"Kau mau bercerita?" tanya Yuko. "Aaahh, haruskah aku cerita?" tanya Novan. "Harus. Apa kau seorang marga?" tanya Yuko. Novan mengangguk cepat.
"Aku Flame." Ucap Novan. "Pantas saja. Selamat kau dapat teman sesama flame." Ucap Yuko tersenyum. "Kau juga?" tanya Novan. Yuko mengangguk cepat.
"Berarti ibumu juga?" tanya Novan. "Tepatnya satu keluarga." "Ayahmu juga?" tanya Novan. Yuko mendadak lesu. "Iya, ayah baru meninggal 4 tahun lalu." Ucap Yuko.
"Aaahh, maafkan aku..." "Tak apa..." ucap Yuko. Yura muncul tiba-tiba, "Novan jika mau mandi, nanti dulu ya. Masih dipakai Nara." Ucap Yura.
"Iya..." ucap Novan. "Kau mau makan, mungkin." Tanya Yura. "Tidak. Aku mau bareng Nara aja." Ucap Novan.
"Atau kau mau berendam di kolam sebelah?" tanya Yuko. "Apa aman?" tanya Novan. "Lebih dari aman." Ucap Yuko mengacungkan ibu jarinya.
***
Aku memejamkan mata. Sudah berapa lama aku berendam? 5 menit? Baiklah. Tak lama terdengar pintu terbuka. Aku sontak menenggelamkan tubuhku hingga hanya terlihat hidung mata dan dahiku saja.
"Tenangkan dirimu disini, kawan." Ucap Yuko. Aahhh, kolam sebelah. "Terimakasih." Itu suara Novan. Dia disebelah! Kenapa jantungku berdegub sekencang ini!?
"Nara?" panggilnya. "Novan!? Kukira siapa..." ucapku berpura-pura terkejut.
"Kau ini..." tak lama terdengar suara air disana. Kolam kami dibatasi tembok batu. Tentu saja kami tak bisa saling lihat!
"Aku selesai." Ucapku. "Kenapa cepat-cepat?" tanya Novan. "Kau takut sendiri?" tanyaku.
"Tidak, akan lebih enak jika ada teman bicara." Ucapnya. Aku memutuskan keluar dari air lalu memakai baju cepat.
"Aku akan menunggumu disini. Aku akan menemanimu dari pinggir kolam saja." Ucapku. "Kau tak tahan air panas ya?" tanya Novan.
"Iya. Kulitku sudah merah sekarang." Ucapku. Baju milik Yura begitu lucu. Baju tradisional Korea. Mungkin disinilah akan muncul peradaban Korea. Hanbok? Apalah itu namanya.
"Kau pasti sedang melihat dirimu sendiri dengan baju hanbok milik Yura?" tebak Novan.
"Waahh? Kenapa kau bisa tahu?" tanyaku tersenyum. "Aku tahu karena kau selalu begitu... Mengagumi dirimu sendiri." Ucap Novan.
Aku tertawa keras. "Kau ini!" teriakku. "Aku merasa panas sekarang." Ucap Novan. "Kau bodoh, Novan!? itu air panas. Makanya kau merasa panas." Ucapku.
"Aku berendam 5 menit saja. Jangan kemana-mana, tadi aku sudah menolak ajakan Yura untuk makan malam hanya untuk menunggumu. Padahal aku kelaparan. Mengerti?" Aku mengangguk cepat, "Siap bos!"
***
Author POV
"Kita sudah mengelilingi kota ini!? Kita tak menemukan mereka... Maksudku jalan masuk menuju ruang bawah bodoh itu!?" umpat Mecha.
"Kau banyak omong sekali!? Diamlah!?" celetuk Seza. Malam sudah turun. Kota mulai ramai.
"Kau pikir akan kembali?" tanya Seza. "Tentu tidak. Aku belum menemukan anak-anak itu." Ucap Mecha.
Seza melihat sebuah toko roti. "Aaahh, Nara sangat suka roti bakar buatan Novan yang ia makan tiap pagi. Aku merindukan gadis itu..." ucap Seza lemas.
"Ayolah, jangan begini. Kita hanya harus berusaha." Ucap Mecha. "Ayo kesana, kita harus bertanya." Ucap Seza mulai menyeberangi jalanan yang padat.
Mecha dengan susah payah mengikuti adiknya itu.
Kringg...
Bel kecil berbunyi saat Seza membuka pintunya. "Malam, Tuan. Anda mau cari roti?" seorang pemilik toko menyapa dengan ramah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wind of Ercha
FantasiHai, namaku Nara. Aku seorang gadis berusia 16 tahun. Otomatis kalian akan tahu jika aku masih duduk di bangku kelas 11 SMA. Aku bukan gadis biasa. Aku memiliki Marga Element yang bernama Wind. Yang paling kuat, paling sulit dikendalikan dan yang p...