"Hyung"
Seokjin berdeham untuk menjawab panggilan adiknya. Tangannya sibuk mengganti perban di kaki Jungkook yang sebelumnya tergores pecahan kaca.
"Apa aku masih harus menggunakan kursi roda?", Tanya Jungkook. Pandangannya menatap lurus ke depan.
"Hm, tentu saja. Lukamu belum sembuh benar"
"Tapi, Hyuㅡ aish!! Yak Hyung!! Appo!!", Jungkook memekik kesakitan ketika Seokjin dengan sengaja mengencangkan lilitan perbannya. Membuat rasa nyeri seketika menjalar ke sekujur tubuh Jungkook.
"Itu peringatan. Lukamu belum sembuh benar, jadi jangan macam-macam"
Seokjin selesai membalut luka Jungkook. Ia tersenyum bangga melihat hasil pekerjaannya. Berbanding terbalik dengan Jungkook yang merengut kesal karena perbuatan Seokjin.
"Hyuㅡ"
Tok
Tok
Rengekan Jungkook terhenti tatkala suara ketukan pintu terdengar. Seseorang yang mereka kenal masuk dengan setelan jas lab tersampir rapih di tubuh menjulangnya. Namun, berbanding terbalik dengan penampilannya, Namjoon ㅡNamja yang mengetuk pintuㅡ menampilkan raut wajah yang aneh. Seolah ia tengah bergegas dikejar waktu, rahangnya yang tegas sesekali menggertak diikuti tatapan sendu yang ia tujukan pada Seokjin. Alisnya melengkung turun, saling bertautan dan menciptakan garis kerutan di keningnya yang basah karena peluh tak berhenti mengalir.
"Hai Jungkook, sudah merasa lebih baik?"
Namjoon terlihat berusaha menyembunyikan getaran pada suaranya. Nafasnya bahkan masih tersengal.
Jungkook yang merasa terpanggil kemudian menoleh ke sumber suara, meski ia tak yakin apakah arahnya sudah tepat, tapi ia tetap menoleh dan menyunggingkan seulas senyuman manis lengkap dengan sepasang gigi kelinci yang nampak putih bersih sebanding dengan wajahnya yang semakin manis setiap harinya.
"Tak pernah merasa lebih baik, Namjoon-hyung", Balas Jungkook ramah. Ia sangat senang setiap kali Namjoon datang berkunjung atau sekedar untuk memeriksa kondisinya. Ia bersyukur karena Namjoon ㅡkakak iparnyaㅡ yang ditunjuk sebagai dokter pendampingnya walaupun sebenarnya Namjoon adalah dokter spesialis organ dalam tetapi berkat kepintaran dan jasa-jasanya selama mengabdi di rumah sakit ini, Namjoon seringkali ditunjuk untuk mengatasi dan merawat beberapa pasien diluar keahliannya. Kepala rumah sakit disini sudah menaruh kepercayaan penuh pada namja berlesung pipi manis itu.
"Ada apa Joonie-ya?", Tanya Seokjin kemudian. Sadar akan keanehan yang ditunjukan Namjoon.
"Hyung... Ada yang harus aku bicarakan...", Melihat sorot mata yang ditunjukkan Namjoon, Seokjin lebih dari paham mengenai apa yang dimaksudkan suaminya tersebut.
Ia kemudian melirik ke arah Jungkook yang masih bertahan dalam posisinya ㅡmemandang lurus ke arah pintu. Ia yakin Jungkook sendiri juga mencoba menangkap percakapannya dengan Namjoon.
"Kookie-ya...", Panggil Seokjin lembut. Jungkook berdeham pelan. "Tidak apa-apa jika kutinggalkan sendiri".
Raut wajah Jungkook seketika berubah sendu, tapi ia berusaha menutupinya dengan menciptakan senyuman tipis lainnya untuk Seokjin. Jungkook tidak bodoh, ia tahu Namjoon pasti ingin membicarakan sesuatu mengenai keadaannya. Meski terlihat baik-baik saja, Jungkook tahu bahwa Seokjin lah yang paling tersiksa disini. Hyung nya itu sangat menyayanginya, namja itu pasti berusaha melakukan apapun ketika kecelakaan itu menimpanya dan merenggut penglihatannya.
Oleh karena itu, tidak sepantasnya bagi Jungkook untuk terus mengeluh akan kebutaannya. Hyung nya sudah berjuang untuk merawat dan menjaganya, maka ia juga harus melakukan hal yang sama dengan berusaha menerima keadaan dan kembali menjadi Jungkook yang ceria seperti sedia kala.
KAMU SEDANG MEMBACA
By Your Side [Vkook]
FanfictionAku dapat mendengar keributan kecil terjadi disekitarku. Kurasakan sedikit guncangan pada ranjang tempatku berbaring. Seseorang mengangkat tanganku dan mengelus nya lembut kemudian berkata, "Kita akan membuka perban matamu hari ini". Saat itulah aku...