Jalannya terkesan sedang dikejar sesuatu. Perempuan ini; Sojung, melangkahkan kakinya dengan cepat menuju halte bus. Sialnya, tadi pagi mobilnya rusak, ia terpaksa harus terburu-buru untuk berangkat ke universitas. Namun, bus sepertinya baru akan datang 20 menit lagi.
"Sojung," panggil seseorang dari arah belakang. Ia segera menoleh dan menemukan Jin yang agak sedikit berlari ke arahnya.
"Seokjin?"
"Panggil Jin aja. Kamu kesiangan kan? Sini saya anter."
"Tapi-"
"Udah ayo."
Berakhirlah mereka dalam satu mobil yang sama. Mobil BMW M6 Gran Coupe Exclusive-nya yang harganya berkisar sekitar 4 miliar itu berangkat. Bukan angka yang sedikit, namun bagi seorang Jin harga tersebut masih bisa dia jangkau dengan menjentikkan jari. Berterimakasihlah pada multitalentanya.
"Nanti pulang saya juga yang jemput, jadi jangan khawatir."
"I-iya. Ngomong-ngomong kamu tau di mana saya kuliah?"
"Tau. Abis ini belok kiri kan?"
"Ah iya."
"Oh iya Sojung."
"Kenapa?"
"Saya mau bilang. Sebenernya saya gak seumuran sama kamu. Saya... tiga tahun lebih tua dari kamu."
"HAH?!" Sojung sedikit tersentak dengan ucapan Jin. Dia kira Jin memang benar-benar seumuran dengan dia dan pintar, maka dari itu dia jadi pengusaha muda yang sukses. "Eh, maaf banget saya gak tau."
"Hahaha, santai. Gak usah panik, ngomong informal juga gak apa apa."
"Serius kak?"
"Ya serius.."
"Oke kak."
"Aduh 'kak'. Saya jadi nostalgia Jung."
"Hah? Nostalgia gimana?"
"Kamu bener-bener gak kenal saya, lupa, atau gimana sih?"
"Maksudnya? Saya ga paham.."
"Seokjin Kim. Kak Jin. Jin tomang. Terus kamu, Sowon?"
Sojung terdiam seribu bahasa. Dia menemukan pria ini setelah lama bersyukur terhindar darinya. Entah apa rencana-Nya, mempersatukan kedua musuh bebuyutan dari zaman SMP hingga SMA.
"Kak.. Jin?"
"Iya Sowonku?"
"Gue—gue pengen turun."
Senyum tercetak jelas di wajah Seokjin Kim. Dia makin mempercepat kendaraannya di lalu lintas yang lancar. Membuat perempuan yang di sebelahnya berpegangan kencang pada sabuk pengamannya sendiri. Sojung atau kerap dipanggil Sowon, sangat tidak percaya dengan makhluk yang ada di sampingnya.
"Masih suka sama Joon? Saya temen deketnya sekarang. Dia kerja di perusaan saya, jadi sekertaris. Mau saya kenalin lagi ga?"
"Sialan. Lo masih aja nyebelin."
"Oh Sowonku. Kamu tetep bullyable kok."
"Gue mau nolak pernikahan ini! Titik!"
"Kalau bisa, ya udah. Yang mau sama saya banyak."
"Tenang Won! Tenang!" Sowon mengatur napasnya, lalu menoleh ke arah Jin. Dia sama sekali tidak menyangka, pria yang kelihatannya baik ternyata adalah sosok pria yang selalu mengganggu ketenangan Sowon saat dulu di sekolah.
Walau beda tiga tahun. Namun, Jin tidak naik kelas satu kali pada masa SMP. Katakanlah, dia adalah orang yang berlangganan masuk ruang BK saat itu. Dia selalu mengganggu adik kelasnya, terutama perempuan yang memang dijadikan bahan ledekan seperti Sowon. Bukan karena kekurangannya. Tapi karena kelebihannya. Sowon yang tinggi dan cantik bak model malah dijadikan olokkan oleh Seokjin. Kerap kali dipanggil 'Jerapah' ataupun 'Tiang'.
Hingga akhirnya saat mereka beranjak SMA dan tidak sengaja bertemu kembali, masalah mereka muncul. Ada yang bilang kalau Sowon menyukai Namjoon yang berada satu tingkat di bawah Jin dan merupakan kakak kelas Sowon. Jelas saja, fitnah itu tersebar di tiga angkatan. Membuat Sowon sangat malu untuk sekedar menampakkan mukanya di depan umum. Hingga saat ini, masa SMA-nya yang sangat memalukan masih tersisa walau sedikit dalam dirinya dan ia masih kesal dengan seorang 'Jin Tomang' yang katanya dia adalah sosok penyebar rumor di sekolah.
"Terus jodohnya sama Jin Tomang ya sekarang?"
"Berisik kak!"
Onhold.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intertwine; Kim Seokjin
Fanfiction"Kalau pun kamu mencoba untuk pergi jauh. Tetapi takdir menetapkan kita untuk bersama, kamu akan selalu berdampingan dengan saya."