Bag 18

6.5K 217 9
                                    

  Sudah lama Clara tak muncul di hadapannya, terakhir 3 bulan yang lalu Rendra bertemu dengannya. Membuat Rendra lengah dari wanita itu. Rendra ingat, akan kata-kata Clara beberapan bulan yang lalu hendak mengancurkan keluarganya. Dan ketidakhadirannya di hadapan Rendra bisa jadi adalah rencananya untuk membuatnya lengah.

  Rendra memacu mobilnya lebih cepat. Pikirannya berkelebat kepada keselamatan istrinya

***

  Rendra memacu mobilnya menuju supermarket biasa Ayna belanja.
Hatinya cukup lega karena 10 menit lagi sampai pada tempat yang ia tuju.
Ia memacu mobilnya lebih cepat lagi, dan tiba-tiba ia mendapati sebuah mobil yang tak asing baginya. Ya, mobil Clara Claudia, sang mantan kekasihnya.

  Pikirannya menjadi tidak tenang, saat mobil Ayna pun nampak membelok menuju supermarket diikuti mobil Clara.  Rendra mengejar kedua mobil yg ada di hadapannya.

  Nampak biasa saja, tidak ada tindakan mencurigakan yg dilakukan Clara. Tapi Rendra yakin, dibalik itu semua ia telah menyusun rencana jahat untuk istri dan calon anaknya.

Mobil Ayna terparkir rapi bersama deretan mobil mewah lainnya.

" Makasih ya pak," ucap Ayna sesaat setelah mobil itu berhenti.

"Sama-sama non, non Ayna gak papa sendirian?" tanya pak Amin sebelum Ayna membuka pintu mobil.

"Engga apa-apa pak, bapak ini khawatir sekali sama Ayna." balasnya.

"Ya, kata tuan kan. Saya harus menjaga non Ayna."

"Udah pak gak apa-apa. Ini kan tempat umum. Insyaallah aman terkendali."

"Yaudah non, hati-hati ya."

"Iya pak, mari."

  Di seberang sana. Nampak Clara tengah mengamati dengan saksama, anak buahnya segera beraksi dan sebentar lagi niat jahatnya akan segera ia realisasikan kepada Ayna dan calon buah hatinya.

  Rendra memarkir mobilnya agak jauh dari mobil Clara dan Ayna.
Ia berjalan cepat mencari keberadaan Ayna yang sudah lepas dari pandangan matanya.

  Di arah yg berlawanan, Rico dengan sepeda motornya siap menabrak Ayna yang tengah berjalan santai dan tidak mengetahui bahwa bahaya sedang mengancam dirinya dan calon buah hatinya.

  Mula-mula Rico membawa motornya perlahan, agar tak mencurigakan. Kemudian beberapa meter di depan Ayna ia sedikit mempercepat laju motornya untuk menyerempet wanita itu.

Dikejauhan Rendra yang melihat hal itu langsung berlari menuju Ayna.

Rico yang sudah siap menyerempet wanita itu. Tidak menyadari akan keberadaan Rendra.

Rendra memanggil nama Ayna, sebelum sesaat motor itu mengenai tubuh Rendra.

Bruukk!!

  Rendra mendorong tubuh mungil Ayna menghindari motor yang hendak mencelakakan dirinya. Namun motor itu masih berhasil  mengenai tubuh  Rendra hingga Rendra terjatuh.

  Sesaat kemudian Ayna berteriak minta tolong.
Orang-orang disekitar yang melihat kejadian itu segera membawa Rendra ke mobil dan melarikannya ke rumah sakit.

  Di kejauhan, Clara mendengus kesal karena Rico menggagalkan rencananya. Bahkan malah melukai lelaki pujaan hatinya.

  Di dalam mobil mata Ayna sudah sembab oleh air mata yang tak henti-hentinya jatuh menangisi suaminya yang tak berdaya. Pak Amin yang tidak tahu apa-apa sangat menyesal membiarkan Ayna sendirian ke supermarket. Terlebih ia masih bertanya-tanya akan kejadian yang menimpa Rendra, majikannya. Bagaimana Rendra bisa bertemu Ayna dan terserempet motor hingga terluka cukup parah. Namun Semua pertanyaan yang memenuhi pikirannya segera ia urungkan. Karena situasi yang ia rasa belum tepat. Ayna masih menangis dan memanggil-manggil nama Rendra.

"Mas bangun mas, maafin Ayna."

Ucap Ayna tersedu-sedu. Memegangi wajah Rendra yang tak sadarkan diri.

***

Sampai di rumah sakit.

  Ayna menunggu di ruang tunggu bersama pak Amin. Melihat Ayna yang belum usai menangis. Pak Amin merasa tak tega. Ia berulang kali menenangkan Ayna hingga akhirnya wanita itu tak menangis lagi.

"Sudah non, jangan menangis terus. Kita doakan tuan agar tidak terjadi apa-apa dan segera sembuh."

  Ayna mengusap bulir air matanya yang hendak terjatuh lagi. Benar kata pak Amin. Sebaiknya ia mendoakan kesembuhan suaminya bukan hanya menangisinya.

"Terima kasih pak." ucap Ayna.

.
.
.





Mawar PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang