Aku memperhatikan Salwa yang sudah berada diboncengan motor Topan, itu membuat aku iri setengah mati. Salwa benar-benar beruntung, dia bisa dapat perhatian Topan tanpa harus berusah payah, dan bodohnya cewek itu, dia tidak tau kalau Topan itu cowok idaman banget. Aku masih terus memperhatikan punggung Salwa sampai motor yang ditumpanginya dan Topan menghilang dipertigaan jalan.
Ah sudahlah, aku tidak boleh terus berdiri dipinggir jalan sambil maratapi nasibku yang tak seberuntung Salwa. Aku berjalan kembali ke dalam parkiran sekolah, dan hampir saja meninggalkan sekolah kalau saja tidak ku lihat Rasya sedang jongkok disamping motor sportnya. Sepertinya cowok itu tengah merutuki motornya karna ban motor cowok itu kempis.
Aku sangat ingin membiarkan cowok itu bersama motornya yang kempis, tapi entah kenapa kok rasanya berat banget ya. Aku terdiam di dalam mobilku untuk beberapa saat, memikirkan apa yang harus aku lakukan. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk keluar dan menghampiri Rasya, "Mogok?" tanyaku basa-basi.
Rasya mengangkat kepalanya menatapku "Bukan, kempis. Kayanya ada yang iseng deh sama gw"
"Masa? Siapa?" kali ini aku bertanya serius.
"Kalau gw tau, gw ngga bakalan disini. Gw udah seret tuh orang dan suruh dia niup ban gw sampe balik kaya semua" Rasya berkata sambil menunjuk ban motornya.
"Sadis banget lo" aku geleng-geleng kepala
"Salah dia duluan, kenapa cari gara-gara sama gw" kali ini Rasya sudah berdiri dihadapanku "Kok lo belum balik?"
"Ini juga udah mau balik" aku menunjuk mobilku yang terparkir tak jauh dari posisi ku dan Rasya.
"Gw nebeng lo ya Ra. Gw males banget kalau harus nunggu taxi, kelamaan" kata Rasya dengan tampang memelas, aku curiga dia Cuma akting biar aku kasian. Dan aku akui, kali ini Salwa benar. Rasya kok jadi ganteng ya kalau lagi pasang tampang kaya gitu. Bikin hatiku luluh dan tak bisa menolak permintaannya.
Tapi aku hanya akan mengakui itu didalam hati, tidak didepan orangnya kaya gini, jangan harap!
Aku melemparkan kunci mobil ke Rasya dan langsung ditangkap dengan sigap oleh cowok itu "Nyusahin lo" kata ku sambil berbalik dan berjalan duluan ke arah mobil. Aku mendengar Rasya hanya terkekeh dibelakangku sambil berjalan cepat menyusulku.
Sepanjang perjalanan aku dan Rasya sama-sama diam, hanya ada suara dari radio yang menyala dan memutarkan lagu-lagu yang sedang hits. Sampai akirnya Rasya bersuara untuk bertanya dimana tempat tinggalku.
"Komleks Permata" aku menjawab singkat karna tak tau kenapa berdua bersama Rasya seperti ini membuat jantungku tak bisa tenang.
Kenapa aku jadi lebay gini sih, inikan Rasya yang tadi pagi udah bikin gw malu didepan Bu Tari dan temen-temen sekelas. Harusnya kan aku bete sama dia, bukan deg-degan norak kaya sekarang.
Aku masih sibuk dengan lamunanku sampai tiba-tiba mobil menepi dan berhenti. Saat melihat sekeliling aku sadar kalau ini di depan perumahan tempat aku tinggal.
"Kok berenti disini? Rumah lo disini juga?" tanya ku bingung
"Bukan lah, gw nebeng sampai sini aja" jawab Rasya sambil tersenyum padaku, membuat jangtungku makin tak bisa diam. Aku benar-benar norak.
"Kalau ujung-ujungnya gini kenapa lo pake nebeng sama gw?" tanyaku sambil berusaha mengontrol jantungku agar lebih tenang.
"Biar gw tau dimana rumah lo" Rasya berkata sambil mengedipkan sebelah matanya, membuat aku jadi salah tingkah.
"Jangan jadi bengong woy, sini pindah" Rasya keluar dari kursi pengemudi, dan aku segera menggantikan posisinya.
"Lo hati-hati ya, gw tau rumah lo udah deket. Tapi tetep mesti hati-hati, oke" Rasya berkata sambil mengusap kepalaku ringan.
Aku hanya bisa mengangguk untuk menjawab Rasya
"Good girl" kata Rasya, kemudian berjalan menjauh dan menuju halte dipinggir jalan yang berada tak jauh dari gerbang perumahan tempat aku tinggal.
Aku berusaha mengumpulkan kembali kesadaranku dan mengemudikan mobil masuk, menuju rumahku.
Rasya tuh apa-apaan sih, tadi pagi dia sukses bikin aku kesal. Sekarang dia dengan mudahnya membuatku berdebar-debar.
***
Malam harinya aku hanya duduk didepan meja belajar sambil terus memikirkan kejadian tadi siang yang entah kenapa membuatku jadi tak konsen memikirkan atau mengerjaan sesuatu yang lain. Seperti pr matematika dari Bu Tari yang sedari tadi hanya aku pajang di atas meja tanpa ada niat untuk mengerjakannya.
Aku tidak ingin terus memikirkan Rasya, tapi aku tak bisa mengusir dia dari dalam pikiranku. Oke tenang Ra
Tarik nafas, buang.
Tarik nafas, buang.
Tanang oke, Pikirin yang lain aja. Rasya mah ngga penting.
Ponsel ku yang ada di atas buku matematika berdering, dan aku berterima kasih kepada siapa pun yang menelfon karna sudah membantuku melepaskan pikiran dari Rasya dan kelakuannya tadi siang.
Aku melihat nama Salwa, menandakan bahwa sahabatku yang menelfon. Thanks Sal, lo emang paling tau kapan gw butuh lo.
"Kenapa Sal?"
"Nggapapa kok, gw Cuma mau nelfon lo aja. Emang ngga boleh?" Salwa terdengar sewot
"Ya nggapapa, lo lagi bete ya?" aku langsung bertanya, soalnya Salwa tipe orang yang jarang bete, nih cewek tuh tipe yang sabar banget.
"Iya, dan gw bete sama lo!"
"Lah emang gw salah apa sama lo?" tanyaku spontan
"Gara-gara lo gw jadi balik sama Topan. Gw kan ngga kenal Ra sama tuh cowok" Salwa langsung nyerocos, kadang aku lupa kalau Salwa bisa cerewet juga.
"Ya bagus dong, gw aja iri sama lo. Gw mau juga di anter Topan"
"Kalau gitu kenapa tadi ngga lo aja yang pulang sama dia?"
"Ngga bisa lah oon, kan dia ngga ngajak gw" Salwa oon banget deh ah
Untuk sesaat Salwa diam, mungkin sedang mencerna perkataan ku. "Iya juga ya" tuh kan benar kata ku.
"Tapi tetep aja Ra, gara-gara lo Topan jadi nganter gw. Dan tadi dia nganter sampe persis depan rumah, udah gitu sial banget ada nyokap gw didepan. Kan mereka jadi ketemu"
Aku spontan ngakak mendengar omongan Salwa, sekarang aku paham kenapa dia ngomel padaku.
Salwa tuh anaknya alim banget, udah SMA gini belum juga pacaran. Jadi pasti tadi mamahnya Salwa girang banget anaknya diantar pulang oleh cowok buat yang pertama kalinya.
"Gara-gara lo, sekarang nyokap mikir kalau Topan itu pacar gw. Ra tanggung jawab dong lo" Salwa merengek meminta bantuan sekaligus tanggung jawabku
"Gw cape nih dari tadi ditanya-tanya terus soal Topan. Gw mau jawab apaan coba? Gw aja ngga kenal sama tuh orang" Salwa terdengar sangat frustasi. Wajar, sejak kecil Salwa hanya tinggal bersama mamahnya.
Jangan tanya aku kenapa, aku tak akan memberi tau. Biar Salwa sendiri yang memberitau jika memang dia mau.
"Terus gw mesti apa?" aku langsung bertanya to the point. Cape juga denger Salwa merengek kaya anak TK
"Gw juga ngga tau. Masalahnya si Topan pake bilang iya pas ditanya dia pacar gw apa bukan sama nyokap"
HAH!! Wah aku hoki banget si Sawla, bisa-bisanya cowok keren kaya Topan ngaku-ngaku jadi cowoknya
Ya Tuhan aku iri...
Makasih ya yang udah mau ba dan vote ceritaku. Buat kalian yang belum vote, tolong vote ya. Percaya atau enggak, vote kalian bikin aku semangat nulis dan bikin cerita-cerita selanjutnya.
I Love You Gengs
�
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara & Salwa
RomanceBagaimana jika kalian harus memilih antara sahabat atau cowok yang kalian suka? Mana yang kan kalian pilih? Ara dan Salwa dihadapkan dengan pilihan itu, mereka harus memilih mempertahankan persahabatan yang telah mereka miliki, atau memilih untuk be...