Stories 18

16 1 0
                                    

"Aku tak boleh seperti ini!?" umpat Yura dalam hati. Jantungnya terasa mau melompat. "Yura?" ucap Mey.

"Aaahh? A-ayo... Masuklah..." ucap Yura gelagapan tak karuan. Mereka masuk kedalam ruangan Khyo yang begitu besar.

"Ayah..." ucap Yura. "Ya? Ada apa?" tanya Khyo tak menoleh. "Kau punya permata Aizero?" tanya Seza.

Khyo sempat terkejut menyadari ada orang lain selain Yura yang menghampirinya.

"Kalian? Kenapa kau menanyakan permata itu?" tanya Khyo bangkit lalu berdiri berhadapan dengan Seza.

"Nara membutuhkannya." Ucap Seza. "Bagaimana bisa?" tanya Khyo. "Aku tahu sekarang mengapa permata itu disebut langka dan memang hanya satu. Permata itu adalah gerbangnya. Dia tercipta untuk Nara, si putri mahkota." Ucap Seza.

"Nara? Putri mahkota?" tanya Mey dan Yura bersamaan. "Iya, Nara pewaris murni Ercha yang masih hidup. Dan seorang lagi juga masih ada..." ucap Seza.

"Kami menemukannya dibuku ini..." ucap Novan memberikan buku itu pada Khyo.

Khyo sempat membacanya bahkan tak menyangka jika permata kecil itu adalah gerbang antara dunia nyata dan roh.

"Kau yakin akan berhasil?" tanya Khyo. "Kita harus mencobanya sebelum Nara benar-benar tersesat disana." Ucap Seza.

Khyo menghela nafas. "Akan kuberikan. Tapi pastikan gadis itu tak menghancurkannya." Ucapnya memecah keheningan pada detik berikutnya.

***

Aku makin kelelahan. "Apa yang harus kulakukan?" batinku. Tak ada apapun disini.

Tak lama aku melihat sesuatu mendekat kearahku. Itu seekor burung, "Irza!?" panggilku saat aku menyadari Irza-lah yang mendekat.

"Irza?!" pekikku mendekapnya. "Aku takut disini..." ucapku sambil menangis. "Ada aku nona..." suara itu muncul entah darimana.

"Siapa itu?" tanyaku panik. "Ini aku, Irza..." ucap suara itu lagi. Irza? "Irza? Kau bicara sayang??" tanyaku.

Burung hantu kecilku itu menatapku sambil mengangguk. "Iya, aku bicara." Ucapnya.

Aku makin lemas, "Ilusi apa lagi ini!?" teriakku. "Aku sungguhan, Nona..." ucapnya lembut. "Tapi bagaimana kau..."

"Aku punya dua dimensi. Aku bisa disini karena aku mencarimu." Ucapnya.

"Kau burung kecilku yang baik... Tapi berhentilah bercanda, kau harus membantuku keluar dari sini. Aku sudah tak kuat." Ucapku.

"Kau bisa, Nona. Berusahalah, aku tak bisa memberi tahumu jalan keluar. Jalan setiap roh berbeda. Aku tak ingin kau kembali ke dunia nyata dalam wujud burung hantu yang bisa bicara. Kau bisa dikira siluman." Ungkap Irza.

"Lalu aku harus apa!?" teriakku. "Siapa saja yang kau temui disini, nona?" tanya Irza. "Irene dan Suga. Hanya mereka. Dan kau..." ucapku.

"Kau bahkan sudah bertemu 2 orang penting dalam hidupmu? Kenapa kau belum juga kembali?" tanya Irza.

"Aku bahkan tak tahu kenapa aku disini..." ucapku pasrah. "Kau hampir dirasuki kekuatan kegelapan itu Nona... Kebakaran di desa itu hanya umpan agar kau keluar dari persembunyian..." ungkap Irza.

"Apa?" "Ibu-ibu yang kau temui itu adalah jelmaan Iva. Dia menemukanmu." Ucap Irza.

Aku takut sekarang. "Kau tahu darimana? Ibu itu justru yang bilang padaku jika Iva kerasukan kegelapan itu." Ucapku.

"Dia sengaja agar kau terus memikirkannya dan buku itu, buku yang kau pinjam itu membuatmu masuk dunia roh karena saat kau membacanya, kekuatan itu mendekatimu lalu berusaha masuk menyatu denganmu." Ucap Irza.

Wind of ErchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang