TUJUH

5.7K 206 1
                                    

❄❄❄

Hari sudah tepat dimana waktunya zia menjawab sebuah perjodohannya.
Kini hari libur dimana zia dan keluarga nya berkumpul.

"Pagi dek?"

Zia yang sedang duduk di ruang tv tersontak kaget. Dengan cepat zia menstabilkan dirinya.

"Eh... Pagi juga kak"

"Kamu kenapa ko melamun?" tanya debi sembari menjatuhkan pantatnya di samping zia yang sudah tersedia soffa.

"Gak mikirin apa apa ko kak".

Kemudian debi akan menanyakan jawaban pada adeknya apakah dia menerima perjodohan ini atau tidak.

"Gimana dek?" ucap debi.

Zia hanya mengerjipkan dahinya merasa kebingungan dengan pertanyaan kakaknya.

"Maksud kakak, gimana apa nya kak?"
Zia pun balik tanya kepada debi.

"Itu dek, soal perjodohan kamu dengan Ali"
"Kamu sudah ada kan dek jawabannya?" sambung debi lagi.

"Zia akan menjawab saat Pak ali datang kerumah nanti kak" jawabku lalu meninggalkan debi, dan menuju ke kamarnya.

"Oke,, nanti kakak kabarkan ke Ali supaya dia datang kerumah ya dek" teriak debi, saat zia menaiki anak tangga.

❄❄❄

Ting!!!!
Tingg!!!!!!!!!!!

Tertera nama debi di layar ponsel ali.
Ali pun segera menjawab telepon tersebut.

"Assalamualaikum, ada apa bro... Tumben telepon?" salam ali, dan betanya.

"Walaikumussalam. Wishhh,,, iya nih gue ada berita bahagia untuk kita semua." Jawab debi

Athor 'Hahaha... Udah kaya iklan kulit manggis aja ':* abaikan tidak penting :v

"Berita apa bro?" tanya ali.

"Pokonya lu kerumah gue aja ya, zia mau jawab tentang perjodohan ini". Ujar debi, dengan suara yang agak alay.

"Wokeh broo... Gue siap siap dulu ya bro, tunggu gue di sana. Okeh" jawab ali sembali berkata seperti nada debi.

"Oke. Wassalamualaikum" salam debi.

"Wa'alaikumussalamu"

❄❄❄

Kini ali sudah sampai di pekarangan rumah debi. Hati ali pun kini mulai beraksi dua kali lebih cepat.

"Assalamualaikum" salam ali.

"Walaikumussalamu" serontak di dalam menjawab.

"Eh... Broo, gimana lu udah siap belum?" tanya debi menyenggol tangan ali.

"In syaa Allah gue siap" jawab ali dengan nada gemetar.

"Cieee... Gugup, biasa aja kali broo,, udah kaya mau disunat aja geh lu nya. Apa jangan jangan lu belum di sunat ya?" ujar debi meledeki ali dengan tertawa kecil.

"Enak aja. Mana ada gue udah sunat kelesss bro...." pembelaan ali.

"Umi panggil zia sekarang" pinta sang abi.

Dikamar zia yang sudah didandankan oleh umi nya tadi. Sekarang sedang duduk di tepi ranjang sedang kelihatan berfikir keras. Apakah dia akan menerimanya atau tidak..

Suara handle pintu terdengar,. Secepatnya zia menyadarkan dirinya.

"Assamualaikum. Anak umi yang cantik". Salam umi sembari memuji anaknya.

"Wa'alaikumussalam umi" jawab zia dengan senyum yang menawan.

"Kamu sudah keliahatan besar. Dan kini kamu akan di khitbah oleh lelaki... Jadi umi mau kamu bisa menggambil kemputusan yang tepat na, jika memang kamu tidak mau dengan perjodohan ini, gapapa kalo kamu mau ngebatalkannya juga nak. Mumpung masih ada waktu" ujar aisyah sembari memeluk zia.

"Tidak mi.. In syaa Allah keputusan zia tidak salah mi. Do'akan saja ya mi" zia membalas pelukan uminya.

"Yasudah sekarang kita turun yuk na, abimu menyuruh umi untuk memanggilmu". Pita uminya agar zia dapat turun.

"Baik mi"....

'Bismillahirrohmanirrohim' ucapnya dalam hati.

Kini zia menuruni anak tangga dan di gandeng oleh umi aisyah.. Dimana ali yang kini sedang asik berbicara dengan debi dan abinya. Seketika terhenti pandangannya kesatu arah yang dimana tertuju pada zia yang memakai gamis berwarna abu abu dan tidak lupa jilbabnya berwarna biru dongker yang menutupi rambut bagian dadanya.



'Subhanallah, sungguh indahnya ciptaan mu ini ya Allah' Batin ali

"utsh... Belum mukhrim, jaga pandangannya broo" ucap debi.

'Astagfirullah' ucap ali dalam hati.

Zia yang sudah sampai di ruang tamu pun dipanggil oleh sang abi untuk duduj di samping kakaknya debi.

"Zia sayang. Sini nak,, duduk di samping kakakmu." pinta abi.

Aku pun mengikuti kata abi. Dan menjatuhkan dirinya di sebuah soffa yang disampingnya ada kakaknya.

"Begini om, tante. Kedatangan saya kesini ingin mengkhitbah putri om sama tante yaitu zia om,te" Jawab ali to the point.

Zia pun hanya mematung dan tidak tau apa yang harus dia jawab.

"Hmm. Begini nak ali, om serahkan pada anak om saja zia, apakah dia menerima kamu atau tidaknya itu hak zia, om sama tante sebagai orang tuanya hanya menginginkan yang terbaik saja untuk anak anaknya." ucap abi zia.

"Bagaimana nak. Kamu mau menerima nya?" Tanya abi padaku.

Aku pun mengerjibkan mata dan meremas remas ujung jilbabku.

Ali juga kini merasakan hak yang sangat beda.... Jantungnya kini beraksi 1000 kali cepat dari yang biasanya.

"Bismilah, a-aku si-siap menerima khitbah dari pak a-ali". Jawab zia dengan suara terpatah patah.

"Alhamdulillah" ucap ali.

"Alhamdulillah ..." serontak kelurga.

-----------------------------------------------------------

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Maaf ya ukhti beberapa part ini pendek pendek..
Lagi banyak tugas nih dari guru. Untuk menyempurnahkan nilai nilai yang akan di isi di raport.

Ehh.. Iya. Btw gimana ali gak terpesona dengan zia. Sedangkan zia sangat cantik....

Dan alhamdulillah juga atas lamarannya. Akhirnya diterima juga dengan zia....

Selamat ya untuk ali dan zia semoga bisa cepet nikahnya :v

See you.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

GURUKU IS MAHRAMKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang