14. Detik-detik Pertunangan

583 26 1
                                    

"Pertunangan? Apakah ini bisa disebut pertunangan? Sedangkan keadaannya disini menurutku hanya sebuah perjanjian yang menguntungkan 1 pihak saja. Hari dimana seharusnya ke 2 belah pihak bahagia tapi kenyataannya enggak. Oke mungkin aku juga bahagia tapi saat mengingat perjanjian itu kebahagianpun sirna sudah. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus membatalkannya? Tapi aku tidak bisa lakukan itu, aku tidak mau membuat kedua orang tuaku kecewa. Ya Allah bantu aku menyelesaikan masalah ini. Jika memang Nico jodohku maka lancarkan pertunanganku nanti malam dan sebaliknya ya Allah jika Nico bukan jodohku maka jangan lancarkan pertunangan nanti malam. Amin ya robbal alamin"

Tok...tok...citra bangun sayang..tok..tok..suara bunda dibalik pintu kamar Citra.

"Iya bunda. Citra udah bangun, bentar bunda citra datang." Ucap Citra sambil berjalan ke arah pintu.

"Loh ternyata anak bunda udah bangun. Kamu habis sholat ya sayang?" Tanya Bunda saat melihat Citra yang masih mengenakan mukenahnya.

"Iya bunda. Tadi Citra habis sholat istiqoroh bunda." Jawab Citra sambil tersenyum ke bundanya.

"Boleh bunda masuk?" Tanya bunda sambil mengusap pipi Citra dengan sayang.

"Tentu boleh bunda."

"Duduklah sayang bunda mau tanya ke kamu." Ucap Bunda sambil menepuk kasur disebelahnya yang masih kosong.

Deg....sedetik itupun juga badan Citra menegang saat mendengar ucapan dari bundanya.

"Kenapa bunda tiba-tiba ingin bertanya? Apakah bunda tahu masalah perjanjian itu? Ya Allah aku harus bagaimana?" Ucap Citra dalam hati.

"Citra kok nglamun sih? Sini." Ucap Bunda sambil menatap heran ke arah Citra.

"Eh i..iya bunda."

"Kenapa kamu ketakutan kayak gini, lihatlah badan kamu bergetar sayang." Ucap Bunda sambil mengusap punggu tangan Citra yang sudah duduk disampingnya. "Apakah ada yang kamu sembunyikan dari bunda?" Tanya Bunda sambil mengusap pipi Citra dengan sayang.

"Ti..tidak ada kok bun."

"Lalu kenapa kamu bergetar kayak gini?" Tanya Bunda sambil melihat putrinya yang ketakutan.

"Itu bun..Citra itu kedinginan." Jawab Citra dengan bohong.

"Oh gitu yasudah. Ini bunda mau tanya ke kamu, kamu udah siap apa belum kalau nikah setelah UN?" Tanya Bunda sambil melihat Citra.

"Belum bun. Citra belum siap bun." Jawab Citra sambil menundukkan kepalanya karna merasa bersalah telah membohongi bundanya.

"Hei sayang kenapa kamu nunduk bunda ada didepan kamu bukan ada di bawah situ. Hehe..." Ucap Bunda sambil tertawa memecah ketegangan.

"Ih..bunda..Citra sayang bunda." Ucap Citra sambil memeluk bundanya dengan erat.

"Aduh...aduh..aduh."

"Bun..bunda tidak apa-apa? Yang sakit bagian mana bun?" Tanya Citra bertubi-tubi karna rasa takut akan bundanya kenapa-napa. Di sisi lain bundanya malah tertawa terbahak-bahak yang membuat Citra bingung akan keanehan tingkah laku bundanya.

"Oh...jadi bundaku tersayang ini ngerjain Citra ya. Nah ini rasakan jemari lentik Citra. Haha..." Ucap Citra sambil menggelitikki bundanya.

"Udah Citra...perut bunda sakit nih." Keluh Bunda karna tidak kuat tertawa lagi.

"Hehe...maaf ya bun." Citrapun menghentikan aksinya.

Dimeja makan.

"Yah bunda mau bicara masalah pernikahan Citra putri kita yah." Ucap Bunda sambil memegang lengan kiri ayah.

"Bicara aja bun." Jawab ayah dengan singkat.

"Gini yah Citra belum siap kalau nikah setelah UN." Ucap Bunda sambil melihat ayah. "Lalu?" Tanya ayah dengan sepontan setelah mendengar ucapan bunda.

"Apakah kita bisa menunda pernikahan Citra yah agar pernikahannya tidak dilaksanakan setelah Citra selesai UN ?" Tanya Bunda sambil menunggu jawaban dari ayah.

"Bisa enggaknya nunda pernikahan putri kita itu juga butuh persetujuan Raman bun." Ucap Ayah sambil melihat bunda dan Citra.

Melihat dan mendengar itu Citrapun hanya pasrah dan sabar.

Setelah menyelesaikan sarapannya Citra dan Ayahnya berangkat bareng. Sebenarnya Citra tidak mau berangkat sama ayahnya bukan karna Citra benci sama ayahnya tapi melainkan karna ayahnya selalu bawa mobil jika mengantarkannya dan dia juga lebih suka naik sepeda kesayangannya.

Disekolah....

"Sayang udah nyampek di sekolah ayah berangkat dulu ya dan kamu jangan mikirin masalah yang ada dirumah. Oke. Assalamualaikum." Ucap ayah sambil mengusap-usap pipi Citra.

"Iya ayah.Waalaikumsalam." Ucap Citra sambil melambaikan tangannya ke atas.

Setelah sampai dikelas Citra langsung membaca novel kesukaannya.

"Assalamualaikum neng cantik nan pintar." Ucap Jofano sambil senyum ala dirinya.

"Waalikumsalam. Idih jof kenapa kamu kayak gitu? Senyam-senyum gak jelas. Kesambet ya jof ? Kalau kesambet aku panggilkan guru agama kita ya. Haha...." Ucap Citra dambil tertawa karna sikap jofano yang tidak seperti biasanya.

"Apa-apaan sih kamu Cit. Merusak suasana aja sih kamu." Ucap Jofano sedikit kesal karna sikap polos Citra. "Oh ya tumben kamu berangkat sendirian si santi mana Cit?" Tanya Jofano sambil melihat kanan-kiri dan arah pintu mencari keberadaan santi.

"Tunggu aja bentar lagi dia datang. Hemm...kamu kenapa tiba-tiba tanya si santi, kamu kangen ya jof ?" Goda Citra sambil cengar cengir sendiri.

"Assalamualaikum Citra, Jofano." Ucap Santi dengan antusias seperti biasanya.

"Eh santi..san dicari pangeran kamu nih, katanya dia sangat kangen sama kamu." Ucap Citra sambil menahan tawanya.

"Citra apa-apaan sih kamu ngada-ngada aja, san jangan dengerin ucapan Citra ya." Elak jofano agar santi tak berfikir jauh tentangnya. Haha...dasar ABG Labil😴

"Kangen juga enggak apa-apa kok jof gak akan ada yang nglarang kamu." Ucap Santi sambil tersenyum manis.

Mendengar ucapan santi hati Jofano berdetak tidak karuan dan tentunya dia bahagia. Tuh kan ABG Labil. Hm😪

"Tapi kangen sebagai teman. Oke." Ucap Santi dengan tersenyum.

Mendengar ucapan santi barusan hati jofano hancur seketika bagaikan kena hantaman batu dan menusuknya. Alay nih jofano😂

Di sisi lain Citra yang dari tadi menahan tawanya akhirnya tertawa juga terbahak-bahak pula.

"Cit kenapa kamu tertawa, emang ada yang lucu ya?" Tanya Santi dengan polos.

"Eh enggak papa san aku hanya ingin tertawa saja." Ucap Citra sambil tersenyum.

"Oh ya Cit petunangan kamu nanti jam berapa? Biar akunya pas datang ke pertunanganmu gak telat gitu Cit." Ucap Santi dengan perlahan agar tidak terdengar Jofano yang sedang duduk memojok merenungi nasib percintaannya yang baru saja kandas.

"Jam 9 malam san."

"Oke Cit aku akan datang sebelum jam 9." Ucap Santi dengan bahagia.

*Assalamualaikum semua...maaf baru bisa update. Terimakasih yang sudah baca dan yang belum baca langsung baca aja. Masalah baper enggaknya akan tahu setelah baca novelnya. Haha..😅

Oh ya hampir aja lupa. Jangan lupa komentar dan votenya ya biar kelihatan rame gitu. Biar enggak sepi kayak hidup autor..wkwk...😂😂👋



"Teman mainku jadi suamiku❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang