3 bulan berlalu. Rendra tak pernah absen untuk sekedar mengontrol kondisi Ayna. Kini gadis itu nampak lebih baik. Dari yang tadinya murung dan seperti orang linglung kini senyum sudah mulai menghiasi bibir manisnya.
Seiring membaiknya kondisi Ayna, membesar pula perutnya. Kini ia sudah mengandung 1bulan. Buah cintanya dari Rendra. Bukan buah cinta. Lebih tepatnya hubungan yang dikehendaki sebelah pihak. Mengetahui kehamilan Ayna. Rendra tak segan untuk selalu menjaga gadis itu. Sikapnya kian hari kian berubah. Apalagi sejak mengetahui kehamilan Ayna.
Rendra berjalan menuju taman belakang rumah tempat favorit Ayna di rumah yang cukup besar itu, tidak begitu luas namun asri. Banyak tumbuhan dan ada satu kolam ikan yang membuat tempat itu begitu nyaman dan menenangkan. Pantas saja Ayna senang menghabiskan waktu disana bahkan bisa sampai berjam-jam hanya duduk ditepi kolam. Entah apa yang ia lakukan Rendra tak mengerti.
Rendra memberikan semangkuk bubur ayam yang masih hangat.
"Ini makanlah."
Ayna menatap mangkuk putih berisi bubur ayam lengkap dengan kerupuknya itu. Ia diam beberapa saat tak merespon.
Rendra duduk di sebelah kanan Ayna. Kembali menyodorkan semangkuk bubur ayam yang dibawanya.
"Makanlah Ayna, kasihan anak yang ada di kandunganmu. Apa kau tega membuatnya kelaparan?"
"Aku akan memakannya setelah kau pergi."
Ucap Ayna menerima semangkuk bubur ayam."Baiklah, aku akan pergi. Ku harap kau akan menghabiskannya."
"Aku berjanji."
Rendra beranjak dari duduknya. Ia meninggalkan Ayna di taman, dan berjalan menuju kamar. Mengambil berkas penting untuk meeting hari ini. Seperti biasa ia akan pergi ke kantornya pukul 7 pagi dan kembali ke rumah pukul 7 malam.
Dengan setelan jas hitamnya Rendra memasuki kantornya. Beberapa orang pegawai menyapanya ramah, tak ada senyuman. Hanya wajah datar yang selalu ia tampakkan.
Cklek...
"Clara..."
"Pagi Ren, aku udah ga sabar ketemu sama kamu sayang."
"Apa yang kamu lakukan di kantorku."
"Sayang, aku kangen sama kamu. Apa kamu ga kangen sama aku?" ucap Clara menghambur memeluk Rendra yang tampak mematung melihatnya.
"Enggak, pergilah. Aku tak mau melihatmu." ucap Rendra seraya melepaskan pelukan Clara.
"Enggak, Ren, Aku mencintaimu dan aku tahu kaupun mencintaiku."
"Simpan omong kosongmu. Aku tidak mencintaimu. Dan sekarang pergilah dari kantorku. Jangan membuat mood ku hancur karena kehadiranmu yang sangat tidak pernah aku harapkan"
"Atau ku panggil satpam untuk mengusirmu secara tidak hormat dari sini." lanjutnya
"Baiklah sayang, aku akan pergi sendiri. Kamu tidak perlu repot-repot memanggil satpam untuk menyuruhku pergi. Tapi aku tak akan menyerah untuk mendapatkanmu kembali, sayang." ucap Clara sambil menepuk pipi Rendra.
***
Kedatangan Clara membuat mood Rendra sedikit hancur. Ia menjadi tidak fokus dengan pekerjaannya. Setelah sekian lama Clara menghilang tanpa kabar kini mantan kekasih Rendra itu tiba-tiba datang di saat yang tidak tepat. Di saat Rendra mulai menaruh hati pada Ayna, gadis kecil yang telah ia buat menderita dengan tangannya sendiri kini justru ia mencintainya. Memang benar kata orang jika benci itu bisa jadi cinta. Dan inilah yang saat ini Rendra rasakan.
Rendra menatap arlojinya yang melingkar sempurna di tangan kirinya. Pukul 11 siang. Dan 3 jam lagi ia harus meeting dengan klien. Ia tak mau membuat kontrak kerjanya dengan pak Widodo batal hanya karna moodnya yang sedang tidak baik karena kedatangan Clara.
Rendra berniat akan merefresh otaknya dengan pergi keluar kantor untuk melupakan kejadian pagi tadi. Ia ingin melupakan Clara dan fokus pada pekerjaannya.
Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia tak tahu akan pergi kemana. Ia melingak melinguk ke arah jendela mobil. Kali ini pandangannya tertuju pada taman kecil di seberang jalan. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi kesana.
Rendra memarkir mobilnya sempurna. Kemudian ia melangkahkan kaki menuju sebuah bangku kosong di bawah pohon. Teduh.
Ia menjatuhkan tubuhnya di bangku yang bercatkan putih itu. Ia merogoh ponselnya di saku celana. Mencari kontak telepon rumahnya. Ia menelpon rumah untuk memastikan keadaan Ayna.Sedangkan di sebuah rumah disana terdengar suara dering telepon. Karena bi Minah sedang sibuk menjemur baju di luar. Ayna mengangkatnya.
"Assalamualaikum." ucap Ayna membuka percakapan.
"Waa..waalaikumussalam." ucap Rendra di tempat yang berbeda. Ucapanya sedikit terbata. Mengingat ia tak pernah mengucap salam. Dan ia harus membalas salam dari Ayna. Ya, Rendra tahu. Itu adalah suara Ayna karena bi Minah tak biasa mengucap salam kepadanya.
"Halo, ini dengan siapa?"
"Saya Rendra."
"Oh pak Rendra ada apa?"
"Saya hanya ingin mengetahui keadaanmu. Apa kau sudah makan siang?"
"Saya baik, dan Alhamdulillah saya sudah makan siang." ucap Ayna datar.
"Baiklah, hanya itu yang ingin saya tanyakan. Was salamualaikum." ucap Rendra mengakhiri obrolan.
"Waalaikumussalam warohmatullah."
Baru pertama Rendra menelpon ke rumah dan yang menjawab Ayna. Hatinya berdesir. Ada sesuatu menyusup ke dalam hatinya. Suara gadis itu merdu dan lembut. Membuat hatinya berdetak tak biasa. Apalagi hari ini Ayna telah berhasil membuat pria itu mengucapkan salam. Suatu kalimat yang tak pernah ia ucapkan setelah sekian lama.
Seulas senyum lolos dari bibirnya. Pikirannya kini tertuju pada gadis polos itu dan niatnya untuk mengenyahkan Clara dari pikirannya berhasil.