Ara

30 4 0
                                    


Jika kalian berfikir aku meninggalkan Salwa dan Topan disekolah tadi, kalian salah. Sekarang aku tengah duduk dibelakang kemudi mobilku sambil menunggu kemunculan dua sejoli itu. Sudah hampir satu jam meraka masih di dalam sekolah.

Aku tau tadi Salwa membawa Topan ke UKS untuk mengobati luka cowok itu, tapi kan luka Topan cuma luka kecil, harusnya tidak selama ini kan. Memikirkan itu membuatku khawatir, aku baru akan turun dari mobil ketika akhirnya dua orang yang aku tunggu dari tadi akhirnya muncul.

Aku melihat Topan jalan dengan canggung disamping Salwa, sedangkan Salwa malah berjalan sambil tertunduk, apa-apaan cewek itu, ngga takut nabrak apa ya tuh anak. Dan saat salwa mengangakat kepalanya, dia langsung menatap kearah mobilku, tepatnya ke arahku.

Seketika wajahnya seperti mendapat sinar flash handphone, terang bener. Aku melihat dia berbicara dengan Topan dan langsung menggalkan Topan begitu saja lalu berjalan ke arah kursi penumpang mobilku dan memasukinya.

"Ngapain lu disini oncom?"

"Jalan Ra"

Lah enak banget nih anak main perintah, dikata gw supirnya kali. Dan aku dengan bodohnya menuruti perintah Salwa dan mulai melajukan mobilku keluar meninggalkan sekolah beserta Topan yang masih berdiri ditempatnya.

Setengah perjalanan ke rumah Salwa, aku tidak dapat menahan untuk bertanya ada apa dengan Salwa yang masih duduk dengan muka merah dan diam saja disampingku.

"Kenapa lu? ditembak sama Topan"

"Iya"

Satu kata dari Salwa sukses membuatku otomatis menoleh kearahnya untuk memastikan ini anak ngga lagi bercanda. Sedetik kemudian aku tau Salwa memang serius, didetik berikutnya aku tidak bisa menahan tawaku untuk meledak.

Untuk pertama kalinya ku melihat wajah Salwa semerah ini, bahkan mengalahkan merah wajahnya saat terpapar matahari saat upacara bendera.

"Lu ditembak cowo cakep kenapa sawan gitu mukanya?" ucapku sambil berusaha menghentikan tawaku.

"Deg-degan Sal, mukanya Topan ganteng banget pas nembak tadi. Gw sampe susah napas, jantung gw kaya mau copot, perut gw mules gitu jadinya. Gimana dong nih?"

Jawaban Salwa malah membuat tawa yang sudah setengah mati ku hentikan malah bertambah.

Untungnya saat itu aku sudah sampai kedepan rumah Salwa, tapi anak itu tidak juga turun dari mobilku dan masih menatapku dengan tatapan memelas.

"Ngapa kaga turun dah lu?" tanya ku sekaligus mengusirnya.

"Bantuin gw jawab dong Ra, gw mesti jawab apa ke Topan?"

"Sal, perasaan kalau jawab soal dari guru-guru lu jago deh. Masa giliran ditanya soal begitu doang sama Topan lu nanya jawaban sama gw"

Mungkin karna aku tidak menjawab pertanyaannya, Salwa masih saja di mobilku dan tetap memandangiku dengan tatapan yang sama pula, melas.

"Gini deh Sal, gw bikin gampang ya buat lo" kataku sambil merubah posisi duduk kesamping memandang Salwa.

"Lo tinggal bilang 'Iya' kalau lo suka, dan bilang 'No, Thanks' sambil kibas rambut terus cabut dari depan Topan kalau lo ngga suka, oke?" tanpa menunggu jawaban aku mengulurkan tangan ke pintu disamping Salwa, melepas sabuk pengaman yang dikenakannya dan mendorongnya untuk segera keluar.

Setelah Salwa turun dari mobilku, aku langsung melajukan mobil ke arah rumah. Tidak butuh waktu lama, karna memang jaraknya tidak terlalu jauh dan keadaan jalan yang sedang bersahabat. Saat harusnya yang aku lihat adalah satpam rumahku sekarang aku malah menemukan cowok dengan jaket hitam dan motor sport yang senada dengan jaket dan helm yang dikenakan.

Aku berusaha mengenali siapa cowok itu saat dia menoleh ke arahku. Aku hentikan mobilku dan mematikan mesinnya, detik selanjutnya aku sadar kalau itu motor Rasya.

"Ngapain lo di depan rumah gw?"

"Nunggu nona rumah dateng dong" jawab Rasya sambil cengar-cengir

"Nona rumahnya sudah ada didepan lo, mau apa?" tanya ku to the point

"Galak amat non, gw cuma mau minta sama lo buat jangan bilang siapa-siapa soal yang lo liat di gudang tadi"

Oh soal itu, "Kenapa emang?" tanya ku sok tak peduli, padahal dalam hati aku penasaran dengan apa jawaban Rasya.

"Bahaya buat lo sama orang yang lo kasih tau"

"Sebahaya apa maksud lo?"

"Sorry gw ngga bisa jawab, makin sedikit yang lo tau makin bagus buat keamanan lo" Rasya mengucapkan itu dengan tatapan yang serius, tidak selengan kaya Rasya biasanya.

"Ngga percaya gw sama lo, paling lo cuma takut gw aduin kan sama guru BP"

Mendengar jawabanku Rasya menggaruk rambutnya dengan tampang frustasi. "Gw serius nih Ra, gw ngga pengen lo kenapa-kenapa, apalagi itu gara-gara gw"

"Idih najis lo, merinding gw denger lo ngomong gitu" kalian tentu tau aku bermaksud bercanda ke Rasya kan?

Tapi sepertinya Rasya tidak mengerti maksudku, dia masih saja tidak bisa tenang. Membuatku sedikit percaya bahwa apapun yang membuat dia dan Topan berkelahi adalah sesuatu yang rahasia dan berbahaya.

Tapi bisa saja itu hanya akal-akalan Rasya aja kan? "Gw ngga percaya kalau lo ngga cerita apa yang bikin lo sama Topan ribut sampe tuh muka bonyok gitu" kataku sambil menunjuk muka Rasya yang memang jadi agak bengkak.

"Duh lo tuh batu banget sih Ra" kali ini Topan agak menjambak rambutnya sendiri

"Bodo amat, udah deh lo ngga usah lebay gitu. Gw juga ngga ada niat buat ngaduin lo ribut sama Topan kok. Dan lo ngga usah khawatir cuma gw sama Salwa doang yang tau soal ini.

Aku melihat sorot khawatir yang jelas di mata Rasya, apa mungkin aku harus percaya bahwa apapun pemicu perkelahian Topan dan Rasya itu adalah sesuatu yang berbahaya?

Ah tidak tidak, jangan gampang percaya sama cowok macem Rasya gini, sesat. Paling dia sama Topan cuma lagi ribut gara-gara rebutan cewek.

Eh tapi tunggu, kalau benar gara-gara rebutan cewek, siapa ceweknya? Setau aku, Topan kan barusan nembak Salwa, masa iya Salwa sih?

"Woi, bengong aja lo" Rasya menepuk tangannya didepan mukaku.

"Ish apasih lo" aku menepis tangan Rasya.

"Lagian tau-tau bengong sambil ngeliatin gw, kenapa? Ganteng ya gw" Rasya berkata sambil menyisir rambutnya ke belakang.

Kampret, kenapa ini orang jadi beneran ganteng sih. Duh sini deh itu rambut biar gw yang beresin sya.

Apa yang aku pikir tadi? Aduh amit-amit jabang bayi gajah. Enggak enggak enggak

"Pede lo. Pulang gih, udahan kan ngomong sama gwnya?" maafin ya kalau kesannya aku jutek, aku ngga mau sampai Rasya tau kalau aku deg-degan cuma karna melihatnya menyisir rambut seperti itu. Norak tau.

"Yaelah Ra, tawarin masuk sama minum dulu kek. Haus ini gw dari tadi nungguin lo"

"Mau minum?" tanya ku

"Mau" Rasya menjawab sambil memasang tampang yang sumpah demi apalah cakep banget. Ya Tuhan kenapa bisa kau ciptakan makhluk secakep ini.

Tapi jika kalian mengganggap dengan senyum saja aku bisa luluh, kalian salah. "Noh lo keluar kompleks terus di kiri ada mini market" selanjutnya aku membuka gerbang dan menyerahkan kunci mobil ke satpam rumahku sambil meninggalkan Rasya yang masih teriak-teriak agar aku membiarkannya mampir dan memberinya minuman

Setengah mati aku berusaha agar tidak menoleh, karna aku tau jika aku menoleh dan melihat tampang Rasya, aku tidak akan tega membiarkannya seperti itu dan ujung-ujungnya akan menuruti keinginannya.

Dan selanjutnya apa? Percuma dong aku sok-sok galak didepan dia dari tadi. Iya kan? Apa yang aku lakukan ini benar kan?

Nyuekin cowok cakep ngga dosa kan ya?


Hula gengs.....

pakabar kalian, berapa lama ngga ketemu? Maafin lama banget updatenya. Semoga kalian tetap suka sama apa yang aku tulis dan tetap nungguin Ara Salwa dan cowok-cowok cakepnya mereka. See ya gengs...

Ara & SalwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang