1.3

1K 145 12
                                    

a week later

Meratapi nasib, Sowon mengikuti Jin setelah seminggu terlepas dari Jin karena sibuk. Ia mengekori Jin. "Kita mau kemana sih?" Tanya Sowon yang sudah penasaran setengah mati.

Jin tidak menjawab pertanyaan Sowon. Tangan Sowon ditarik agar berjalan berdampingan dengannya. "Jin! Lo mau anggurin gue sampe kapan?!" Oceh Sowon yang kemudian terdiam karena Jin menautkan tangannya.

"Gak kangen sama saya?"

Bibir Sowon mendecak mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh 'calonnya'. "Kangen, bahasa mana lagi sih?"

Sang pria tertawa renyah mendengar ucapan Sowon yang terdengar malas. Terasa tangan Sowon ingin melepaskan genggaman Jin. Namun Jin menahannya sampai masuk ke sebuah butik.

"Apa ini?"

"Butik, Won."

"Tau. Memang kita mau ngapain?"

"Ngukur baju buat kamu. Kita bentar lagi kawin, eh— nikah maksud saya."

Sowon terdiam sejenak. Pikirannya benar-benar buyar. Bagaimana bisa dia berakhir di dalam sini? Bersama seseorang yang dibencinya? Bersama dengan lelaki menyebalkan? Bersama dengan calon tunangannya yang benar-benar dia hindari? Ini tidak mungkin.

Pikiran Sowon kembali, setelah ada yang menepuk bahunya dan menanyakan apa yang diperlukannya. Tapi semua itu tidak terucap dari bibirnya. Lelaki menyebalkan di sampingnya lah yang menjawab semua pertanyaan. Sekarang, bibir Sowon benar-benar tidak bisa terbuka.

"Oh. Sebenarnya pakaian wanita dan pria sudah ditentukan. Tinggal menentukan ukuran."

"Ah gitu? Baiklah. — Sayang, kamu ukur dulu bajunya." Jin tersenyum lebar. Berbanding terbalik dengan Sowon yang menatapnya terkejut.

"Wah." Satu ucapan yang dapat diucapkan oleh Sowon.

•••

Ia menolak untuk keluar dari tempat busana wanita. Jangankan untuk keluar, menatap dirinya saja ia tidak mampu. Sang pemilik batik terlihat menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Menurut ibu, bajunya udah bagus kan?"

"Bagus kok, kamu udah cocok pake itu. Coba liat sendiri, di belakangmu ada cermin."

Sojung menggeleng kuat, "Gak bu, makasih. Bisa-bisa saya pingsan."

Di lain tempat, Seokjin berdiri dengan gagahnya. Menatap cermin dengan penuh percaya diri. Walaupun begitu, ia juga tidak mau keluar untuk menatap Sojung. Takut melihat Sojung yang pasti akan bertambah cantik.

"Mas? Gak keluar?"

"Gak perlu mba, saya takut istri saya pingsan liat saya."

Lagi-lagi pemilik butik hanya menggeleng sambil tertawa kecil. Menurutnya kedua pengantin ini sangat tidak wajar dan tidak masuk diakal. Aneh tapi nyata.

Onhold.

Intertwine; Kim SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang