Perempuan itu duduk, tersenyum canggung di hadapan lelaki tampan. Tangannya sesekali memainkan sumpit. Matanya menjalar, memperhatikan setiap inci restoran mewah yang sedang ia tempati.
"Apa kabar?"
Suara lembut nan berat, menjadi ciri khas Seungcheol yang dapat membuat beberapa wanita tergeletak dan berteriak histeris. Namun berbeda dengan Sowon, ia selalu tak bisa berkata-kata saat menatap wajahnya.
"Baik. Kamu?"
Seungcheol mengangguk, tersenyum manis, "Tidak, setelah aku mendengar kabar burung."
Dahi Sowon mengernyit, bingung. Apa yang membuat Seungcheol sang bijaksana nan tegar tidak baik-baik saja?
"Kabar burung?"
"Iya."
"Tentang?" Sowon masih penasaran.
"Seorang CEO yang menikahi mantan pacarku."
Pikiran Sowon melayang bebas. "Mantan pacarmu?"
Seungcheol menghela napas, lalu menatap manik mata Sowon, "Iya. Kamu."
Seakan nyawanya masih belum terkumpul, Sowon makin kebingungan. "Aku?"
"Sudahlah lupakan. Mungkin kabar burung itu benar."
Pikiran Sowon mencoba untuk mengupas apa yang dibicarakan oleh Seungcheol. Ia termenung, diam untuk beberapa saat. Hingga akhirnya ia menyimpulkan suatu kemungkinan yang dirasanya tidak mungkin.
"Maksud kamu, kabar burung tentang aku dan CEO Kim Seokjin?"
Alih-alih menjawab, Seungcheol malah membuang wajahnya. Tidak ingin terlihat lemah di hadapan Sowon.
Saat pertanyaan akan keluar dari bibir Sowon, seorang pelayan datang membawa senampan makanan.
"Nikmati makanan dan waktu kalian."
***
Kondisi canggung sepanjang perjalanan membuat Sowon tidak berani untuk menoleh sedikitpun pada Seungcheol. Mereka kembali ke kantor Seokjin dengan perut yang lebih baik dari sebelumnya.
Saat hendak melangkahkan kaki ke dalam ruangan bernuansa gelap, sebuah tangan besar menepuk pelan bahu Sowon. "Dari mana?"
Badan Sowon berbalik, agak terkejut melihat suaminya sudah terbangun dalam keadaan rapi. Namun, pertanyaan Seokjin tak dijawab Sowon saat Seungcheol dengan sigapnya menghampiri Seokjin.
"Hey. Kau butuh bantuan?" Tanya Seungcheol tanpa basa-basi sekalipun. Seokjin mengangguk, "Iya, kurasa kau harus melihat keadaan di ruang IT. Kau darimana? Telat satu jam."
Sowon menyela, "Nganter gue makan. Tadi gue laper banget. Jadinya beli makan di luar."
"Kamu? Sama Seungcheol?"
Sowon mengangguk, menjawab pertanyaan Seokjin. "Ya gitu deh. Gue masuk ya, mau tidur cantik lagi. Dah."
"Sowon," panggil Seokjin tanpa dihiraukan, Sowon melenggang ke dalam tanpa ada beban.
***
Sebenarnya Sowon bukan seseorang yang pemberani. Dia hanya perempuan biasa yang jikalau sedikit disentak, maka akan diam dan tak lagi berontak. Atau mungkin hanya diberi tatapan tajam dan cara bicara yang dingin, dia akan ketakutan.
Mereka; Seokjin dan Sowon pulang ke apartemen. Suasana di dalam mobil sangat tegang, Seokjin di posisi masih kesal dan Sowon di posisi merasa bersalah.
"Tadi, gue gak maksud buat lancang gitu."
Seokjin mendengus, "Emang kapan kamu gak lancang ke saya?" Ia melirik Sowon sinis.
Sowon menunduk, tak berani menatap jalan.
"Saya gak suka kamu berlaga sesuka hati kamu. Seakan semua bakal toleransi sama kamu. Kamu hidup itu gak sendiri, Sowon."
"Maaf."
"Ada saatnya kamu bisa bercanda. Dan tadi saya serius. Harga diri saya berasa ilang. Saya tau Seungcheol mantan kamu, dan apa kamu lupa saya suami kamu sekarang?"
Onhold.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intertwine; Kim Seokjin
Fanfiction"Kalau pun kamu mencoba untuk pergi jauh. Tetapi takdir menetapkan kita untuk bersama, kamu akan selalu berdampingan dengan saya."