Yuko hanya tersenyum. "Ayo tidur. Kau harus istirahat, Nara. Ini sudah terlampau larut." Ucapnya bangkit menarikku menjauh dari kolam.
Aku melintasi kamar Yuko, mataku mendapati Novan terlelap nyenyak. "Anak itu tidur dengan wajah yang menggemaskan..." ucapku.
"Dia mempesona jika tertidur dan aku akan memanggilnya si tampan jika ia bisa menaklukkanmu." Ucap Yuko terkekeh.
"Besok aku akan menamparmu keras-keras jika kau bicara seperti itu." Ucapku mendesis.
Yuko hanya tertawa lalu membiarkanku pergi ke kamar untuk tidur. Aku kembali berbaring menatap Yura yang sudah lelap.
"Aku yakin. Kau adalah gadis baik... sama seperti keluargamu." Gumamku akhirnya tertidur.
***
Novan POV
Esok harinya, kami berempat pergi ke hutan. Sepanjang jalan, Yuko hanya berdua berjalan berdampingan dengan Nara. Oh!? Bodohnya aku, mereka sekarang seperti sepasang kekasih.
"Lihat Yuko... Mawar..." ucap Nara cepat memetik bunga itu. "Aaauhhh!?" pekiknya memegangi tangannya.
"Aaahh!? Nara!? Mawar itu berduri!?" panik Yuko menecup jemari Nara. Aaahhh!? Itu kan kebiasaanku!?
"Novan? kau baik?" tanya Yura mengejutkanku. "Ah? A-Aku baik, Yura." Ucapku terbata-bata.
"Kukira kau kenapa, ayo petik tanaman disana..." ajak Yura mengajakku sedikit menjauh dari Yuko dan Nara.
Apa tidak ada es untuk mengompres kepalaku, eoh!? "Kau sedari tadi melamun... Kau baik? Sungguh?" tanya Yura menyentuh keningku. "Aaahh, panas..." pekik Yura.
"Aku tak apa." Ucapku. "Apa kita sebaiknya tak pulang?" tanya Yura.
Aku tahu, Yura seusia denganku. Sedangkan kakaknya, beda 1 tahun lebih tua dariku.
"Tidak perlu. Aku hanya tak tahan hawa panas disini mungkin." Ucapku. Yura mengangguk pelan dan sibuk memetik tanaman obat didekatnya.
"Apa margamu, Novan?" tanya Yura masih sibuk dengan tetumbuhan dihadapannya. "Flame. Kau sendiri?" tanyaku. "Froze."
"Aaahh, Kau sama seperti Khyo." Ucapku. "Siapa Khyo?" tanya Yura menoleh menatapku aneh. "Dia pamanku." Ucapku asal.
Gadis itu mengangguk tanda mengerti. Pikiranku sempat melayang, tapi mataku tak bisa lepas dari Nara.
Gadis itu terus tertawa disana. "Kau menyukai Nara, eoh?" tanya Yura polos.
"Ti-tidak." Ucapku menolak cepat. "Jangan hanya diam saja jika kau menyukai seseorang." Ucap Yura.
"Aku bersumpah, aku tak menyukainya." Celetukku. "Jika itu benar, harusnya wajahmu tak semerah itu." Ucap Yura tersenyum.
"Aiiisshh... Kamu..." ucapku mendesis akhirnya merengut. Sementara gadis kecil itu hanya menertawakanku.
Novan POV End
***
"Ini... Aku sudah menghilangkan durinya." Ucap Yuko memberikan bunga mawar tadi padaku. "Terimakasih." ucapku girang.
Aku menciumi wangi mawar itu. "Wanginya enak..." ucapku. "Mawar liar dengan mawar hias memang berbeda. Mawar liar lebih memiliki aroma yang enak daripada mawar yang hias." Ungkap Yuko.
Aku mengangguk, "Pengetahuanmu begitu luas, Yuko." Ucapku. "Ah, tidak juga." Ucapnya menggosok tengkuknya.
Aku menoleh kesana kemari, mataku mendapati Novan nampak sibuk bercanda bersama Yura. Tak apa, mungkin ia bersenang-senang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wind of Ercha
FantasíaHai, namaku Nara. Aku seorang gadis berusia 16 tahun. Otomatis kalian akan tahu jika aku masih duduk di bangku kelas 11 SMA. Aku bukan gadis biasa. Aku memiliki Marga Element yang bernama Wind. Yang paling kuat, paling sulit dikendalikan dan yang p...