Entah bagaimana caranya saat ini Anna bisa terpisah dengan Jongin dan berakhir dengan dirinya yang duduk menangis di atas trotoar jalan.
Perasaan kesal, marah, sedih dan takut menjadi satu. Anna kesal memikirkan bagaimana dengan mudahnya Jongin menyatakan perasaannya disaat dirinya hanya menganggap laki-laki itu sebagai sahabat.
Anna mengangguk bukan berarti ia membalas perasaan Jongin, ia marah karena Jongin dengan mudahnya mencuri ciuman pertamanya. Sungguh memikirkannya saja membuat kepala Anna menjadi mendadak pening.
Anna sedih sekaligus takut menyadari dirinya yang terlalu jauh pergi dari festival. Ia ketakutan berada di tengah keramaian sendiri. Seingat Anna, setelah melepas lampion ia dan Jongin terpisah karena kerumunan orang yang menabrak mereka tanpa henti. Tubuh Anna yang kecil sulit dijangkau oleh Jongin hingga berakhir dengan dirinya yang terdorong menjauh.
Anna berusaha mencari Jongin, tapi sadar bahwa terlalu banyak orang disana. Hingga ia memutuskan untuk keluar menuju jalan raya. Sempat ia ingin menelpon siapapun yang ia kenal, tapi sayang keberuntungan tidak berpihak pada Anna. Ponsel kunonya mati dan niat untuk menggunakan telepon umum pupus lantaran ia tidak membawa uang sepeser pun gara-gara tali tasnya putus dan berakhir tasnya jatuh entah dimana.
Yang bisa ia lakukan kali ini hanya menangis, meminta tolong pun akan percuma karena jalanan mulai sepi.
Anna mendongak menatap langit, ia berharap ada keajaiban setelah ini. Pandangan Anna kembali turun, menyusuri sekitarnya hingga matanya bertemu pada satu titik. Jongin tepat disana, di seberang jalan membelakangi dirinya.
Dengan cepat Anna berlari menuju tempat penyeberangan. Pikirannya yang mungkin terlalu senang bisa bertemu dengan Jongin membuat Anna tidak berpikir panjang. Tanpa melihat rambu, Anna menyeberang begitu saja. Ia tidak tahu bahwa disampingnya kini ada sebuah truk pengangkut barang yang melaju cukup kencang.
Suara klakson terdengar cukup keras begitu pula teriakan beberapa orang yang menyaksikan posisi Anna sekarang.
Anna sempat menoleh menyadari bahwa dirinya dalam bahaya. Ia ingin berlari namun sayang kakinya telalu berat. Suara ban yang begesekan dengan aspal mulai terdengar. Supir truk itu berusaha keras menginjak remnya. Jarak Anna dan truk itu terlampau dekat hingga kecelakan itu tak bisa dihindari.
Anna terpental cukup jauh, hingga suara jatuh tubuhnya diatas aspal cukup terdengar dengan jelas. Tanpa menunggu lama, darah dari bagian belakang kepala dan telinga Anna keluar dengan cukup deras.
Jongin yang mendengar kekacauan diseberang jalan menoleh, menghentikan atensinya pada pintu minimarket tempatnya berdiri. Merasakan firasat buruk akhirnya Jongin bergegas untuk menghampiri kerumunan itu.
Betapa terkejutnya Jongin ketika menyadari bahwa korban dari kecelakaan itu adalah Anna. Tubuhnya melemas, dengan sekuat tenaga ia memangku tubuh Anna dalam pangkuannya.
Anna masih diam, darah yang keluar dari belakang kepalanya masih terus mengalir. Sebagian orang sudah sibuk menghubungi ambulance dan sebagian lagi hanya mampu berdiri tak berani menolong. Mereka sadar bahwa harapan untuk Anna bertahan sangatlah sedikit.
Jongin menangis, mengguncang tubuh Anna sambil terus memanggil nama gadis itu. Anna tak kunjung merespon, dibawanya Anna ke dalam pelukan pria itu. Sungguh Jongin merasa bodoh, bagaimana ia bisa melupakan janjinya untuk menjaga Anna.
Anna tidak baik-baik saja, Jongin berteriak frustasi melihat sahabatnya yang tak kunjung sadar. Hingga tanpa ia ketahui, jari Anna bergerak. Matanya perlahan terbuka dan menatap Jongin yang masih terus menangis.
"Jongin." panggilnya lirih hingga nyaris tak terdengar.
"Anna, kumohon bertahanlah. Sebentar lagi ambulance akan datang."
Anna menggeleng, bahwa apa yang dikatakan Jongin akan sia-sia."
"Terima kasih. Tolong katakan pada Nathan oppa untuk tidak mengkhawatirkanku. Kau dan dia hiduplah dengan baik. Aku sayang kalian."
Setelah menyelesaikan ucapannya, tangan Anna melemah dan jatuh terkulai. Diiringi dengan napas dan detak jantung yang berhenti. Matanya perlahan tertutup dan ia tersenyum di akhir napasnya.
"Anna....!!!!" teriakan dan tangis Jongin tak terbendung lagi. Meratapi bahwa Jo Anna meninggal dalam pangkuannya.
Tbc
Dapet gak sedihnya?
Kurang dapet ya feelnya, maafkeun aku...
Next time, aku akan berusaha buat yang lebih baik lagi.
So mari bersedih ria di malam minggu ini T-T
20/01/18
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unforgettable Memory (Chanrene Fanfiction)
FanficJo Anna adalah kenangan yang tak terlupakan bagi Jo Nathan. 11/12/2017 - 17/02/2018