Stories 20

33 3 1
                                    


Tubuhku masih lemas, "Kau menggangguku!?" teriak Iva terus menyerang Novan. Adu tempat beberapa kali terjadi.

"Kau sudah lelah, harusnya kau mati!?" teriak Novan. "Silakan kau duluan!? Weap Dragon!?" Blarrr....

Dentuman keras menjalar keseluruh negeri. Novan terpental, "Novan!?" Teriakku merangkak meraih Novan.

"Ka-kau baik?" tanyaku. "Ayo kalahkan dia, Nara..." ucap Novan lirih. Ini buruk!? Ini sangat buruk!?

"Tapi bertahanlah!?" teriakku. Awan gelap berkumpul memusar tepat diatas gunung Xierra.

"Sudah saatnya... Pergilah..." ucap Novan. Marah, sedih, sakit, bingung, dan kecewa. "Aku percaya padamu..." ucap Novan menutup mata.

"Novan!? Jangan bercanda!?" teriakku. "Lawan aku gadis kecil!?" teriak Iva. Aku menyandarkan Novan pada sebuah batu. 

Kau lah penerus Teleportasi... Kau yang terakhir.

"Aku akan membunuhmu, Iva..." ucapku. Iva tersenyum. "Coba saja jika kau bisa..." Iva mengangkat tangannya, sebuah petir meluncur kearahnya hampir-hampir mungkin jika aku terbunuh disana.

"Kau merebut segalanya dariku..." geramku. Tanganku mengeluarkan cahaya hijau, kupikir itu dari Viora.

"Kau terlahir sebagai pengkhianat, padahal kakek mempercayaimu..." Aku turut mengangkat tanganku.

"Jika ia mempercayaiku, tak seharusnya ia meninggalkanku dengan menikahi wanita lain..." ucap Iva.

"Kau tak pantas mengatakannya..." ucapku berjalan perlahan, kami saling memutar langkah, berhadapan satu sama lain.

"Dan kau... Harusnya kau tak di lahirkan..." ucap Iva. "Aku dilahirkan untuk membunuhmu. Kau harus tahu itu..." ucapku mudah.

"...Kau berhutang satu nyawa padaku, Zora... Aku tahu kau bukan Iva. Nenekku adalah orang baik." Ucapku.

Wanita tua itu tertawa. "Bagaimana kau bisa sepintar itu..." "Keluar dari tubuh Iva!?" teriakku.

Iva menjelma jadi sebuah bayangan hitam besar. "Setelah aku membunuhmu..." Zora melempar serangan.

Zora adalah dewa kegelapan, ia masuk ke tubuh siapapun untuk menguasai satu demi persatu orang yang bisa ia singgahi untuk melanjutkan kehidupannya.

Dan Iva berniat menyegelnya, namun ialah yang jadi korban Zora saat ini. Mau tidak mau, aku harus membunuh Iva sekaligus dengan Zora di dalamnya.

"Thunder Darkness!?" Petir itu meluncu lebih cepat dari dugaanku. "Windy Boom!!" Blarrr...

Dentuman itu kembali muncul dan menghempas kami untuk saling menjauh.

"Weapon Dragon!!" sebuah bayangan hitam membentuk tubuh besar seekor naga. "Astaga..." umpatku dalam hati.

Wind master hanya dapat digunakan sekali jika darurat, durasinya pun hanya sekejap. Aku takkan menggunakannya sekarang.

"Guardian Wind!?" Naga itu melesat setelah sebuah tameng raksasa menyelubungiku dan Novan disana.

Boommmbbb... "Hyaaaa!?" Aku harus rela terseret beberapa meter. "Kau takkan bisa, kau kehabisan tenaga!?"

Aku bangkit menahan sakit, darah mengalir deras dari tangan kiriku. "Aku akan membunuhmu!? Wind Master!!!?"

Sebuah cahaya memancar dari tubuhku, aku membiarkan Viora masuk ke duniaku, dunia nyata.

"Kau mau aku menolongmu?" Aku mengangguk, Viora lenyap merasuk dalam genggamanku.

"Kau harus mati, Zora!?" Teriakku mengangkat tangan membiarkan Viora melakukan tugasnya.

Wind of ErchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang