang Bu Ratna serem" Bima geleng-geleng. Guru yang sedang mereka bicarakan adalah masuk dalam guru muda dengan wajah diatas standart. Sudah menjadi guru saat masih kuliah, pintar sudah jelas Ratna miliki.
Dan guru muda tersebut jelas menunjukan ketertarikan pada Rasya, tapi sepertinya cowok itu tidak menunjukan hal yang sama
"Ngapain sama tante-tante kalau dede dede gemes lebih bikin deg-degkan" sahut Rasya sambil menuju pinggir rooftop. Pandangannya menunduk mencari seseorang disana. Dan senyum terbit ketika menemukan apa yang dicari "Sini lu"
Menuruti Rasya, Bima mendekat dan melihat ke arah yang sana. Terlihat seorang cewek dengan tas ransel berjalan melewati lapangan sendirian.
Rambutnya tergerai indah, langkah gadis itu begitu yakin. Wajahnya cantik tapi sedikit ketus "Pantesan lu ogah sama Bu Ratna. Ternyata udah ada yang diincer" Bima harus akui, gadis yang Rasya tunjukan memang menarik
Bu Ratna bukannya kalah cantik, tapi gadis itu terlihat berbeda.
"ARAA"
Bima reflek menutup telinga saat tiba-tiba Rasya berteriak keras disampingnya sambil melambai ke bawah. Teriakannya mengundang perhatian para siswa yang ada, termasuk gadis yang sedang mereka perhatikan tadi
"AI LOP YU" teriak Rasya lagi
Gila, temannya ini sudah gila. Sekarang mereka jadi pusat pethatian gara-gara ulah Rasya. Terdengar tawa dari arah siswa laki-laki yang masih bergerombol di lapangan, ada juga pekikan serta teriakan histeris dari cewek-cewek yang mupeng ke sahabatnya yang ganteng tapi sableng ini
Sedangkan Ara yang menjadi tujuan Rasya merespon dengan meletakan jari telunjuknya di kening sambil berucap "Gila" dan melanjutkan langkahnya keluar gedung sekolah mereka
Bima manatap takut ke Rasya, baru saja dibilang gila sama gebetan tapi malah cengar-cengir.
***
"Lu berdua ade gw, yang akur! Gw masukin neraka lu pada kalo ngga nurut"
Laki-laki itu bangkit dari tempat tidur masih dengan badan berkeringat, tidurnya terus terganggu dengan mimpi yang sama
Rasa bersalah yang terus bertambah setiap harinya membuatnya tidak bisa lagi tidur nyenyak bahkan disaat sudah lewat tengah malam seperti sekarang
Memikirkan seseorang yang masih belum terusik dari komanya, memikirkan bahwa dirinyalah yang menyebabkan itu semua terjadi membuat Topan tidak bisa tenang
Dirinya sudah menyebabkan seseorang meregang nyawa, dia berniat untuk meminta maaf dengan menuruti keinginan penyelamatnya itu dengan cara kembali rukun dengan adik sang penyelamat
Namun kenapa rasanya sulit sekali
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara & Salwa
RomanceBagaimana jika kalian harus memilih antara sahabat atau cowok yang kalian suka? Mana yang kan kalian pilih? Ara dan Salwa dihadapkan dengan pilihan itu, mereka harus memilih mempertahankan persahabatan yang telah mereka miliki, atau memilih untuk be...