Bag 2

8.1K 323 3
                                    


Ayna yang kebetulan sedang tak ada kerjaan langsung menuju meja nomer 7 milik Rendra tersebut dan memberikan daftar menu kepadanya.

“Saya mau menu  yang pahing mahal dan paling enak disini.” Ucap Rendra tegas seraya memperhatikan Ayna dibalik kaca mata hitamnya.

“Dan tidak pakai lama.” Tambah nya kemudian.

“Baik, Bapak bisa menunggu sebentar saya akan kembali membawakan pesanan Bapak.”
Ucap Ayna seraya meninggalkan meja nomer 7.

Di dapur Oni yang melihat tingkah Ayna yang cemberut dan terus menggerutu itu bingung dengan tingkah sahabatnya.

“Kamu kenapa sih Ay, bibir kok di maju-majuin gitu.”

“Apasih Nii.. Aku bete tau, ada pelanggan yang songong banget, tau gak katanya mau pesen makanan yang paling mahal plus gak pake lama, udah gitu judes pula.”

“Siapa sih yang kamu maksud Ay, aku mana ngerti.”

“Itu yang duduk di meja nomer 7 itu loh.”

Sesaat mata Oni melirik kearah meja nomer 7. Dan.. Ia pun mengerti bahwa yang duduk di tempat tersebut adalah Narendra Hadinata. Seorang pengusaha sukses asal Jakarta.

“Pantes aja, dia itu pengusaha muda pemilik Hadinata Group itu loh Ay, masa lo gak tau sih.”

“Enggak, enggak artis juga.”

“Ah kamu kudet ah, kemarin habis masuk koran jugak. Katanya akan melebarkan sayap bisnisnya ke Bandung juga loh.”

“Aku gak peduli ni, Udah ya aku anter dulu makanannya.” Ucap  Ayna seraya meninggalkan Oni yang masih melongo akan kehadiran Rendra di cafe itu.

Ayna meletakkan satu persatu pesanan di meja, namun saat ia hendak meletakkan sebuah minuman tiba-tiba tangannya seperti ada yang menyenggol sehingga membuat minuman tersebut tumpah di jas hitam yang dikenakan Renda.

“Pelayan macam apa kamu, tak becus jadi pelayan!”

“Maa.. Maaf pak, saya tidak sengaja. Sepertinya..” belum sampai ia melanjutkan bicaranya diputus oleh Rendra.

“Sepertinya memang kamu tidak pantas bekerja disini, naruh minum begitu saja bisa tumpah, jas saya jadi kotor. Asal kamu tahu harga jas ini takkan mampu kamu beli dengan gajimu setahun.”

Pak Beny,  yang merupakan Owner cafe Delice mendengar keributan langsung menghampiri meja tersebut.
Kaget. Karena yang tengah ribut adalah Narendra Hadinata dengan Ayna karyawannya.
Siapa yang tak mengenal sosok Narendra Hadinata. Kedatangannya ke cafe Delice sudah membuat sang empunya cafe bahagia karena cafenya bisa kedatangan penguasaha ternama itu. Namun yang Ia tidak habis pikir mengapa Ayna bisa membuat masalah dengannya.

“Pak Narendra Hadinata, apa yang terjadi sehingga Bapak marah terhadap karyawan saya?” tanya pak Beny penuh Penasaran.

“Saya mau Anda memecat karyawan Anda yang satu ini.” Ucap Rendra sambil menunjuk ke arah Ayna penuh benci.

“Memang apa yang telah diperbuat sehingga membuat Bapak murka?” tanya pak Beny lagi.

“Tanyakan saja padanya, saya mau Anda  memecatnya sekarang juga kalau Anda  tidak ingin kehilangan cafe Anda.” Ucap Rendra dengan nada meninggi. Dan berlalu meninggalkan mereka.

Ayna yang mendengar hal itu tak kuasa menahan tangisnya. Ia berlari keluar menghampiri Rendra dan memohon agar tidak dipecat dari cafe tersebut.

“Ba.. Bapak tapi tolong jangan pecat saya. Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini”
Ucap Ayna tersedu.

Oni yang mengetahui hal itu langsung menghampiri dan memeluk erat sahabatnya.

Terima kasih sudah membaca karya abal-abal saya.
Kalo bagus. Tinggalkan vote maupun kritik dan saran di kolom komentar. Agar saya semangat melanjutkannya.😊

Mawar PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang