Matahari baru saja menampakkan dirinya di ufuk timur ketika Nathan dan Anna sudah berdiri di bawah pohon persik tepat di pinggir sungai.
Anna sudah tampak cantik dengan hanbok miliknya, hanbok pemberian Nathan di saat perayaan Chuseok terakhir yang bisa ia rayakan bersama kakaknya beberapa tahun yang lalu. Hanbok itu masih terlihat sangat bagus dikenakan di tubuh Anna.
Sedangkan Nathan sudah terlihat tampan dengan setelan jas serta seikat bunga ditangannya.
Anna tidak bisa menyembunyikan senyumnya ketika Nathan mengulurkan tangannya. Laki-laki itu menggenggam tangan Anna erat dan mulai mengucapkan janji suci. Menyematkan sebuah cincin di jari manis Anna.
Kini giliran Anna yg menyematkan cincin di jari manis Nathan. Keduanya tersenyum lantas Nathan menarik Anna dan mendaratkan sebuah ciuman di kening Anna lama.
Nathan hampir saja menangis menahan haru, ia begitu tidak menyangka bahwa Anna kini telah menjadi istrinya.
"Terima kasih telah menjadi istriku, Jo Anna." ucapnya setelah ciuman mereka usai.
Anna hanya bisa mengangguk, ia juga sama bahagianya.
"Ayo kita habiskan hari ini dengan bersenang-senang." lantas Nathan menarik tangan Anna dan membawanya ke tengah sungai. Anna memekik kaget ketika kakinya sudah menyentuh air. Ini terlalu pagi untuk bermain di sungai dan suhu udara pagi ini cukup dingin.
"Oppa dingin."
Nathan tidak mengubris omongan Anna sedikitpun, ia malah melancarkan aksinya dengan menyipratkan air ke tubuh Anna. Gadis itu kembali memekik, ia tidak terima hanboknya basah. Tanpa basa-basi ia membalas kelakuan Nathan dengan ikut menyipratkan air ke tubuh laki-laki itu.
Keduanya sama-sama basah oleh air sungai bahkan Anna sudah terlihat menggigil menahan dingin. Mereka akhirnya memutuskan berhenti bermain air, Nathan membawa Anna ke pinggir sungai.
"Kau mau pulang?"
Anna mengangguk mengiyakan pertanyaan Nathan.
"Kalau begitu ayo kita pulang."
Anna baru saja akan melangkah ketika Nathan sudah berjongkok di depannya membelakangi gadis itu.
"Oppa ayo pulang."
"Naiklah ke punggungku. Aku akan menggendongmu sampai rumah."
"Tidak perlu, aku bisa jalan sendiri."
"Ini perintah Jo Anna."
Tidak mau melihat Nathan marah akhirnya Anna memilih untuk naik ke punggung Nathan.
Nathan tersenyum, moment ini adalah moment yang paling ia rindukan bersama Anna. Sedangkan Anna merasa bahwa punggung Nathan masih tetap sama, menjadi tempat yang paling nyaman untuknya bersandar.Jalanan memang terlihat sepi, itu cukup membuat Nathan bisa bernostalgia bersama Anna. Mengabsen setiap tempat penuh kenangan yang mereka jumpai. Jalan dari sungai menuju rumah melewati hamparan ladang yang begitu luas. Tempat itu juga menjadi tempat bermain mereka sejak dulu.
"Anna."
"Hm..."
"Setelah sampai rumah, cepat ganti bajumu lalu kita pergi bersepeda."
"Benarkah?" tanya Anna antusias.
"Apa sepeda kita masih bagus?"Nathan mengangguk, "Aku sempat memperbaikinya beberapa hari yang lalu dan ternyata masih bisa dipakai."
"Kalo begitu lebih cepat kapten, aku sudah tidak sabar ingin cepat-cepat sampai di rumah."
Nathan tersenyum, Anna masih sama seperti dulu.
"Pegangan yang erat nona, pesawat anda akan meluncur dengan cepat."
"Siap kapten."
Keduanya larut dalam kebersamaan yang penuh canda tawa. Mereka menikmati waktu yang mungkin saja masih tersisa beberapa jam lagi.
-----
Nathan mengajak Anna untuk berkeliling desa menggunakan sepeda. Anna tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Setidaknya, untuk beberapa jam lagi ia masih bisa tersenyum dan tertawa. Tawa yang mungkin saja menjadi tawa terakhir yang Nathan lihat diwajahnya.Tbc
Chapter 25 end loh, tapi masih ada beberapa extra part atau alternative ending yang bakalan aku buat khusus buat kalian.
Mau ada kiss scenenya gak?
Kalau gak ada yang mau ya gak usah, aku gak pinter buat yg kayak gitu...
Gak usah deh ya, ntar nambah dosa wkwkwk.See you.....
16/02/2018
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unforgettable Memory (Chanrene Fanfiction)
FanfictionJo Anna adalah kenangan yang tak terlupakan bagi Jo Nathan. 11/12/2017 - 17/02/2018