Stories 1

176 13 2
                                    


Louse, 1617

Seorang laki-laki berdiri tegap ditengah padang rumput Louse. Peradaban manusia mulai berkembang seiring berjalannya waktu. Lelaki itu menatap kosong hamparan rumput ribuan kilometer. 

Tak lama, angin berdesir menyapu pandangannya. Sejauh mata memandang, ia mulai melihat bayangan tornado mendekatinya. Ia bahkan hanya tersenyum. Kurang dari 5 menit, Tornado itu ada didepan matanya. Siap mengangkat apapun dihadapannya.

Lucunya, laki-laki itu hanya tersenyum mengangkat tangannya seakan ingin menyentuh tornado itu. Wussshhhhh... Tornado setinggi 45 meter itu lenyap tersedot oleh tangan lelaki itu.

"Besok malam ada gerhana matahari. Mau tak mau aku harus datang." Gumamnya. Ditangannya, ia menggenggam bola berwarna hijau. 

"Penjaga.." ucapnya mengangkat bola itu. "Ya, Seza. Apa yang bisa kulakukan?" tanya Bola itu. Bola itu bicara!? "Aku harus ke Aora. Menjemput Mecha. Bisa tolong aku?" tanya Seza, lelaki itu. 

"Itu mudah, Seza. Sekarang atau besok?" tanya bola itu. "Mungkin sekarang." Dalam sekejap, Seza lenyap entah kemana bersama bola itu. Seza adalah seorang Marga Wind.

Aora, 1617

Seorang laki-laki berbaring diatas magma menyala, namun permukaan magma itu tak meletup-letup. Begitu tenang seperti air di sebuah kolam. Wajah dan kulitnya putih serta warna rambutnya yang merah menyala. 

Seza muncul di mulut kawah. Wajahnya menelongok kebawah. "Mecha!!!?" Teriak Seza. Lelaki yang terbaring dibawah kawah tadi membuka matanya. Matanya menerawang sekeliling, pada akhirnya menemukan bayangan Seza. 

Lelaki itu bangkit. "Seza?" tanya lelaki itu. "Iya ini aku!?" teriak Seza dengan lantang. Mecha, laki-laki berambut merah menyala itu mengangkat dirinya ke permukaan kawah dengan magma yang mengangkatnya dari bawah.

"Jangan buat gunung ini meletus, kau membunuh banyak manusia." Peringat Seza menatap Mecha, saudaranya. "Ini sudah hampir saatnya, Seza." Ucap Mecha.

"Eclypse akan datang esok hari." Ucap Mecha. Seza mengangguk. "Aku tahu, itulah alasanku. Kita harus ke Lembah Elyp." Ucap Seza. 

"Kita akan tidur?" tanya Mecha. Seza mengangguk. "Waktu para penjaga sekitar 400 tahun. Kita akan dibangunkan oleh Roh Suga. 2017. Itu perkiraanku." Ucap Seza.

Zyon, 1617

"Besok..." gumam seorang laki-laki yang tengah berdiri ditengah kegelapan disana. Dia adalah Liam. "Apa aku harus kesana sendirian?" tanya Liam pada dirinya sendiri. 

Matanya menatap sekeliling. Hanya gelap. Ia membuka telapak tangannya. Seketika memancar cahaya disana. Tapi cepat-cepat, Liam menutup tangannya kembali. "Aku takut sekarang." Gumamnya. 

Ia mendongak kearah langit. Beberapa yang ia ingat, kehancuran. Planet Ercha tempatnya berasal meledak dan hancur beberapa tahun lalu. Lebih tepatnya 5 tahun lalu. Planet itu hancur dengan tenang terlingkup tameng milik Suga, adiknya yang ikut jadi korban kehancuran Planet Ercha. "Kau harus pergi!? Bawa saudara-saudaramu!?" teriak Raja Ercha I, ayahnya. Sementara itu Suga tetap tinggal.

Hanya ia dan 6 saudaranya yang selamat diantara ribuan orang tewas disana. Mereka tersesat dan akhirnya terjatuh ke bumi seperti sebuah meteor. Liam terlempar ke sebuah peradaban kuno yang gelap tanpa cahaya. 

"Penjaga, bawa aku ke Cyzo." Baik, Liam." Sebuah bola putih ditangan Liam menjawab dan membawa Liam lenyap.

Eldri, 1617

Padang es meradang luas di bumi bagian utara. Seorang laki-laki berambut pirang hampir ke putih berdiri tegap. Ia berada di tengah-tengah padang yang hampir seluruhnya es. 

Wind of ErchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang