2.9

835 65 29
                                    



Eunwoo melirik foto di hadapannya, lalu kembali menatap Seokjin. Ia menghela napas.

"Dia 'teman' saya dulu." Jelas Eunwoo kepada Sowon. "Bukan teman sedekat aku dan kamu, Jungie. Kamu ingat tidak saat Sekolah Menengah aku selalu pulang babak belur? Sampai aku akhirnya memutuskan untuk kabur dari rumah dan berakhir di sebuah penjara?"

Sowon membulatkan matanya, "Para pembunuh itu?" Eunwoo mengangguk.

"Siapa ketuanya?" Tanya Seokjin.

"Aku tidak tahu jelas siapa. Orang-orang sering memanggilnya 'Turtle', tapi yang dapat bertemu hanya bagian eksekutif sehingga aku tidak tau jelas siapa dia." Jawab Eunwoo yakin, lalu ia menambahkan satu kalimat yang membuat Seokjin kehilangan redup cahaya. "Dia berkewarganegaraan Cina."

"Sialan, Xiao."

Satu-satunya perempuan dalam ruangan itu mengernyit. "Xiao yang waktu itu mau bekerja sama?"

Seokjin terdiam, berdebat dalam hatinya. Apakah ia harus menceritakan semuanya atau lebih baik diam saja? Sungguh dia sangat bingung, kedua pilihannya akan membuat Sowon sakit hati. Akhirnya ia membuat pilihan ketiga.

"Dia dulu menjabat sebagai asisten kantor, lalu mengambil seperempat bagian perusahaan Kim Co."

Tentu saja satu kalimat itu tidak dapat menjelaskan kejadian sebenarnya, namun sudah cukup sampai situ menjelaskan pada Sowon.

Eunwoo menatap Seokjin, ia dapat melihat banyak hal yang disembunyikan olehnya. Tidak mau ikut campur terlalu dalam akhirnya ia mengundurkan diri dari situ, "Saya pamit. Jika ada apapun atau kalian membutuhkan saya, bisa langsung hubungi saya. Seberusaha mungkin, saya akan membantu."

"Terima kasih."

***

Sudah lewat tengah malam, ia masih berkutat dengan ponselnya. Seokjin berbalas pesan dengan Namjoon dan sedikit mencari informasi melalui aplikasi buatannya sendiri untuk menyelidiki sesuatu.

Hasilnya nihil, ia mencari 'Turtle' yang keluar malah gambar bermacam kura-kura. Bodoh. Tengah malam dengan pikiran kalut adalah hal yang paling dihindari sebelum mencari sesuatu.

Ia meletakkan ponselnya, menghela napas sambil mengacak rambutnya pertanda ia sangat kalut dengan perasaan ini. Netranya beralih kepada perempuan yang tertidur di sebelahnya.

Tubuh Seokjin berbaring tepat di samping Sowon, tangannya mengulur merapikan anak rambut perempuan yang akan menjadi seorang ibu dari anaknya. Sebuah kecupan di kening membuat Sowon terbangun, ia menggenggam punggung tangan Seokjin.

"Eh keganggu ya, maaf?"

Sowon menggeleng pelan, "Ngga kok."

Tatapan beradu, diiringi senyuman dari keduanya. "Jangan tinggalin saya ya?"

"Iya." Perempuan itu mengangguk, tangannya terulur, "Mau minta peluk."

Kekehan dari bibir Seokjin terdengar menggema di telinga Sowon. Lelaki itu mengusap pelan anak rambut Sowon, "Manjanya," lalu memeluk Sowon erat.

"Aku juga ga mau ditinggalin kamu. Aku udah sayang sama kamu. Sayangnya pake banget."

"Saya sayang kamu juga. Pake banget juga."

Sowon terkikik, "Ikut-ikut aja."

"Aku harap anak kita laki-laki nanti."

Perempuan itu menjauh perlahan, menatap Seokjin. "Loh kenapa? Kan perempuan juga gak masalah."

Lelaki itu balas menatap Sowon, "Ada baiknya laki-laki. Biar mirip ayahnya yang tampan, baik, berbakti pada orangtua, manis, —"

"—Narsis, ngeselin, tukang bully, jahat sama Mamanya. Gitu?" Sela Sowon, "Kamu gitu tuh."

Laki-laki itu tertawa, "Gemas. —jangan marah, saya sekarang sudah berubah. Lagipula laki-laki sebagai anak pertama itu mempunyai insting untuk menjaga keluarga lebih besar dan dia bisa menjaga adik-adiknya kelak, kamu juga."

"Yang jaga kamu siapa?"

"Kamu dong."

Sowon kebingungan, "Hah kok aku? Mana bisa aku jagain kamu?"

"Bisa. Saya cukup ingat kamu, serta perjuangan kamu selama menjadi istri dan ibu. Itu membuat saya menjaga diri saya. Kamu itu sudah jadi pusat dunia saya setelah mama."

Jawaban ini membuat Sowon tersenyum lebar, dan kembali memeluk Seokjin erat. "Lebay. Tapi aku akuin, aku seneng."

"Yuk tidur lagi?"

***

Di lain sisi, Eunwoo kembali mengumpulkan para mantan anggota tersebut. Ini lebih dari sekedar rasa melindunginya kepada Sowon. Eunwoo merasa 'Turtle' memang mengincarnya dari dulu, namun beberapa tahun belakangan mereka berhenti.

"It's not a good thing for sure." Ucap Jackson setelah mendengar Eunwoo. "Gua bukan tim eksekutif waktu itu."

"Mereka ngincar lu lagi setelah sekian lama berhenti? Ngga mungkin ini karena lu. There's something fishy." Balas Chan.

"Gua juga bingung. Tapi, gua masih simpen potongan puzzle tentang 'Turtle' and the organization."

"Great!" Jacob bertepuk tangan, "Gue bisa selidiki perlahan lewat situ. Biar gue cari tentang si bajingan 'Turtle', dan kalian selidiki mereka lewat gerak gerik."

Mereka setuju. Merasakan perasaan sakit yang sama membuat mereka melekat satu sama lain. Ini menjadi hal menguntungkan.

"Jangan sampai masa lalu keulang lagi."

On hold.

Hey hey hey! Rindu aku gaaaa?

Aku itung udah sekitar 7 bulan aku hiatusin ini ff. Hadeeeh. Things came up, aku jadi malas berkarya lagi karena aku pikir udah ga ada yang dukung aku. But I apreciated it a lot. Aku apresiasi kalian yang masih nunggu aku dan cerita ga jelasku.

Kasian kalian nunggu ini terlalu lama):
Love you guys! Dukung aku terus yaaa vote dan komen lebih baik karena itu buat aku merasa ini ff masih ada yang mau baca 😭😭😭

Makin aneh ga sih?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Intertwine; Kim SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang