Lanjutt.....
.
.
.Mohon maaf atas ketidaknyamanan pembaca, karena sudah sangat lama saya tidak mengupdate cerita ini. Insyaallah sy akan berusaha membagi waktu saya untuk menulis dan aktif di wattpad lagi.
Hatur nuhun.7 bulan sudah ayna mengandung. Perutnya kian membesar dan berat badannya semakin naik. Tapi itu semua tak melunturkan cinta dan kasih sayang Rendra padanya. Rendra semakin menyayangi istrinya dan calon anak yang ada di kandungannya. Namun dibalik itu semua, Clara masih menyimpan dendam yang amat luar biasa yang akan mengancam keharmonisan keluarga kecil Rendra
"Tunggu saja tanggal mainnya sayang, kamu akan tahu sendiri. Aku tidak akan pernah main-main dalam hal ini." ucap Clara di samping jendela apartemen mewah miliknya.
Clara telah menyusun rencana untuk membunuh bayi yang ada di kandungan Ayna, karena bila bayi tersebut lahir. Rendra akan semakin cinta pada gadis kampung itu.
Perlahan namun pasti ia melajukan mobilnya ke sebuah taman di ujung kota. Ia dan beberapa anak buahnya akan merencanakan aksi jahatnya kepada Ayna.
***
"Bi, Ayna mau pergi keluar sebentar ya, " ucap Ayna kepada Bi Minah di sela-sela pekerjaannya memasukkan baju ke lemari pakaiannya .
"Emang non mau kemana?" tanya bi Minah penasaran.
" Ayna mau belanja ke super market Bi."
"Biar Bibi temani non."
"Tidak perlu Bi, Ayna saya pak Amin saja. Hanya sebentar kok. Bibi bisa melanjutkan memasak untuk Mas Rendra."
"Yaudah, non hati-hati ya."
"Iya Bi. " balas Ayna sebelum melenggang meninggalkan Bi Minah.
Setelah siap. Ayna bergegas menyuruh pak Amin, supir pribadinya untuk mengantarkannya ke super market.
"Ayo pak, keburu siang." pinta Ayna kepada pak Amin yang sedang mengelap kaca mobil.
"Iya non, tunggu sebentar." balas pak Amin.
Sejurus kemudian pak Amin siap mengantarkan majikan cantiknya itu ke super market.
Di dalam mobil terjadi dialog singkat antara pak Amin dan Ayna."Kok tidak sama tuan saja non?" tanya pak Amin sambol menyetir mobilnya.
" Mas Rendra kelihatannya sibuk, pak. Nanti ia kecapaian. Biar Ayna saja. Tak apa. Toh kan hanya belanja."
"Kenapa tidak sama Bi Minah, non." balas pak Amin.
"Ah pak Amin kepo deh." jawab Ayna menggoda.
"Hehe, ya gapapa atuh non. Kan untuk kebaikan non."
"Ayna bercanda pak, Bibi biar masak saja. Nanti kalo mas Rendra pulang biar langsung makan."
"Oh begitu... "
"Iyaa, pak de. Kapan nih sampainya, masih lamakah?" tanya Ayna.
"Sebentar lagi sampai non." jawab pak Amin.
***
Di rumah, Bibi yang merasa cemas akan keadaan Ayna langsung saja menelpon Rendra. Untuk mengabarkannya perihal Ayna yang pergi sendiri ke Super Market.
"Halo, tuan "
"Halo, bi ada apa." tanya Rendra penasaran.
"Tuan, kok Bibi merasa cemas. Non Ayna ke super market sendirian."
"Kok tidak bibi temani?" Tanya Rendra.
"Sudah, tapi non Ayna menolak. Non pergi diantar pak Amin, tapi perasaan Bibi khawatir saja dengan kehamilannya."
"Yaudah bi, Rendra akan susul Ayna. Bibi ga usah cemas."
"Baik tuan." jawab Bi Minah mengakhiri dialog merek Berdua.
***
Sudah lama Clara tak muncul di hadapannya, terakhir 3 bulan yang lalu Rendra bertemu dengannya. Membuat Rendra lengah dari wanita itu. Rendra ingat, akan kata-kata Clara beberapan bulan yang lalu hendak mengancurkan keluarganya. Dan ketidakhadirannya di hadapan Rendra bisa jadi adalah rencananya untuk membuatnya lengah.
Rendra memacu mobilnya lebih cepat. Pikirannya berkelebat kepada keselamatan istrinya.
.
.
.