Sudah lima jam Sowon menunggu di dalam ruangan besar bernuansa gelap milik Seokjin tanpa ada siapapun di dalamnya. Ia merasakan kantuk sangat berat. Hingga akhirnya ia benar-benar tertidur di sofa sambil memeluk dirinya sendiri.
***
"Joon, lembur gak apa-apa kan?"
"Gak apa-apa."
"Saya harus anterin Sowon pulang, nanti jam tiga saya ke sini lagi."
Seokjin keluar dari ruangan IT setelah melihat perkembangan yang lumayan bagus. Mereka dapat meretas kembali sistem keamanan sang hacker. Ia merasa sangat lelah, tangannya mengusap leher yang terasa berat sambil memutar sedikit kepalanya.
Tak lama berjalan, ia sampai dan berada tepat di depan ruangannya. Pintunya di buka perlahan, matanya mengedarkan pandangan untuk mencari sang istri.
Rasa lelahnya seperti hilang begitu saja, menatap Sowon yang tertidur dengan lelap di sofanya.
Ia mendekati sang istri secara perlahan. Jas hitamnya ia lepas untuk menyelimuti badannya yang kecil. Kepalanya di angkat lalu ia taruh di atas pahanya. Sowon menggeliat sebentar, lalu menangkap tangan Seokjin untuk di genggam dalam tidurnya.
Seokjin tersenyum kecil, menatap wajah Sowon yang sangat menggemaskan, "Sampai kapan kamu bodoh? Kapan kamu bakal sadar kalau saya suka sama kamu?"
Lelaki itu menghela napas, percuma juga mengatakan ini saat Sowon sedang lelap dalam tidurnya. Sowon tak akan mendengar ucapannya. Lagi pula walaupun Sowon sedang sadar, dia pasti menganggapnya sebagai candaan.
***
Sowon menggeliat. Dia merasakan ada bantalan yang mengganjal di lehernya, jas yang menyelimutinya, dan tangan yang ikut menggenggam dirinya. Ia mendongak, menemukan lelaki itu tertidur.
Entah apa dan kenapa, jantung Sowon berdegub lebih cepat dari biasanya.
"Gue gila kali ya? Masa gue degdegan liat curut kayak lo?" Ledek Sowon. Dia perlahan bangkit, tak mau membangunkan suaminya.
Sowon merapikan rambutnya, lalu menatap Jin yang bersender dengan lelah pada sofa. Ia tersenyum kecil, "Tapi so sweet juga sih. —Eh? Apaan sih gue. Cih, sok-sokan naro kepala gue di atas paha lo, pas bangun juga paling lo kesemutan."
Suasana kembali hening, Sowon malah tertawa kecil, "Gila ya gue ngomong sendiri."
Ia beralih menatap tangannya untuk melihat jam. Pukul 2 pagi dan masih agak ramai di kantor ini. Jujur saja, Sowon sangat lapar sekarwng. Lagi pula saat diajak makan malam oleh Seokjin, Sowon menolak keras-keras karena alasan Seokjin baru saja meledeknya. Intinya, Sowon gengsi.
Tangannya mengusap pelan perutnya, ia menghela napas panjang. Lalu bersender kembali pada sofa. Pukul 2 pagi, restoran mana yang buka? Sebenarnya ada, tapi agak jauh dari lingkungan kantor Jin.
Ia berdiri lalu berjalan perlahan ke depan pintu. Langkah kakinya membawa ia menyusuri lorong-lorong kantor milik Jin hingga berhenti di depan lift. Ia menekan tombol untuk turun ke bawah. Ia lapar, maka dari itu ia ingin memeriksa keadaan kantin.
Tak selang lama, lift pun berdenting. Pintunya perlahan terbuka. Sowon yang sedang menunduk untuk memeriksa bawaannya, sekarang mendongak tatkala ia mendengar suara yang sangat tidak asing di telinganya.
"Sojung?"
Sepatu hitam yang mengkilap, diikuti celana kain hitam, kaus putih dibalut dengan kemeja hitam. Seorang lelaki tampan yang sangat Sowon kenal.
"Seungcheol?"
Pemilik perusahaan IT terbesar S corps yang juga merupakan mantan terindahnya.
Onhold.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intertwine; Kim Seokjin
Fanfiction"Kalau pun kamu mencoba untuk pergi jauh. Tetapi takdir menetapkan kita untuk bersama, kamu akan selalu berdampingan dengan saya."