Bag 11

6.2K 246 3
                                    

Ayna memasukkan beberapa potong wortel kedalam panci. Siang ini ia akan memasak sop iga. Bi Minah tampak sumringah melihat tingkah Ayna yang cekatan dalam memasak. Tak hanya cantik dan sholihah gadis ini juga pintar masak cocok untuk den Rendra. Pikirnya.

"Bi, kok senyum-senyum. Ngelamunin apa nih?"

"Eh enggak non, bibi cuma mikirin non Ayna."

"Loh kok mikirin saya bi, emang saya kenapa?"

"Non Ayna itu ya sudah baik, cantik, pinter masak solihah pokoknya top banget lah. Cocok sama aden." ucap bi Minah sambil mengacungkan jari jempolnya.

Ayna diam tak menanggapi ucapan bi Minah yang terlihat bahagia penuh senyum itu. Cocok dengan Rendra? Lelaki yang sudah menodainya itu. Lelaki yang amat ia benci. Yah walaupun ia sudah memaafkan. Namun untuk melupakan hal yang pernah terjadi tak semudah membalikkan telapak tangan bukan?

"Maaf, Bibi nda ada niat buat.. "

"Tak apa bi, Ayna tidak marah." selanya.

"Bibi hanya ingin den Rendra kembali seperti dulu. Dan Bibi bisa melihat sedikit demi sedikit den Rendra telah berubah karena non Ayna. Bibi ingin den Rendra mendapatkan gadis seperti non Ayna. Walaupun den Rendra tak pantas bersanding dengan gadis sebaik non. Tapi Bibi bisa melihat kalo Aden itu menyukai non Ayna kok."

"Jangan mengada-ada bi, mana mungkin pak Rendra menyukai saya."

"Suatu saat non akan tahu."

Ayna lebih memilih diam, melanjutkan memasaknya dan Bi Minah kembali ke depan rumah.

***

Makanan sudah tersaji di meja makan.  Hari ini Rendra pulang lebih awal karena tugas yang tak begitu banyak dan sudah ia selesaikan dengan cepat. Akhir-akhir ini ia ingin cepat pulang ke rumah. Entah karena bosan di kantor atau ingin bertemu dengan Ayna lebih lama. Ia selalu merindukan gadis itu ketika berada di kantor.

Rendra berjalan kedalam rumah. Ia sengaja menuju dapur untuk melihat Ayna. Gadis itu tengah memasak. Rendra memperhatikan sekilas kemudian berlalu menuju kamarnya.
Di dalam kamar ia mengganti baju kerjanya dengan dengan baju casual rumahan ,kaos biru dan celana selutut menjadi pilihannya.

Hari ini Ayna memasak sop iga. Kemarin ia memasak sop iga. Sepertinya sop iga menjadi makanan favoritnya akhir-akhir ini. Bi Minah tidak melarang. Ia membiarkan gadis itu memasak sesukanya karena sepertinya itu bawaan jabang bayi yang sedang dikandungnya alias ngidam.

Rendra sudah duduk di meja makan sambil memainkan ponselnya. Ia tengah menunggu masakan-masakan buatan Ayna tersaji diatasnya.
Beberapa menit kemudian Ayna meletakkan beberapa makanan di meja. Ada sop iga, tahu dan tempe goreng ,ayam goreng serta tak ketinggalan nasinya sudah memenuhi meja. Ayna menatap Rendra setelah menyajikan makanan di meja. Ia heran mengapa lelaki itu sudah pulang. Dan tatapannya itu membuat Rendra mendongak seketika dan menatap Ayna balik. Segera ia memalingkan wajahnya dan berlalu meninggalkan Rendra. Namun baru beberapa langkah ia berjalan Rendra memanggilnya dan menyuruhnya makan bersamanya.

"Duduk dan makanlah, aku ingin makan bersamamu."

Ayna mengangguk mengiyakan.

Suasana makan yang dingin, tak ada obrolan yang keluar dari mulut mereka berdua. Hanya suara sendok dan garpu yang memecah kesunyian. Namun tetap saja sunyi. Hingga akhirnya Rendra membuka suara.

"Sop iga yang enak. Darimana kau bisa memasak makanan selezat ini Ayna?"

"Eum.. Saya belajar masak dari Ibu saya pak."

"Sepertinya Ibumu itu jago memasak yah."

"Iya." jawab Ayna singkat.

"Aku pikir sop iga akan menjadi makanan favoritku akhir-akhir ini."

"Aku harap jika kau berbicara, tataplah orang yang kau ajak bicara." lanjutnya.

"Maa maaf pak."

"Ayna.."

"Iya?" Ayna mendongakkan wajahnya dan menatap Rendra.

"Jangan gugup aku tidak akan memakanmu." ucap Rendra memecah keheningan diantara mereka berdua. Senyum Ayna lolos dari bibirnya menambah kecantikannya. Sepertinya Rendra sekarang bukanlah Rendra yang dulu, benar kata Bi Minah. Rendra sedikit demi sedikit telah berubah. Wajah datarnya kini berganti dengan wajah sumringah. Sikapnya yang dingin kini juga mulai berubah menjadi sedikit humoris.

"Kau tampak cantik jika tersenyum."
Ucapan Rendra berhasil membuat hati Ayna berdesir.

"Ayna. Aku ingin bicara padamu nanti malam. Aku tunggu di taman belakang jam 7"

Ucap Rendra mengakhiri obrolan.

***

Ayna melipat mukenanya kembali setelah mengakhiri doanya.
Ia mengenakan jilbab instan berwana biru muda.
Setelahnya ia berjalan menuju taman belakang untuk menemui Rendra.

Di kejauhan nampak Rendra tengah duduk sambil melamun.
Ayna berjalan menghampiri Rendra. Rendra yang tengah asik melamun seakan tak menyadari akan kehadiran wanita di sampingnya.

"Mm... Maaf pak."

"Oh, Ayna.  Maaf saya tidak tahu. Duduklah."

Ayna duduk di sebelah Rendra. Jaraknya agak berjauhan sehingga ia duduk berada di ujung bangku.

"Mm.. Ayna.." Rendra menatap lekat kedua mata gadis yang kini berada disampingnya.

"Aku mencintaimu." lanjutnya.

Mendengar ungkapan Rendra, sontak mata Ayna yang tadinya menatap Rendra kini menunduk. Hatinya berdegup kencang. Tak menyangka perkataan itu akan keluar dari bibir Rendra.

"Ay.. Aku serius. Aku benar-benar mencintaimu. Aku akan menikahimu dan mempertanggungjawabkan perbuatanku padamu."

"Aku harap kau akan menerimanya. Karena kau telah mengandung Anakku Ay. Di perutmu itu ada darah dagingku. Kau pasti takkan tega memisahkanku dengannya kan?" lanjutnya.

Ayna diam. Mencerna setiap ucapan Rendra. Benar ia telah mengandung anaknya. Bahkan pernah mencintai sosok yang tak ia harapkan menjadi pendamping hidupnya ini. Namun ia tak mungkin membuat jarak anak dengan ayah kandungnya. Pikirannya berkelebat. Bingung.

"Jawablah Ay."

"Sa... Saya. Akan memikirkannya pak."

"Besok ku tunggu jawabanmu. Di tempat ini dan di jam ini."

"Mm.. Baiklah. Sa.. Saya permisi dulu."
Ucap Ayna dan berlalu meninggalkan Rendra.
Tanpa sepengetahuan Ayna Rendra berjalan mengekor dibelakangnya. Rendra mengamati tingkah gadis itu. Sepertinya ia menangkap kegelisahan pada gadis yang kini dicintainya itu.

Bersambung~

Mawar PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang