Jeritan melengking keluar dari bibir Sojung setelah menutup wajahnya dengan bantal. "SEBEL!" Tambahnya setelah menjauhkan bantal dari wajah.
Ia meremas bantal lalu memukulnya berkali-kali, "Dasar nyebelin! Kenapa sih dia ngomong gitu di depan Namjoon?! Gila banget! Padahal itu udah cerita lama, tapi kenapa masih terus dia ungkit?"
Tak lama, Sojung menjatuhkan punggung badannya ke kasur. Menghela napas dengan kuat. "Calon suami mana yang kayak gitu sama calon istrinya? Padahal ganteng! Ish! Tapi nyebelinnya gak ketampung."
Sekarang ia termenung diam, memikirkan bagaimana pernikahannya esok. Sangat tidak etis ketika menikahi seseorang yang ia kutuk berkali-kali.
***
Orangtua dari kedua belah pihak bertemu lagi. Mereka menatap anaknya dengan bahagia. Sojung juga di sini, namun dia tidak banyak berkutik. Hanya sesekali mengangguk lalu mengucapkan terima kasih.
"Gugup ya?" Tanya Seokjin
"Gak."
"Diem aja dari tadi."
Sojung melirik sinis, "Emang ga boleh?"
Alih-alih menjawab, Seokjin malah tertawa kecil menatap Sojung mengerucutkan bibirnya. Tak selaras dengan riasan tipis dan balutan gaun putih di tubuhnya. Ia sangat cantik hari ini.
"Kenapa ketawa? Ada yang lucu?"
Kepala Seokjin menggeleng pelan, "Harusnya kamu seneng, bisa nikah sama saya. Enggak diem aja kayak gini."
Merasa ucapan Seokjin tidak masuk akal, Sojung mendecak pelan lalu menghela napas panjang. Ia memutuskan untuk duduk menjauh dari Seokjin. Lelaki yang dulu; hingga sekarang sangat ia benci, kini menjadi suami yang akan menanggung hidupnya.
***
Ruangan dengan nuansa gelap dan pemandangan menuju kota membuat Sojung terkesiap. Ia memutari kamarnya sambil menyentuh benda-benda yang berada di dalam, apapun itu. Seokjin mengikuti pergerakan Sojung, bibirnya tersenyum kecil.
"Suka?" Tanya Seokjin yang dijawab anggukan tanpa suara.
Kaki jenjangnya berhenti di hadapan kaca transparan, menunjukkan suasana ramai di kotanya. Cahaya bulan memasuki kamar tersebut. Bintang-bintang terlihat indah dari sana. Seokjin tau, perempuan itu sangat menyukai hal-hal indah seperti ini. Ia berjalan mendekatinya lalu berdiri di sebelahnya.
"Indah banget," ujar Sojung tanpa beralih menatap langit.
"Ada yang lebih sederhana tapi sangat indah buat saya," celetuk Seokjin membuat Sojung mengernyit bingung. Ia menoleh, menatap Seokjin penuh pertanyaan. Secara otomatis bibirnya berkata, "Apa?"
Lagi pula perempuan ini tidak mengerti, apa benar ada yang lebih indah dari hal sederhana seperti ini? Langit diciptakan dengan bintang yang bertabur di atas sana, bulan yang menyapanya, dan warna langit yang sangat mendukung indahnya kota malam ini. Sesederhana itu gambaran langit, tapi sangat indah untuk ditatap.
Seokjin beralih menatap Sojung yang masih setia menunggu jawabannya. Ia menghela napasnya, lalu mengeluarkan isi pikirannya saat ini dengan sangat yakin.
"Kamu."
Satu kalimat yang berhasil membuat sang pendengar berdiri mematung. Namun, ia tertawa kecil, berusaha mengikis semua perasaannya. "Jangan bercanda. Gue gak bakal tiba-tiba suka sama lo dan terima pernikahan ini gitu aja. Gue juga gak mau tidur sekasur sama lo."
"Kenapa? Takut saya apa-apain?"
"Berani ngapin gue memang?"
Onhold.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intertwine; Kim Seokjin
Fanfiction"Kalau pun kamu mencoba untuk pergi jauh. Tetapi takdir menetapkan kita untuk bersama, kamu akan selalu berdampingan dengan saya."