2.8

875 112 23
                                    

Vomentnya jangan lupa ya.
Miris bgt tau ga liat yang baca sm yang dukung jauh bgt bedanya.

~~

Sowon menghela napasnya, mengapa semenyebalkan ini? Seokjin malah sibuk di kantor, padahal istrinya sedang dalam masa mengidamkan hal yang tak masuk akal.

Ia memilih menelpon Eunwoo, "Temenin ayo."

"Kemana sih?"

"Mau jajan di depan SD kita yang dulu Woo."

"Susah ya temenan sama bumil. Yaudah gue otw, lo siap-siap deh."

"Okay komandan!"

***

Sowon terkekeh, terlalu gembira karena akhirnya apa yang ia mau akan tersampaikan. Lagipula kafe Eunwoo sedang damai, makanya dia bisa antar perempuan ini kemanapun dia mau.

"Pengen beli telur gulung sama minuman yang bubblegum."

Eunwoo mendecak pelan, "Emang boleh jajan sembarangan?"

Sejenak perempuan itu berpikir, "Kayaknya boleh deh."

"Engga boleh! Kita jajan yang lain aja deh ya atau masak sendiri? Lebih sehat ketimbang jajan di depan—" belum Eunwoo menyelesaikan kalimatnya, Sowon merengek. Kebisingan memenuhi mobil.

Daripada tambah pusing, Eunwoo akhirnya menyetujui ucapan Sowon. Sekitar 15 menit mereka berjalan, mobil di belakang Eunwoo tetap mengikuti.

"Won, itu di belakang kenapa ngekorin mulu ya?"

"Hah?" Sowon menoleh ke belakang dan mendapatkan mobil sedan berwarna hitam. "Loh, iya. Itu bukan Wooseok sama Guanlin deh kayaknya."

Eunwoo mengernyit, "Siapa?"

"Penjaga apartemen gue, Woo. Gak tau tuh kenapa bapak Jin yang terhormat manggil banyak banget penjaga. Salah satu dari mereka kali." Sowon kembali menghadap depan.

Mata Eunwoo kembali melihat kaca spion mobil, penasaran. Hal yang paling disyukuri setelah melihat kaca spion, ia membanting stir mobil ke kanan. Sowon otomatis berjengit, namun tak lama suara tembakan terdengar.

"Astaga itu apa?!"

"Tembakan. Mereka bukan bawahan suami lo." Ujar Eunwoo sedikit bergetar.

"Hah?!" Mobil dilajukan dengan kecepatan di atas batas rata-rata. Baru pertama kali Eunwoo melajukan mobilnya dengan kecepatan 100km/jam.

"WOO! MEREKA SIAPA?"

"Teman lama."

"Apa?!"

"A murderer."

Sowon membulatkan matanya, ia merasa ketakutan. Sangat ketakutan. Tangannya perlahan mencari ponsel dan menekan tombol satu dimana langsung tersambung dengan Seokjin.

Sedan berwarna hitam terus menerus mengejar mereka, tidak berani menembakkan senjata karena sedang di tengah keramaian.

Panggilan tersambung, Sowon berbicara sambil terisak ketakutan. "Ada yang ngikutin aku!"

Intertwine; Kim SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang