Stories 17

23 2 0
                                    

Nara POV

"Nara..." Mataku terbuka. Padang rumput hijau menghampar luas di depan mataku.

"Nara..." suara itu lagi. Mataku menyusuri sekitar, lalu mendapati seorang wanita cantik dengan gaun putihnya. Aku mengenalinya.

"Irene?" tanyaku dalam hati. "Kau mengenaliku, sayang?" tanya wanita itu tersenyum padaku.

"Kau Irene?" tanyaku. Wanita itu diam lalu mendekat. "Ya, Aku ibumu..." ucapnya. "Kau bukan ibuku..." ucapku pelan.

Aku jadi ingat mimpi saat di rumah nenek Sao.

"Aku ibumu, sayang, Seza belum mengatakannya padamu?" tanya Irene. Suaranya begitu lembut. "Seza tak bicara apapun soal ibuku." Ucapku.

Irene duduk disampingku, tangan selembut bidadari itu mengelus rambutku. "Dia ayahmu sayang..." ucapnya.

"Apa?" "Aku tahu ini akan sulit, tapi cepatlah bangun. Kau akan tahu semuanya..." ucap Irene.

"Aku tak tahu bagaimana caranya." Ucapku lirih. "Hanya kau yang tahu..." ucap Irene.

"Jika kau memang ibuku, beritahu padaku..." cetusku cepat. "Aku mengandungmu, menyembunyikanmu dari Seza, dan membawamu ke bumi. Tapi aku sungguh tak bisa melakukan apapun sekarang..." ucapnya.

"Kenapa kau menyembunyikanku dari Seza?" tanyaku.

"Aku menikah dengan Seza, tapi tak ada satu orang pun tahu. Seza membawaku pergi jauh dari istana dan kampung halamanku. Kami hanya tinggal berdua." Ucap Irene memulai ceritanya.

"Kenapa kalian mengasingkan diri? Kalian tidak disukai orang?" tanyaku. Irene hanya menggeleng.

"Tidak... Justru Seza adalah pangeran yang paling dicintai di seluruh Ercha. Puluhan Putri kerajaan lain datang dan melamarnya, tapi tak ada satupun yang Seza terima. Seza malah memilihku yang hanya seorang gadis marga biasa." Ungkap Irene.

"Jadi itu sebabnya kau pergi? Seza melindungimu?" tanyaku lagi.

"Lebih tepatnya dia melindungimu." Ucap Irene. "Aku? Bagaimana bisa? Bahkan aku belum lahir saat itu?" tanyaku.

"Kau sudah ada di ramalan, sayang. Kaulah satu-satunya putri mahkota yang punya kemurnian seorang petarung. Hanya kau yang bisa membunuh kekuatan kegelapan itu." Ucap Irene.

Aku menggeleng tak mengerti, aku? "Jadi maksudmu, aku dan teman-temanku adalah anak dari pangeran-pangeran itu?" tanyaku. Irene menggeleng.

"Hanya 2 anak dari kalian. Kalian hanya bersembunyi di bumi dan kalian hidup bersama ilusi yang kami buat untuk menjaga dan melatih kalian." Ucap Irene.

Mataku mulai memanas. "Jadi mama?" "Dia hanya ilusi nak. Semua yang ada hanya ilusi. Kau tinggal di kota dekat Louse. Seza ada didekatmu selama itu." Ucap Irene.

Aku hanya diam, airmataku makin deras. "Aku tak mengerti. Kenapa aku hidup seperti ini?" tanyaku kesal.

"Kau adalah seorang malaikat cantik yang ditakdirkan hidup seperti sekarang. Jangan salahkan Tuhan karena hanya kau yang bisa merubah takdirmu sendiri." Ucap Irene.

Aku sejenak terdiam, mengumpulkan kembali kesadaranku dan kembali bicara.

"Apa yang harus kulakukan?" tanyaku. "Kau harus berjalan, cari gerbang kehidupanmu lagi..." ucap Irene.

"Apa maksudmu?" tanyaku. "Kau berada di perbatasan hidup dan mati nak. Pergilah ke kehidupanmu lagi, kita akan bertemu di dunia nyata." Deggg...

"Jadi aku hampir mati?" tanyaku. "Bisa dikatakan seperti itu. Tapi kau harus cepat menemukannya, aku janji akan bercerita lebih banyak..." Ucap Irene makin menghilang bagai debu.

Wind of ErchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang