Boleh minta komen dan votenya?
Soalnya aku berpikir untuk unpublish cerita ini 😟
Thanks before guys! 💖~~
Beijing ramai, tapi Seokjin merasa hampa. Dia menatap jalan yang penuh dengan manusia berlalu lalang dari toko di pinggir jalan. Rasa bersalah kini memupuk dalam diri Seokjin.
Perempuan di depannya tersenyum lebar, "Kamu makin tampan, Jinjie."
"Terima kasih, Xiao. Bagaimana kabar suamimu?"
Senyumnya memudar, raut kesedihan tercetak jelas, "Saya, saya cerai."
"Cerai? Kenapa?" Seokjin mengernyit.
"Saya tidak bisa berpaling dari kamu," Xiao tersenyum miris.
Sebenarnya, Seokjin menolak keras untuk pergi ke Beijing. Namun ayahnya memaksa Seokjin untuk tetap pergi. Tidak ada yang pernah tau hubungan gelap antara Xiao dan Jin. Seorang sekertaris yang pernah mengandung anak Seokjin, namun tidak bisa melahirkan dan menggugurkannya.
Seokjin mengacak rambutnya, frustasi. "Xie, kamu tau saya sudah menikah?"
Perempuan itu menggigit bibir bawahnya, menahan tangis, "Dengan perempuan Aussie itu? Jisoo?"
Kepala Seokjin menggeleng pelan, "Bukan, dia seseorang yang sangat aku damba."
"Siapa lagi kecuali Jisoo? — atau.. kau memang mendamba setiap wanita, Jinjie?" Tanya Xiao gamblang.
Lelaki itu terkejut, sedikit mempertanyakan kebenaran yang keluar dari bibir Xiao. Tapi bukan begitu maksud Seokjin, "Tidak Xie. Dengarkan saya."
Seokjin menghela napas, "Maaf atas pelampiasan yang pernah saya lakukan. Saya tidak pernah memiliki rasa padamu, biarkan ini berlalu Xie. Anggap kita tidak pernah melakukan apapun. Saya sudah mempunyai istri dan saya sangat menyayanginya."
Perempuan berdarah Cina itu berdiri, menggendong kembali tas selempangnya, wajahnya yang putih kini memerah, "Jika memintaku untuk mengikhlaskanmu aku bisa, tapi jika kamu memintaku untuk melupakannya aku tidak akan pernah bisa Jinjie. — Semestinya kamu tau, aku sangat menyayangimu. Melebihi istrimu itu." Lalu pergi meninggalkan Seokjin dalam kesunyian.
***
Sowon memecahkan gelas, untung pemilik kafe ini sahabatnya; Eunwoo. "Maaf!"
"Ya ampun Jungiee! Lo gak apa?" Eunwoo liatin tangan Sowon, terus dia liat juga kakinya Sowon. Perempuan itu cuma diam, menggelengkan kepalanya. "Tolong dong, beresin ini."
"Baik pak." Sekitar dua orang pelayan mengikuti perintah Eunwoo. Sedangkan Eunwoo duduk dengan Sowon di bangku terdekat.
"Lo kenapa?" Tanya Eunwoo, khawatir.
Sowon mencengkram perutnya, "Wooya, perut gue tiba-tiba mual banget dari tadi. —maaf gelasnya gue ga sengaja pecahin, gue nahan mual mau muntah. Perlu gue ganti ga?"
"Gak perlu," Telapak tangan Eunwoo memastikan suhu tubuh Sowon, "Demam, Jungie. Gue anter dokter yuk?"
"Tapi—"
Eunwoo memotong pembicaraan Sowon, "Gue kenal lo dari SD. —Kalau lo mau utang gelas gue lunas, lo ke dokter, gue tau jelas lo ga sehat, gue anter."
Pemaksaan yang Eunwoo lakukan berhasil, mereka sekarang berada di rumah sakit terdekat kafe. Kini Sowon tengah berhadapan dengan sang dokter.
Sang dokter tersenyum lebar, "Wajar ini pak, namanya ibu hamil. Oh iya, selamat ya!"
Eunwoo melirik Sowon, terkejut. Namun perempuan ini diam. Membeku. Jauh dari alam sadarnya.
Hamil? H a m i l? Gue hamil?! Gue bakal jadi ibu?
Sowon mengusap perutnya, menatap lamat perut tipisnya yang ternyata sudah terdapat 'manusia kecil' di dalamnya."Saya bukan suaminya, saya temannya. —Menginjak berapa bulan dok?" Tanya Eunwoo.
"Oh! Maafkan saya pak.. usia kandungannya dua bulan," jawab sang dokter. "Banyak-banyak istirahat ya bu? Kecapekan bayinya kasian, kalau mau olahraga jangan keseringan. Makan juga harus dijaga, selamat sekali lagi atas kehamilannya bu!"
===
Sore itu, Sowon memutuskan untuk pulang. Sungguh dirinya bagai zombie. Pikirannya terlalu menumpuk dan dirinya terlalu terkejut. Sowon tidak menyangka akan menjadi seorang ibu.
Pintu terbuka, suara ibunya terdengar nyaring di depan pintu. "Sowon sayang! Mama kangen!"
Senyum tipis tercetak di sudut bibirnya. Ia masuk diikuti instruksi ibunya untuk duduk dan minum teh buatan mba.
"Maa..." Sowon menunduk.
Sang ibu mendekat, menyisir rambutnya, "Kenapa hm?"
Sowon menitikkan air matanya, lalu perlahan menangis hingga terisak.
Ibu Kim kewalahan. Dia bingung, semua hal negatif tertera di pikirannya secara tiba-tiba, "Seokjin apain kamu ha?! Kamu kok nangis?! Dia bikin kamu sakit!? Sowon?!"
Sedikit mengangkat kepalanya, Sowon tersenyum dalam tangisannya, "Mama —hiks! bakal punya cucu!!!"
Di detik itu juga, semua ramai jadi perbincangan. Kedua keluarga sudah tau, namun Sowon meminta ini dirahasiakan. Jangan sampai Seokjin tau. Ia ingin mengejutkan suaminya.
Onhold.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intertwine; Kim Seokjin
Fanfiction"Kalau pun kamu mencoba untuk pergi jauh. Tetapi takdir menetapkan kita untuk bersama, kamu akan selalu berdampingan dengan saya."