Stories 13

27 4 0
                                    


"Bangun Nara..." sebuah suara memanggilku. Mataku terbuka seketika. "Mama?" aku tak menyadari jika tubuhku sudah tidak di kamar Mey lagi.

"Mama, kita dimana..." tanyaku kebingungan. Mama masih diam mengelus rambutku.

"Kau belum menemukan orangtua kandungmu, Nara?" Tanya mama. Suaranya begitu lembut.

"Mama kan ibu kandungku? Kenapa mama bertanya seperti itu?" celetukku kesal.

"Aku hanya menemukanmu berada di keranjang bayi disebelah ranjang Tara setelah mama melahirkan Tara. Aku bukan ibu kandungmu." Ucap Mama.

"Mama ngomong apa sih, Ma?" tanyaku kebingungan. "Mama bukan ibu kandung kamu, Nara."

"Mama jangan bercanda dong ma!! Nara kesini cuma nyari mama!!!?" Teriakku makin histeris. "Seza dan Irene lah yang membuatmu lahir... Aku hanya orang yang merawatmu."

"Nggak!? Seza belum menikah dengan siapapun!?" teriakku.

"Jangan khawatirkan mama lagi, cari ibumu. Dia akan begitu senang menemukanmu karena kau bagian hidupnya."

"NGGAKKKKKKK!!!!!" Teriakku langsung terbangun mengejutkan Novan dan Aira yang tertidur pulas.

Nafasku terasa memburu, keringatku mengguyur tubuhku deras, kepalaku terasa pening. Novan yang terbangun karena teriakanku langsung menghampiriku.

"Nara? Kau kenapa?" tanya Novan meremas lenganku. Aira yang terkejut ikut terbangun. Sedangkah Yura masih terlelap.

"Nara? Kamu kenapaa?" tanya Aira masih setengah sadar. Aku masih diam, "Wajahmu pucat sekali..." ucap Novan.

"Aku ambilkan air dulu ya?" ucap Aira beranjak lalu keluar dari kamar.

"Kau tak apa?" tanya Novan. Aku masih diam dan malah menangis. "He-hei... Jangan menangis... Baiklah tak apa jika kau tak ingin cerita." Ucap Novan panik.

"Di-dia... Aku bingung..." rintihku makin ketakutan. "Siapa?" tanya Novan.

"Irene..." "Nara? Kau kenapa?" tanya Seza tiba-tiba muncul membuat Novan langsung melepasku.

"Seza!?" teriakku langsung melompat dan memeluk Seza. "Ada apa? Kau ketakutan sekali? Mimpi buruk?" tanya Seza mengelus rambutku.

"Irene... Dia..." "Kenapa, bicaralah yang jelas nak..." ucap Seza. "Minumlah dulu." Ucap Aira membawa segelas air.

"Ayo minum..." ucap Seza meraih gelas itu dan memberikannya padaku. Aku meneguknya sedikit.

"Apa yang terjadi?" tanyanya membiarkanku duduk diranjang. Seza berjongkok didepanku membuatnya lebih rendah dari tatapanku.

"Apa yang sudah kau lakukan pada Irene?" tanyaku. Seza diam. "Kalian berdua keluarlah." Ucap Seza pada Novan dan Aira.

Novan dan Aira meninggalkanku hanya dengan Seza. "Kenapa kau menanyakan itu?" tanya Seza.

"Mama datang ke mimpiku. Dia bilang, Irene ibu kandungku. Karena kau..." ucapku. Seza diam.

"Kau belum pantas mengetahuinya. Jadi jangan dipikirkan. Itu hanya mimpi." Ucap Seza. "Tapi jika itu jadi kenyataan bagaimana?! Siapa yang kucari!!!?" teriakku.

"Kau anak mamamu, bukan anak Irene. Kau kelelahan. Percayalah." Ucap Seza.

"Bagaimana bisa!? Aku sudah merasa ganjal dengan semua ini. Bahkan jika aku memang anak mama yang punya kembaran, bagaimana bisa rupaku jauh berbeda dengan saudaraku?" tanyaku.

"Dengar nak... Kau terlalu lelah. Tidurlah."ucap Seza. Aku mengalah.

Aku terlelap kembali ditemani Seza yang masih duduk di pinggiran ranjangku.

Wind of ErchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang