8

284 55 5
                                    

Malam itu benar-benar terasa dingin. Anna merasa was-was karena Nathan yang tak kunjung pulang. Ia memang biasa ditinggal sendiri jika Nathan harus pergi ke Seoul untuk mengirim hasil dari perkebunan mereka bersama Tuan Yeo.

Tapi malam ini Anna begitu takut. Bulan tidak menampakkan diri karena hari ini bulan mati, langit mendung ditambah suara petir yang menggelegar membuat Anna  meringkuk di sudut ruang. Anna memeluk lututnya gemetar karena takut, penerangan di ruangan ini semakin minim karena aliran listrik yang tiba-tiba padam. Hanya cahaya kilat yang menemani malam Anna.

Anna tak henti-hentinya menangis sambil menyebut nama Nathan berharap kakak laki-lakinya itu cepat pulang.

Disisi lain, Nathan berusaha keras menerjang kemacetan yang disebabkan oleh kecelakaan lalu-lintas didepannya. Tuan Yeo tak henti-hentinya memperingatkan dirinya untuk berhati-hati. Jalanan sangan licin dan kecelakan di depan mereka adalah salah satu bukti mengapa mereka harus berhati-hati.

Nathan tidak bisa tenang, pikirannya sudah kemana-mana. Ia mengkhawatirkan Anna. Jarak dari ia berkendara menuju desa tempat ia tinggal tidak jauh lagi, hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit berkendara di keadaan normal.

Tuan Yeo baru saja mendapat pesan dari anaknya bahwa dirumah mereka hujan sangat deras diiringi petir yang terus menggelegar ditambah lagi aliran listrik yang padam. Nathan semakin khawatir. Ia mengutuk pengendara di depannya yang tak kunjung melajukan kendaraan mereka.

Memikirkan Anna menangis membuatnya semakin frustasi. Nathan benar-benar ingin pulang dan memeluk Anna, menenangkan gadis itu dalam pelukannya. Melafalkan doa-doa hingga gadis itu berhenti menangis dan tidur dengan tenang.

*****
Setelah berjuang selama kurang lebih satu jam akhitnya Nathan sampai di rumah dengan selamat. Ia mengantar Tuan Yeo terlebih dahulu lalu dengan cepat ia kembali ke rumah.

Ia seperti orang yang kesetanan berlari masuk ke dalam rumah. Mencari-cari sosok Anna di dalam ruangan yang minim cahaya. Nathan menemukan sosok Anna yang menangis di sudut ruangan dengan memegang lututnya yang gemetaran.

Nathan ikut duduk, dengan cepat membawa Anna ke dalam pelukannya. Gadis itu menangis semakin keras meluapkan ketakutannya yang sejak tadi ia tahan.

"Oppa, Anna takut."

"Sstttss, Anna tidak perlu takut. Sekarang sudah ada oppa disini."

Nathan mempererat pelukannya. Menyalurkan kehangatan dan ketenangan kepada Anna. Ia mencium kening Anna sayang dan pada akhirnya mampu membuat tangis gadis itu sedikit demi sedikit mereda.

Dari dulu Anna memang takut dengan kegelapan semenjak kedua orangtua mereka meninggal akibat sakit keras yang mereka hadapi dalam waktu yang berdekatan. Dalam kurun waktu satu tahun mereka harus kehilangan kedua orangtua mereka.

Dalam kegelapan Anna merasa sendiri dan penuh dengan kesedihan. Anna tidak ingin mengingat kenangan-kenangan dirinya bersama kedua orangtuanya yang berakhir membuat dirinya rindu dan menangis semalaman.

Disaat seperti ini Anna bersyukur bahwa masih ada Nathan di dalam hidupnya. Kakak laki-lakinya itu selalu mampu membawa dirinya ke dalam ketenangan. Ia selalu mampu membuat Anna nyaman.
Anna rasa seluruh alam semesta ini berpusat pada Nathan, Nathan adalah seluruh hidupnya.

Dan satu hal yang perlu kalian ketahui, sampai kapanpun Anna tidak pernah ingin kehilangan Nathan. Ia tidak ingin berpisah dengan Nathan walaupun itu adalah kematian.






Tbc

Holllaa....
Ini update terakhir di penghujung tahun 2017.
Tahun baru harapan baru.
Selamat menyambut tahun baru 2018......





Uri OTP kita akan segera berlayar. Aku harap sih besok dispact ngumumin mereka kencan aja. Aku ikhlas kok mas mba.

The Unforgettable Memory (Chanrene Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang