Sampai di rumah sakit.
Ayna menunggu di ruang tunggu bersama pak Amin. Melihat Ayna yang belum usai menangis. Pak Amin merasa tak tega. Ia berulang kali menenangkan Ayna hingga akhirnya wanita itu tak menangis lagi.
"Sudah non, jangan menangis terus. Kita doakan tuan agar tidak terjadi apa-apa dan segera sembuh".
Ayna mengusap bulir air matanya yang hendak terjatuh lagi. Benar kata pak Amin. Sebaiknya ia mendoakan kesembuhan suaminya bukan hanya menangisinya.
"Terima kasih pak." ucap Ayna.
Ayna segera beranjak dari duduknya, menuju musola rumah sakit dan mengambil air wudlu untuk menyucikan diri dan bersembahyang. Setelah itu bermunajat berharap Tuhan segera membuka mata Rendra dan menyembuhkan suami tercintanya itu.
Beberapa saat kemudian Ayna memutuskan pergi ke kantin rumah sakit. Ia melihat pak Amin sedari tadi menungguinya dan belum makan apa-apa. Demikian pula ia yang tak mengira bahwa sudah cukup lama ia terpaku menangisi suaminya bahkan hingga lupa waktu.
Ayna membeli beberapa potong roti dan air mineral untuk dirinya dan pak Amin, baru setelah itu ia kembali ke bangsal Teratai tempat Rendra terbaring tak berdaya.
Tok tok..
"Assalamualaikum"
Ayna mengucap salam dengan mengetuk pintu pelan."Waalaikumsalam, non."
Balas pak Amin."Ini pak, roti sama airnya. Dimakan dulu, saya tau pak Amin pasti capek dari tadi menunggui saya dan mas Rendra." ucap Ayna sembari menyodorkan beberapa potong roti dan air mineral untuk pak Amin.
"Terima kasih,non. Seharusnya non Ayna tidak perlu repot-repot. Pak Amin bisa beli sendiri kok." jawab pak Amin.
" Tidak apa pak, tadi sekalian saja. Yasudah mari pak dimakan dulu".
"Iya, non. Terima kasih sekali lagi." balas pak Amin. Kemudian mengikuti arahan Ayna, makan beberapa potong roti.
****
Pagi telah tiba dan Rendra tak kunjung bangun. Ayna tertidur dengan posisi duduk dan menggenggam tangan suaminya. Rupanya ia tak ingin sedetik pun tidak mengetahui perkembangan suaminya.Sedangkan pak Amin pulang ke rumah dan digantikan dengan Bi Minah yang menjaga Ayna dan Rendra.
Ayna bangun untuk melaksanakan sholat subuh dengan bi Minah. Ia sholat berjamaah dengan bi Minah di samping ranjang.
Setelah itu ia mengambil al qur'an kecil di atas nakas yang ia pesan kepada bi Minah untuk dibawakan ke rumah sakit. Ia mendaraskan ayat-ayat suci Al qur'an untuk Rendra.Bi Minah yang berada di samping Ayna begitu melihat ketulusan hati dari wanita yang pernah ia tolong dari kejahatan Rendra di masa lalu.
"Non Ayna memang istri yang salihah, beruntung tuan mendapat istri secantik dan sebaik non Ayna." pekiknya dalam hati.Waktu sudah menunjukan pukul 06.30. Bi Minah pergi keluar mencari makanan untuk kedua majikannya itu. Dibelinya 2 bubur ayam yang di seberang jalan rumah sakit. Warungnya tidak terlalu besar namun antriannya cukup panjang. Ia rasa mungkin bubur ayam disitu enak.
Sejurus kemudian bi Minah kembali ke bangsal dan memberikan bubur ayam kepada Ayna untuk sarapan paginya.
" Non, dimakan dulu buburnya."
Ucap bi Minah."Tidak, Bi. Nanti saja. Ayna belum lapar."
" Jangan begitu non, non Ayna harus makan untuk menjaga kesehatan. Kalo non Ayna sakit siapa nanti yang menjaga tuan?"
Balas bi Minah." Baiklah bi, terima kasih ya Bi."
" sama-sama non." balas bi Minah.
Setelah makan beberapa suap.
" Ngomong-ngomong, bubur ayamnya enak bi. Bi minah beli dimana memang?" tanya Ayna penasaran
"Di seberang jalan depan rumah sakit ini non, kan disitu ada beberapa warung berjajar. Salah satunya warung bubur ayam pak Somad ini, tadi Bibi lihat ramai. Mungkin enak. Lalu Bibi beli disitu saja. Non Ayna suka?" tanya Bibi kembali.
"Suka, Bi. Enak kok" balas Ayna.
" Alhamdulillah kalo non Ayna suka, berarti buburnya dihabiskan ya."
Balas Bi Minah lagi..
.
.
.