5

366 58 0
                                    

Dua tahun menjalani wajib militer membuat Nathan enggan untuk kembali bekerja, ia masih ingin menikmati waktu sendirinya di rumah. Tanggung jawab perkebunan ia serahkan seluruhnya pada Tuan Yeo. Nathan tidak mau ambil pusing, ia masih ingin istirahat untuk beberapa hari lagi.

Pagi ini adalah pagi kedua yang ia jalani sendiri, benar-benar sendiri. Nathan melangkah ke dapur, dan kembali melihat Anna disana. Anna dengan apronnya benar-benar memiliki pesona tersendiri. Tentu saja itu semua masih dalam bayangan Nathan.

"Oppa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oppa."

Anna tersenyum melihat Nathan yang keluar dari kamar dan mendatanginya ke dapur. Wajah Nathan masih terlihat kusut khas bangun tidur tetapi itu semua tidak memungkiri bahwa ketampanan Nathan masih jelas terlihat.

Nathan ikut tersenyum dan menghampiri Anna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nathan ikut tersenyum dan menghampiri Anna. Gadis itu benar-benar serius ingin belajar memasak. Kata-katanya tadi malam benar-benar ia realisasikan pagi ini, bahwa Anna akan belajar menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

"Kau memasak apa?"

"Aku mencoba membuat omelete."

"Itu bahkan terlalu mudah Anna." Nathan berkata dengan nada mengejek.

"Mudah bagi oppa tapi tidak untukku." selama ini memang Nathan yang selalu memasak untuk mereka berdua. Melihat tingkah laku Anna yang bak anak laki-laki, tak heran jika Anna sangat anti dengan peralatan dapur. Ia hanya pergi ke dapur untuk makan dan bukan untuk memasak.

"Kau tidak ingin oppa bantu?"

"No no no, aku akan melakukannya sendiri. Oppa tunggu disana dan duduk manis. Adikmu yang paling cantik ini akan menyiapkan sarapan yang spesial untuk oppa. Ini limited edition oppa, seharusnya kau bersyukur."

"Ya ya ya, lakukan pekerjaanmu dengan benar Anna. Oppa tidak mau memakan telur gosong."

"Selesai." belum selesai Nathan bicara, Anna sudah datang membawa sepiring omelete ke hadapan Nathan.
"Ayo dicoba."

Nathan mulai mencoba omelete buatan Anna.

"Ini tidak terlalu buruk untuk pemula, tapi ini sedikit asin."

"Wah... sepertinya aku akan menjadi chef setelah ini."

"Singkirkan pikiran bodohmu itu." Nathan memukul kepala Anna dengan sendok ditangannya. "Membuat satu telur dadar tidak akan langsung membuatmu menjadi koki handal."

Anna mendengus kesal, ia mengelus kepalanya yang sakit akibat ulah Nathan.

"Aku tahu, tapi setidaknya oppa harus mendukungku. Jangan terus memukul kepalaku, ini aset masa depanku dan masa depan oppa juga. Dengan ini aku akan bekerja dan mendapat uang." omel Anna sambil menunjuk-nunjuk kepalanya sendiri.

"Dasar cerewet, kau terlalu berlebihan Jo Anna."

"Aku kesal dengan oppa." Anna memalingkan wajah enggan menatap Nathan.

"Kemari."

"Tidak mau."

"Kau bilang kepalamu sakit. Oppa akan mengobatinya."

Anna benar-benar menurut dan mendekat, menggeser tempat duduk agar berada tepat disamping Nathan.

Nathan tersenyum melihat Anna yang telah duduk disampingnya, ia merangkul gadis itu kedalam pelukannya. Memberikan kecupan di puncak kepala gadis itu bertubi-tubi.

"Oke sudah sembuh." Nathan melepas pelukannya dan menepuk-nepuk pelan kepala Anna.

Anna tersenyum melihat bagaimana sikap manis Nathan yang menunjukkan bahwa laki-laki itu benar-benar menyayanginya.

"Kau tidak sarapan?" tanya Nathan mengalihkan perhatian, seingatnya Anna hanya membuat satu omelete dan gadis itu belum terlihat mengunyah apapun.

"Melihat oppa makan saja aku sudah tidak lapar."

"Heol, siapa yang mengajarimu berkata-kata seperti itu Jo Anna."

"Oppa." jawab Anna sambil terkikik geli. "Aku bercanda, aku sudah sarapan dengan semangkuk sereal tadi." Anna mengacungkan dua jarinya membentuk tanda peace.

"Kau mendahului oppa?" melihat tanda-tanda kakaknya akan marah, Anna dengan cepat bangkit dari duduknya. Bergerak pelan-pelan menjauhi Nathan.

"Anak nakal, kau harus diberi pelajaran."

Nathan mengejar Anna dan mengelitiki pinggang Anna hingga gadis itu tertawa terpingkal-pingkal dan memohon ampun.

"Ampun oppa, aku benar-benar minta maaf."

"Berjanjilah untuk tidak menjadi anak nakal lagi."

"Oke-oke setuju. Sekarang berhentilah mengelitikiku."

Nathan menjauhkan tangannya dari pinggang Anna. Gadis itu bisa bernapas lega dan kali ini ia juga melepas apronnya.

Nathan masih melihat kegiatan Anna, ia curiga akan apa yang gadis itu lakukan. Dan benar saja beberapa detik kemudian saat merasa perhatian Nathan teralihkan, Anna melesat untuk pergi dari rumah.

"Hey kau mau kemana." teriak Nathan.

"Aku akan pergi bersama Jongin."

"Hey berhentilah menjadi anak nakal."

Nathan mengusap wajahnya pelan. Baru saja ia melihat sisi perempuan adiknya dan kini gadis itu sudah kembali pada sifat aslinya.

Anna bersama Jongin adalah sebuah masalah besar.

16/12/2017

The Unforgettable Memory (Chanrene Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang