Epilog

29 3 0
                                    


Yuko POV

"Aira..." panggilku. Gadis itu menoleh cepat. "Hai Yuko." Ucapnya, bibirnya masih sedikit lebam karena pertarungan kemarin.

"Kau tak apa?" tanyaku. Aira menggeleng cepat, "Aku baik-baik saja dan lihatlah Rakyat Xierra begitu bersuka cita. Dan anak-anak berlarian sejak tadi..." ucap Aira nampak begitu gembira.

"Apa aku boleh bicara?" tanyaku. "Bicaralah... Kau dari tadi aneh. Kau menyembunyikan sesuatu?" tanyanya.

"Ti-tidak... Aku hanya sedikit panik jika melihat keramaian." Ucapku. "Kau mau bicara apa, hhmm?" tanyanya lagi.

"Aku..." Aira makin menatapku, "... menyukaimu." Wajahnya tiba-tiba memerah. "Kau bicara apa?"

"Aku menyukaimu?!" pekikku pelan. Aira terdiam sejenak. "Aku menyukaimu. Apa kau tak dengar?" tanyaku panik.

"Aku dengar." Ucap Aira mengalihkan pandangannya datar. "Jadi?" tanyaku.

"Kau butuh jawaban?" tanyanya balik. Aku mengangguk kaku. "Baiklah..." Aira mendadak menarik nafas.

"Aku tak bisa karena aku..." Kutuk aku tuhan!!!! "...juga menyukaimu." Ucapnya cepat.

"Apa?" "Jangan pura-pura tuli pak tua..." umpatnya. Aku sontak tertawa, "Kau sungguh? Aku?" Aku tertawa tak menyangka, aku terlampau histeris.

Aku meraih tangannya, lalu menciumnya cepat, "Muaachh... Aku mencintaimu sekarang." Ucapku masih tertawa.

"Kau apa-apaan..." ucap Aira memukul lenganku keras.

"Aduhhh!? Itu sakit!?" pekikku. "Aaahh!? Maaf... Kau membuatku gemas." Ucap Aira tertawa.

"Pakai..." ucapku menyodorkan cincin. "Kau menyuruhku memakainya sendiri!?" teriaknya marah.

"Aaaahh? Maaf... Aku bukan mengajakmu menikah, jadi pakai sendiri." Ucapku tersenyum.

"Kau akan disebut pedofil jika kau mengajakku menikah, bahkan aku masih 17 tahun. Sedangkan kau? 19 tahun kan?" Celetuknya. Aku hanya tertawa.

"Aku tahu jika kau adalah pewaris Ercha setelah Nara." Ucapnya. "Kau tahu?" tanyaku pucat. Ia mengangguk.

"Kau tahu darimana?" "Aku tak sengaja dengar." Ucapnya. "Kita akan terpisah?" tanyaku.

"Aku tak tahu, aku masih mempertimbangkannya." Ucap Aira mengalihkan pandangannya. "Jangan kemana-mana..." ucapku.

Aira menatapku. Tatapannya ragu. "Aku akan berusaha untuk itu." Ucap Aira tersenyum kearahku.

***

Seperti biasa, adikku, Yura bersama Dio dan Mey pergi bertiga. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, bahkan saat perang itu, mereka saling melindungi.

"Kau mau beli apa?" tanya Mey pada Yura. "Aaahh, bagaimana jika kristal untuk ayah..." "Kenapa kau perhatian sekali pada Khyo?" celetuk Dio.

"Dia ayahku sekarang, aku menyayanginya." Ucap Yura. "Terserah..." Dio memutar bola mata malas.

"Ayo, kita mencari untuk Khyo dan Dyro..." ucap Mey. Dio hanya berkomat-kamit menyumpahi dirinya sendiri.

"Itu!?" teriak Yura berlari kearah sebuah toko kristal di ujung jalan. "Waahh, ayo..." ucap Mey.

Dio benar-benar frustasi berat jika harus menemani 2 gadis itu. Setelah cukup lama, seorang dar 2 gadis itu kembali.

"Untukmu Dio..." ucap Mey. Dio mendongak. "Apa ini?" tanyanya. "Buka saja.

Dio mengerutkan dahi lalu membuka bungkusan itu. Matanya membulat mendapati bola kristal bening dengan lambang petir didalamnya.

"Indah sekali. Terimakasih." Ucap Dio. Mey mengangguk. "Dimana Yura?" tanya Dio. "Masih didalam." Ucap Mey menunjuk kearah toko.

"Terimakasih sudah menemaniku." Ucap Dio. "Kau bicara apa, harusnya aku yang berterimakasih." Ucap Mey tersenyum.

"Aku merasa sempurna saat bersama kalian, terutama kau..." ucap Dio. Mey mendongak, pipinya memanas.

"Jangan menggodaku, aku malu." Ucap Mey. Dio hanya tertawa. "Aku sungguhan." Ucap Dio.

"Sama-sama kalau begitu." Ucap Mey tersenyum menatap Dio. Keduanya lalu malah tertawa bersama.

***

Nara POV

Pesta rakyat malam tadi membuatku sedikit terhibur. Aku menatap banyak senyum merekah disana.

"Melamun, Nona?" bisik seseorang mengejutkanku. "Novan!? Kau sudah tak apa?" tanyaku masih terkejut.

"Aku baik, hanya jidatku begitu sakit terbentur beberapa kali kemarin." Ucapnya.

Aku hanya tertawa. "Kau sudah tahu semua?" tanyaku.

"Ya, Papa Mamaku hanya ilusi, dan Mecha dan Yera lah membuatnya. Aku sedikit menyesal mencaci ilusi itu."

Aku hanya tertawa. "... Dan aku berharap bisa bertemu orangtua kandungku." lanjut Novan.

"Kemana mereka?" tanyaku. "Mereka sudah meninggal karena ledakan di Ercha..." Aku mendongak, "Maaf..." ucapku lirih.

"Aku kebanyakan berkhayal, aku tak menyangka punya jalan cerita seperti ini." Ucap Novan menatap langit.

"Aku takkan membiarkanmu sendiri..." Ucapku. "Aku tahu, kau begitu peduli..." ucapnya. "Awas saja kalau kau pergi..." sindirnya.

Aku kembali menatap orang-orang didesa. "Aku takkan kemana-mana..." ucapku. "Hhhmmm... Boleh..." ucapnya.

"Boleh apanya?" Tanyaku lagi. "Kau boleh bebas memiliki kebahagiaanmu, kau boleh memilikiku sekarang..." Aku menolrh, mata gelap Novan nampak berbinar menengadah kearah langit.

"...Kau juga boleh menjagaku disini agar aku tak berpaling pada gadis di luar sana." Ucapnya tersenyum.

Mataku membelalak, "Apa kau bilang?!" teriakku. "Gadis disini begitu cantik, dan benar-benar seperti wanita." Ucap Novan datar.

"NOVAN!!!" "Kau jadi makin jelek sekarang..." 

*** 

Hello readers!? Sebelumny author mau minta maaf karena updatenya super lamaaaa...

Mau bilang aja buat rencana 5 extra partnya author batalin... (Yaaaaaaahhhhhhhhh...)

Tapi author mau ganti dengan series 2 ya. 

Tanggal main author mundurin jadi 28 Februari 2018!? See Yaa!!!!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanggal main author mundurin jadi 28 Februari 2018!? See Yaa!!!!!!

Wind of ErchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang