2. Pemberitahuan

1.5K 66 4
                                    

Setelah selesai makan Citra langsung masuk kamar dan belajar, sedangkan ayah dan bundanya Citra di ruang Tv.

"Assalamualaikum," ucap pak Rahman.

"Waalaikumsalam," ucap ayah dan bunda Citra.

"Eh Rahman, silahkan masuk," ayah Citra mempersilahkan masuk, sedangkan bunda Citra membuatkan minuman.

"Tumben kesini Man ada apa?" tanya ayah Citra.

"Gini lo Gus saya kesini itu mau rundingan kapan nih acara pertunangan dan pernikahan anak kita dilaksanakan?" tanya pak Rahman dengan serius.

"Oh iya ... enaknya kita laksanakan kapan ya Man? saya bingung nih, soalnya Citrakan masih kelas 3 SMA," kata ayah Citra.

Saat mereka serius memikirkan pertunangan dan pernikahan anak mereka bunda Citra datang membawa minuman yang telah dia buat lalu ikut berbicara dalam menentukan pertunangan dan pernikahan anaknya.

"Minuman datang ... tadi saya dengar kalian bicara pertunangan dan pernikahan anak kita ya? Gimana kalau pertunangan mereka kita laksanakan minggu depan saja? Sedangkan pernikahannya kita laksanakan setelah Citra ujian nasional saja," tutur bunda Citra dengan antusias.

"Benar saya setuju. Gimana Man? Kamu setuju atau tidak?" tanya ayah Citra.

"Iya saya setuju," jawab pak Rahman dengan senyum yang lebar.

Setelah pembicaraan antara mereka selesai ayah dan bunda Citra lanjutkan aktivitasnya yang tertunda, mereka sengaja tidak kasih tahu Citra karena meraka ingin bahwa Citra tahu perjodohannya dengan Nico dari pak Rahman.

🍁🍁🍁🍁

19.00 Wib

"Masyaallah kamu cantik sekali Citra, Oh iya ... ini bunda kasih uang dan cepat pergi ke pasar malam di desa sebelah disana kamu ditunggu pak Rahman. Hati-hati ya Citra," ucap bunda.

"Pak Rahman?" Bukannya itu teman lama Ayah ya Bun? Emangnya ada apa Bun Pak Rahman nungguin aku?" tanya Citra bertubi-tubi.

"Iya, sudah jangan banyak tanya nanti kamu akan tahu sendiri, cepat pergi nanti keburu Pak Rahman pulang, hati-hati ya Citra," perintah Bunda.

"Ya sudah Bun, Yah Citra pergi dulu ... asslamualaikum," ucap Citra dengan pasrah.

"Waalaikumsalam."

Akhirnya Citra pergi ke pasar malam dengan naik motor metiknya, setelah sampai di pasar malam Citra bingung mencari pak Rahman karena pasar malamnya sangat ramai.

"Citra, sini," panggil pak Rahman di sebrang jalan.

"Iya pak. Pak Rahman ya?" ucap Citra setelah di dekat pak Rahman.

"Iya Citra, masak kamu udah lupa sama wajah saya?" tanya pak Rahman sambil tersenyum menggoda Citra.

"Hehe ... sedikit pak, tapi hanya sedikit kok pak Rahman," jelas citra untuk meyakinkan pak Rahman.

"Iya ya saya hanya bercanda kok," ucap pak Rahman sambil tersenyum .

Saat mereka asik berbicara tiba-tiba pak Rahman menyuruh pemuda untuk datang menghampiri keduanya , Citrapun kaget atas sikap pak rahman yang tiba-tiba seperti itu, memanggil seseorang yang menurutnya pak Rahman juga tidak mengenalnya .

"Nak sini ... iya sini," panggil pak Rahman ke pemuda itu.

"Iya pah ... ada apa sih pah? Papa selalu ganggu aku aja," keluh pemuda itu.

"Apa? Papa? Gak salah dengarkan aku? Katanya dalam hati.

Bengong, nglamun.

"Citra ... Citra ..." panggil pak Rahman sambil melambaikan tangan di depan wajah Citra.

"Ehh ... iya Pak. Maaf Pak," ucap Citra ketika dirinya sadar dari lamunan.

"Kamu kenapa?" tanya Pak Rahman .

"Hehe ... tidak apa-apa Pak," kilah Citra.

Setelah mereka berkumpul, pak Rahman langsung bicara to the point ke Citra dan Nico atas perjodohan mereka yang direncanakannya tadi sore dengan kedua orang tua Citra.

"Nico, Citra kalian sengaja Papa pertemukan di sini untuk memberitahukan ke kalian bahwa kalian akan bertunangan minggu depan dan pernikahan kalian akan dilaksanakan setelah kamu ujian nasional Citra," jelas pak Rahman sambil tersenyum.

"Apa!" ucap Nico dan Citra dengan bersamaan.

"Tapi Pak, saya masih ingin melanjutkan pendidikan saya," keluh Citra ke pak Rahman.

"Iya Pa aku juga masih ingin senang-senang dulu kalik Pa. Lagian inikan sudah zaman modern Pa, masa sih perjodohan masih berlaku," protes Nico tak terima atas perlakuan papanya.

"Tidak ada tapi-tapian ini sudah keputusan final dan kalian harus mau tidak boleh menolak," kata pak Rahman tak terbantah.

" Terserah Papa," ucap Nico dengan singkat lalu meninggalkan Citra dan papanya.

"Citra maafin Nico atas sikapnya tadi ya dan oh ya, jangan panggil saya Pak dong Citra, tapi panggil saya dengan sebutan Papa ya," pinta pak Rahman sambil mengusap pucuk kepala Citra dengan lembut.

"Iya Pa," kata Citra sambil tersenyum.

Setelah urusan pertemuan ini berakhir, pak Rahman menyuruh Citra untuk pulang sendiri karena sebelum ke pasar malam pak Rahman sudah membuat janji sama Kliennya. Citrapun nurut saja tanpa menolak sedikitpun.



Yeee.....part ini selesai. Silahkan dibaca...oh ya jika ada kesalahan dalam penulisan maaf ya...😊😉

Jangan lupa vote dan komennya juga ya😁😅

"Teman mainku jadi suamiku❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang