6

307 57 4
                                    

Sore itu Nathan dibuat heboh oleh Anna yang datang dengan digendong oleh Jongin.

"Anna kau kenapa? Apa yang kau lakukan pada adikku, Kim Jongin?"

"Biar aku jelaskan hyung." kata Jongin sambil menurunkan Anna dari punggungnya. Anna terlihat meringis menahan sakit dikakinya yang pada akhirnya membuat Nathan semakin khawatir.

"Kami pergi ke sungai dan di perjalanan pulang kami menemukan pohon persik yang berbuah lebat."

"Jangan katakan Anna jatuh dari pohon lalu kakinya terkilir." tebak Nathan sebelum Jongin selesai dengan kalimatnya, sedangkan Anna hanya diam sambil menunduk.

"Ya memang benar seperti itu, tapi aku sudah melarang Anna. Tapi hyung tahu sendiri kan bagaimana sifat Anna." suara Jongin melemah saat melihat tatapan Nathan yang begitu menakutkan.

"Kau ini laki-laki bagaimana kau bisa membiarkan teman perempuanmu untuk naik pohon."

"Aku sudah menghentikannya hyung."

"Oppa!"  panggil Anna dengan suara yang cukup keras.
"Jangan marahi Jongin, ini juga kesalahanku. Lagipula dia sudah menggendongku dari sungai."

Nathan menghembuskan napasnya pelan lalu mengusap wajahnya secara kasar. Ia bahkan sudah bosan melihat kelakuan dua bocah tengil yang hampir setiap hari selalu membuat masalah. Nathan tidak sepenuhnya menyalahkan Jongin karena pada dasarnya adiknya juga keras kepala seperti batu-batu besar yang ada di tengah sungai.

Kedua bocah itu memang tidak pantas lagi dikatakan bocah karena mereka sudah memasuki tahun pertama di sekolah menengah atas tetapi kelakuan mereka memang tak beda jauh dari kelakuan seorang bocah.

Jongin adalah teman dekat Anna sejak mereka balita, jarak umur mereka hanya berbeda beberapa bulan. Jongin lahir di bulan Januari sedangkan Anna di bulan Maret.

Bisa dibilang dimana ada Anna disana ada Jongin begitu pula sebaliknya dimana ada Jongin disitu ada Anna.

Mereka adalah sepaket pembuat onar yang mampu membuat kepala Nathan serasa mau pecah. Jarak rumah mereka yang hanya terhalang tembok pembatas membuat kedua bocah itu semakin sering memiliki kesempatan untuk membuat onar.

"Jongin sebaiknya kau pulang, aku yang akan mengurus Anna."

"Baik hyung, aku permisi dulu." Jongin menoleh lalu sekilas menatap Anna.
"Sampai jumpa Anna, kita pergi bermain lagi besok."

Anna tersenyum lalu melambaikan tangan ke arah Jongin. Nathan mendelik dan dengan segera menolak ajakan Jongin.

"Tidak-tidak, Anna tidak boleh kemana-mana sebelum kakinya sembuh."

"Yahhh." bahu Anna merosot dibarengi dengan bibirnya yang mengerucut.

"Tidak apa-apa, aku bisa bermain kesini besok. Cepat sembuh Anna." Jongin sempat mengacak rambut lalu pergi begitu saja tanpa menghiraukan Nathan yang mulai naik darah.

"Kim Jongin!!! Jangan pernah muncul dihadapanku selama satu minggu ke depan."

Jongin acuh, ia mengedikkan bahunya dan melambaikan tangan ke atas tanda tak peduli.

Emosi Nathan hampir saja meledak jika Anna tidak segera meraih lengannya.

"Sudahlah oppa, kakiku tidak apa-apa."

"Tidak apa-apa katamu? Kau sampai pincang begitu itu namanya kenapa-napa Jo Anna. Bisa tidak sehari saja tidak membuat masalah? Oppa sudah telalu lelah bekerja mengurus ini itu ditambah lagi kau yang selalu membuat onar."

"Maaf." ucap Anna pelan, tanpa ia sadari air mata sudah terlebih dahulu meluncur bebas di pipinya. Ia berjalan dengan pincang melewati Nathan begitu saja, ia juga lelah. Ia ingin tidur dan beristirahat di kamar.

"Jo Anna!"

"Aku lelah oppa, aku ingin tidur." Anna memutar tubuhnya menghadap Nathan.
"Kumohon untuk kali ini jangan marahi aku."

Nathan diam, merasa bersalah dengan apa yang  baru saja ia lakukan.

Tanpa ia sadari ia melukai perasaan Anna dan ia benci telah melakukan hal itu.

"Maafkan oppa, Anna."

Tbc

Maaf ya kalo typo aku belum sempey revisi.

17/12/2017

The Unforgettable Memory (Chanrene Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang