Pagi telah menyapa, saat semua orang masih terlelap dalam tidurnya, Ayna sudah bangun 1 jam sebelum matahari menampakkan wajahnya. Seperti biasa ia mencuci baju dan membereskan keperluannya. Karena setelah kuliah ia harus bekerja.
Sudah 1 jam lamanya, dosen bahasa indonesia masih belum menampakkan wujudnya. Di kelas para mahasiswa yang sudah bosan menanti ada yang pergi ke kantin atau bahkan pulang. Tiba-tiba salah seorang mahasiswa yang tak lain adalah asisten dosen alias asdos itu mengabarkan bahwa Pak Aji tidak masuk dan memberikan tugas kelompok.
Masih ada 90 menit, sebelum Ayna berangkat bekerja. Ia memanfaatkan waktunya untuk menyelesaikan tugas kelompoknya bersama Satria yang kebetulan 1 kelompok dengannya. Mereka mengerjakan tugas kuliah di perpus dengan sedikit pembicaraan yang ringan.
"Ayna.. " ucap Satria memulai obrolan
"Iya?" jawab Ayna sambil terus membuka-buka buku tanpa menoleh ke sumber suara.
"Jangan terlalu serius, aku sudah mendapatkannya Ay."
"Benarkah? Aku hanya ingin segera menyelesaikan tugas Sat, bentar lagi aku harus pulang."
"Iya, tak usah khawatir aku bisa mengerjakannya. Kau pulang saja Ay."
"Jangan, biarlah aku membantumu, lagi pula ini kan tugas kelompok. Tidak fer namanya jika hanya kamu yang ngerjain."
"Yaudah, kita kerjain sama-sama. Ini aku udah dapet referensinya. Kamu salin aja dulu."
Setelah 1 jam berada di perpustakaan dan menyelesaikan tugas kelompok. Ayna pulang diantar Satria. Sebenarnya Ayna sudah menolak, namun karena ia buru-buru akhirnya dengan terpaksa Ayna pulang bersama Satria.
Setelah bersiap, Satria masih setia menunggu Ayna di depan kos.
"Kamu tidak pulang Sat?"
"Aku akan mengantarkanmu dulu Ay."
"Mengapa? Bukankah tadi mamamu menelponmu untuk menjemputnya di super market?"
"Iya.. Tapi aku merasa khawatir padamu. Biar aku yang mengantar kamu ke tempat kerjamu dulu."
"Ayna sudah besar Satria, Tak perlu khawatir padaku, Kau jemput mama mu saja. Biar aku naik ojek. Aku sudah menelpon bang jono ojek langgananku."
"Bener begitu Ay?"
"Iya sudah sana pergi."
"Ngusir nih?"
"Bukan ngusir, Tapi ntar kasian mamamu menunggu kelamaan."
"Yaudah, aku pergi. Nanti kalau sudah sampai di tempat kerja. Hubungi aku."
"Siap, pak bos. Hati-hati di jalan."
Ucap Ayna sambil melampaikan tangannya.Satria berlalu dan meninggalkan seulas senyum terbaiknya untuk Ayna.
***
Rendra mengendarai mobilnya menuju sebuah toko buku di pojok jalan. Menurut orang suruhan Rendra gadis itu bekerja di toko buku tersebut.
Rendra menghentikan mobilnya saat mengetahui Ayna berjalan menuju toko. Dengan segera Rendra memerintahkan anak buahnya untuk membawa Ayna ke mobil.
Ayna heran melihat 2 orang lelaki berjalan menuju kearahnya dan menatapnya tajam. Namun ia tak menghiraukan dan terus berjalan. Hingga saat sudah di depannya tiba-tiba 2 orang lelaki itu menyeretnya masuk ke sebuah mobil. Tak ada perlawanan karena tangan Ayna sudah diikat.
Jalanan yang masih tampak lengah dan belum ramai dimanfaatkan mereka untuk segera menyeret Ayna masuk ke dalam mobil. Dengan cepat setelah Ayna duduk di belakang Rendra mengendarai mobilnya dengan kencang.
Di dalam mobil Ayna berontak, namun ia tidak bisa melakukan perlawanan apapun untuk menyelamatkan dirinya karena mulut yang sudah di bekap dan tangan yang diikat.
***
Sampai di Jakarta.Ayna tertidur di mobil beberapa jam. Setelah sampai di rumah. Rendra memerintahkan anak buahnya untuk menyeret Ayna masuk ke dalam.
Ayna merasa tubuhnya diseret lantas bangun seketika. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Narendra Hadinata? Ada urusan apa dia denganku. Mengenalnya pun tidak. Batin Ayna.
"Ada urusan apa Bapak membawaku kemari?"
"Diam! Jangan banyak bicara. Aku tak mau mendengar ocehanmu itu."
"Saya tidak akan diam sebelum Bapak menjawab pertanyaan saya. Mengapa Bapak melakukan ini pada saya?"
"Jadi kau mau tau mengapa aku membawamu kemari?" tanya Rendra.
Ayna hanya mengangguk mengiyakan."Kau kemari untuk menjadi budakku."
"Apa maksud Bapak, apa salah saya sehingga Bapak hendak menjadikan saya budak."
"Masih belaga lugu kau! Tidak usah pura2 tidak tahu. Karena ayahmu yang kepar*t itu, kedua orang tuaku meninggal di hari bahagia mereka. Dan adikku.. Adiku juga harus pergi meninggalkanku tanpa pernah aku melihatnya,itu semua karena ayahmu yang buta itu." ucap Rendra berapi-api. Ia sudah tak tahan menahan emosinya.
Ayna menangis tergugu mendengarkan penjelasan Rendra. Seketika pikirannya kembali mengingat ayahnya yang telah meninggal.
"Bapak tolong jangan mengatai ayah saya seperti itu. Beliau adalah ayah yang baik. Bukankah kematian adalah takdir Allah. Kalau Bapak menyalahkan ayah saya atas kejadian tersebut. Bapak terlalu kejam. Karena saat itu pula Allah juga merenggut nyawa ayah saya."
"Persetan dengan ucapanmu itu, kau disini akan menjadi budakku. Untuk membalaskan dendamku selama ini."
Rendra pergi meninggalkan Ayna yang masih terus menagis dan menyuruh anak buahnya untuk melakukan tugasnya.
"Cepat seret gadis kampung itu dan masukan ke gudang."
Mendengar intruksi dari sang Bos. Mereka dengan segera menyeret Ayna masuk ke dalam gudang.