11

221 48 12
                                    

Guys, harap diingat ya biar gak bingung.
Yang tulisannya di italic itu flashback alias masa lalu. Nah kalo tulisannya udah normal berarti udah ke masa kini.

Udah gitu aja biar gak bingung lagi.

Thank you udah baca cerita ini.

Tanpa kalian aku hanya butiran nutrisari yang kena air langsung hilang.

Happy reading.

*****
Nathan tengah sibuk mencabuti rumput liar di halaman depan rumahnya saat Jongin dengan gugup masuk ke pekarangan rumah itu.

"Hyung." panggil Jongin saat menemukan keberadaan Nathan. Laki-laki itu dengan malas menghampiri Jongin dan tentu saja dilengkapi tatapan sinis yang terlihat jelas di wajah tampannya.

"Aku akan kembali ke Amerika hari ini." ucap Jongin terdengar sedikit lesu. Sejujurnya ia masih takut untuk kembali menemui Nathan setelah pertemuan terakhir mereka tempo hari.

"Lalu apa urusannya denganku?" tanya Nathan tak peduli.

"Aku hanya ingin pamit. Seperti keinginanmu tempo hari, mungkin aku benar-benar tidak akan kembali. Jaga dirimu baik-baik hyung."

Nathan membuang muka, kentara sekali dirinya menahan tangis. Ia membenci Jongin tapi di lubuk hatinya yang paling dalam ia masih menganggap Jongin seperti adiknya sendiri. Setelah kehilangan Anna apa ia harus kehilangan Jongin juga?
Nathan harap tidak.

"Untuk ke sekian kalinya aku minta maaf hyung. Aku benar-benar menyesal. Aku harap kepergianku ini bisa menebus kesalahanku kepada hyung dan juga Anna. Kalau saja waktu itu-" Jonging membungkukkan badannya sambil membekap mulutnya sendiri menahan isakannya yang mulai terdengar.

"Berhenti Jongin. Kuharap kau tidak membahas itu lagi."

"Baiklah, sekali lagi aku minta maaf hyung."

"....." Nathan diam enggan untuk menolak atau menerima permintaan maaf Jongin. Pikirannya berkecamuk hingga sisi baik dan buruk dalam dirinya terus beradu.

"Hyung." panggil Jongin lirih.

Nathan tak menjawab tetapi matanya kini menatap Jongin dengan tajam.

"Bolehkah aku memeluk hyung untuk terakhir kalinya? Aku berjanji akan pergi dan tak meminta apa-apa lagi setelah ini."
J

ongin menatap Nathan dengan tatapan memelas.

"Kemarilah." tanpa terduga Nathan merentangkan kedua tangannya. Jongin tak percaya dan berhambur memeluk Nathan.

"Hyung." Jongin mengeratkan pelukannya. Ia menangis, tangis perpisahan dan penyesalan yang bercampur menjadi satu.

"Aku harus bagaimana hyung, bagaimana aku bisa sejahat ini kepada kalian. Kalau saja, kalau saja-" Jongin tak mampu melanjutkan kalimatnya, dadanya terlalu sesak untuk mengingat kejadian itu.

Tanpa sadar Nathan juga menangis. Ia juga baru menyadari bahwa bukan dirinya saja yang kehilangan, tapi Jongin juga. Ia tidak tahu bahwa Jongin bisa seperti ini. Menyesal dan menyalahi diri sendiri tanpa henti. Nathan tahu bahwa semua ini bukan hanya salah Jongin. Kehilangan Anna membuat mata batinnya tertutup, ia terlalu egois hingga membenci Jongin tanpa alasan yang jelas.

"Jangan terus menyalahi diri sendiri, Jongin. Kau tidak sepenuhnya salah. Jujur hyung sudah memaafkanmu sejak lama. Tetapi hyung terlalu egois hingga membencimu sampai detik ini. Kumohon kembali lagi suatu hari nanti. Hyung sudah menganggapmu seperti adik sendiri. Cukup hanya Anna yang meninggalkan hyung, kau jangan."

Jongin melepas pelukannya, ia menatap sosok laki-laki yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Sekarang ia merasa sedikit lega karena Nathan menerima permintaan maafnya.

"Hyung sungguh memaafkanku? Hyung tidak membenciku?"

Nathan mengangguk, Jongin kembali menangis. Ia tidak pernah menyangka bahwa hati Nathan terlalu mulia. Bagaimana laki-laki itu bisa memaafkan pendosa besar seperti dirinya.

"Terima kasih telah memaafkanku. Aku tidak tahu aku akan kembali atau tidak. Aku terlalu malu menunjukkan wajah penuh dosaku ke hadapan hyung."
Jongin mengusap air matanya sendiri dengan punggung tangannya. Sekali lagi ia membungkuk hormat, lalu melangkah mundur meninggalkan Nathan yang kini diam mematung.

Jongin telah pergi, mobil yang mengantar laki-laki itu sudah bergerak menjauh meninggalkan desa. Kaki Nathan melemah, ia jatuh terduduk sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.

Untuk kedua kalinya ia ditinggalkan oleh adiknya sendiri. Ia kembali sendiri, benar-benar sendiri. Tidak ada lagi suara tawa Anna dan Jongin yang bermain di halaman rumah mereka. Tidak ada lagi Nathan yang berteriak memanggil nama kedua anak itu. Tidak ada lagi Anna dan Jongin si pembuat onar.

Karena sekarang Jo Nathan harus kembali kepada kenyataan yang penuh luka dan penyesalan.

Tbc


Ku harap kalian gak salah paham sama hubungan Nathan dan Jongin. Bromance lah istilahnya bukan hubungan boyxboy. Aku gak segila itu hehehe peace...

The Unforgettable Memory (Chanrene Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang