Terjebak dalam kemacetan memang bukan hal yang menyenangkan. Sowon sendiri merasa sangat bosan. Dari tadi semenjak pergi hingga sekarang kembali ke apartemen tak ada satupun dari mereka yang berniat membuka suara. Kecuali saat Seokjin menyuruhnya masuk.
Sowon hendak membenarkan duduknya, namun bagian bawahnya terasa masih perih sampai-sampai ia meringis dan mencengkram pahanya.
Seokjin menoleh, "Sesakit itu memangnya?"
"Shh. Lo pikir aja deh sendiri."
"Saya ga tau. Kan saya tinggal masukin—"
Sowon memotong ucapan Seokjin dengan bahasan lain, "Lo kenapa sih jadi formal banget ngomongnya? Aneh banget tau gak."
"Memang gak boleh?" Tanya Seokjin membuat Sowon sedikit tercekat.
"Bukan gitu. Gue heran aja. Dulu kan lo itu sering banget ngeluarin kata kasar. Pakenya juga lo gue. Bukan saya kamu. Biar apa sih? Biar di taksir sama banyak cewe ya? Biar bisa bikin cewe meleleh ya? Mentang-mentang ganteng, sok pake jurus."
Seokjin terkekeh mendengar Sowon yang begitu aneh. Dia bertanya dan menyimpulkannya sendiri. Dia juga kesal sendiri atas pikirannya. Memang Sowon tak pernah berubah.
"Jawab! Malah ketawa."
"Iya, nih. Jawaban pertama, iya dulu saya memang suka ngomong kasar ga formal. Saya tuh punya mantan pacar, anak Aussie dia kalau ngomong pake saya-kamu-"
"Hah mantan? Anak Aussie? Ga yakin ada yang mau sama lo."
Seokjin lagi-lagi tertawa kecil, "Mau dilanjut gak?" Sowon mengangguk sebagai jawaban. "Nah, dia sama saya itu pacaran udah setahun. Saya jadi kebawa-bawa bahasanya. Dia orangnya halus banget, ramah, sabar, gak kayak kamu."
"IH?!"
Seakan tak mendengar lengkingan suara Sowon, Jin melanjutkan ucapannya. "Saya sempet gagal move on sama dia. Tapi ya udahlah, dia juga udh dapet yang lebih baik dari saya. Jawaban kedua, saya ga berusaha narik perhatian cewe, mereka yang dateng ke saya sendiri. Jawaban ketiga, saya bukan oven yang bisa bikin orang meleleh."
"Gak lucu."
Seokjin tertawa kecil, "Anggap aja lucu. —Dan terakhir saya tau saya ganteng, tapi saya baru denger kamu ngakuin saya ganteng. Terima kasih."
Sowon membuang muka mendengar ucapan terakhir yang dilontarkan oleh Seokjin. Sowon merasa salah telah memuji seseorang seperti dia. Ingin rasanya ia memutar balikan waktu.
Mobil melenggang bebas dari kemacetan setelah melewati lampu merah. Namun, hujan turun dengan derasnya membuat suhu menjadi lebih dingin dari sebelumnya.
"Kamu mau makan malem di luar atau di apartemen aja?"
"Lo bukannya sibuk?"
"Iya sih. Tapi seenggaknya luangin waktu buat kamu, saya ga akan tiba-tiba rugi."
"Gue ikut lo ke kantor aja boleh gak?"
Seokjin mengernyit, "Mau ngapain?"
"Mau ketemu Namjoon," jawab Sowon asal, "Di sana juga banyak berondong ganteng. Mau cuci mata."
Matanya melirik Sowon tajam, "Kayak bakal ada yang mau sama kamu aja."
Bahu Seokjin di pukul pelan oleh Sowon, "Nyebelin banget sih! Gue pengen ke kantor lo pokoknya, gak mau sendiri di apartemen."
"Ya udah, kamu di ruangan saya aja ya. Jangan kemana-mana."
"Iya deh iya."
Onhold.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intertwine; Kim Seokjin
Fanfiction"Kalau pun kamu mencoba untuk pergi jauh. Tetapi takdir menetapkan kita untuk bersama, kamu akan selalu berdampingan dengan saya."