1.6

1.1K 121 4
                                        

"Berani ngapin gue memang?"

Seokjin tersenyum miring mendengar pertanyaan bodoh yang dilontarkan oleh sang istri. Ia mengulurkan tangan untuk menggapai pinggang ramping dihadapannya. Menarik lalu memeluknya hingga jarak tak disisakan oleh keduanya.

"Saya suami kamu. Saya bisa apa-apain kamu."

Debarang jantung Sowon tak terkendali. Kedua tangannya kini berusaha melepaskan diri, namun apa daya tenaga lelaki pasti lebih besar. "Lepas."

"Kalau saya gak mau, gimana?"

"Gak usah macem-macem deh! Lepasin gue!"

Dahi Seokjin mengerut. "Tadi kamu nanya, saya berani ngapain kamu? Baru saya giniin aja kamu udah panik." Tangan Seokjin melepas Sowon, "Mandi sana, kamu bau."

"Resek lo!"

***

Rambut hitam panjang milik Sowon digulung asal ke atas. Matanya fokus pada layar laptop di hadapannya. Kemudian terdengar helaan napas panjang dari sebelahnya. Sowon menoleh.

"Perusahaan saya kena masalah," ujar Jin langsung tanpa perlu ditanya. "Saya besok harus langsung kerja."

"Oh, terus?"

Mereka berakhir di atas kasur karena tidak ada yang mau mengalah untuk tidur di atas sofa. Sowon membatasi wilayahnya dengan wilayah Jin. Ia tak masalah satu tempat tidur selama Jin tak melakukan hal aneh kepadanya.

Mata Jin akhirnya bertabrakan dengan Sowon, "Ya siapa tau kamu mau jalan-jalan sama suami tampanmu ini."

Sowon memutar matanya, jengah. Ia kembali pada pekerjaannya yang belum selesai. "Gak ada yang mau juga."

Jin tertawa kecil, lalu menatap Sowon di sebelahnya. "Kamu lagi apa itu?"

"Ngerjain tugas desain buat kelulusan nanti."

"Oh."

Keduanya kembali pada pekerjaan masing-masing. Hingga akhirnya Sowon terdiam, mengingat sesuatu. Ia menatap Jin, "Tadi—" ucapannya terpotong saat iya berpikir dua kali. "Eh gak jadi deh."

Jin mengerutkan dahinya, sedikit tidak suka ucapan yang digantung oleh Sowon, "Biasain kalau ngomong itu diselesain."

"Gak jadi."

Di dalam kepala Jin, ia sedang mereka ulang kejadian sebelumnya hingga ia menemukan apa yang mungkin Sowon katakan kepadanya. "Kamu mau nanya kenapa tadi waktu upacara pernikahan saya nolak cium kamu?"

Tanpa basa-basi Sowon mengangguk. "Iya. Mama sama papa juga bingung. Kenapa lo ga mau cium gue."

Benda yang dipegang oleh Jin, ditaruh di atas nakas. Ia tertawa kecil lalu menatap Sowon. "Saya tau, kalau saya cium kamu. Kamu pasti bakal ngoceh sekarang."

"Iya sih. Tapi tadi bikin semua orang curiga tau gak. Disangka kita kawin kontrak."

Lagi-lagi Jin tertawa, "Ya, urusan kita sih kalau itu. Kenapa kamu khawatir sama ucapan orang lain?"

Sowon bergidik bahu, "Yaa.. gue gak khawatir. Cuma kasian aja sama mama papa."

Badan Jin berhadapan langsung dengan Sowon, matanya menelisik Sowon penuh, "Yakin kasian sama mama papa doang?"

Tatapan Sowon menantang Jin, "Ya emang mau apa lagi?"

"Siapa tau kamu juga kasian sama diri kamu sendiri."

"Buat apa? —EH!"

Pergelangan Sowon ditarik menjauhi laptop. Badan Jin dibiarkan berguling di bawah Sowon. Kedua tangan Sowon menumpunya agar tidak jatuh dan berbenturan dengan Jin. Tangan Jin menahan kedua pergelangan tangan Sowon.

Pergantian posisi seperti itu sangat cepat, bahkan hanya dengan sekali kedip.

Jin menatap Sowon dengan senyum miring di bibirnya.

"Mau ngapain sih lo?!"

"Kamu tebak aja. Kira-kira mau ngapain?"

Dengan cepat kilat, tangan Jin beralih ke lengan Sowon lalu menariknya ke bawah hingga jarak wajah mereka hanya tersisa 3 cm.

"Saya kasian sama kamu, belum pernah di cium."

Setelah ucapannya, Jin menarik tengkuk Sowon. Menempelkan bibirnya pada bibir Sowon.

Mata Sowon terbelalak, ia hendak menjauhkan diri dari Jin. Namun, Jin menahan tengkuknya dan melumat lembut bibir Sowon.

Onhold.

Intertwine; Kim SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang