Bag 13

5.8K 244 1
                                    

   Hari ini adalah hari dimana Rendra dan Ayna akan melangsungkan acara pernikahan mereka. Begitu cepat, setelah seminggu Ayna memantapkan hati untuk menerima lamaran Rendra. Dengan cepat Rendra langsung memproses segala keperluan menikahnya. Tidak semewah pernikahan rekan-rekan kerjanya. Tapi tetap saja pernikahan ini terasa sangat mewah bagi Ayna.

   Gadis itu duduk di depan meja rias, menatap rona wajahnya dari pantulan cermin yang berada tepat di depannya. Bi Minah dengan telaten mengurus segala keperluan Ayna. Ia tak mengenal siapapun di Jakarta. Hanya Asisten rumah tangga dan sopir pribadinyalah yang ia kenal selain Rendra.

   "Aduh, cantik sekali non Ayna."

   "Ah, Bibi bisa saja. Ada apa bi?"

   "Non, sudah ditunggu di bawah."

   "Oh baiklah,bi. Sebentar lagi Ayna turun, Bibi tunggu Ayna sebentar yah."
     Sekali lagi ia menatap pantulan wajahnya di cermin. Ada sedikit ada rasa canggung saat melihat dirinya mengenakan gaun seindah itu. Gaun berwarna coklat muda dengan perpaduan brokat yang indah akan menyihir siapapun yang melihatnya. Elegan namun tak terkesan glamor.

   Ia langkahkan kaki dengan perlahan di gandeng oleh Bi Minah dan sang perias. Hatinya tiba-tiba berdegup kencang saat langkahnya sampai pada tempat dimana Rendra telah mengucapkan Ijab Qabul dan sah menjadi suaminya. Mata indahnya menatap seorang pria tampan berjas hitam di depannya. Kemudian mencium tangannya hormat.

   Rendra tersenyum simpul memandang kecantikan sang istri. Dikecupnya kening Ayna dengan lembut. Para tamu undangan pun demikian. Wajah cantik Ayna menjadi sorot utama para tamu undangan.

   Rendra menjabar tangan sang istri dan membawanya ke pelaminan.
Beberapa rekan kerja Rendra memuji akan kecantikan Ayna. Rendra tersentum dan melirik ke arah Ayna sekilas acapkali rekan-rekannya memuji kecantikkan istrinya.

   "Istrimu cantik sekali, berhijab pula. Dari mana kau mendapatkan bidadari secantik ini Ren?"
  
    "Tentu saja, kan aku tampan. Kau tidak perlu tau aku dapat darimana hanya aku saja yang tau" ucap Rendra dengan pedenya.

  "Sudah, kau cari gih tambatan hati biar ga jomblo terus. Inget umur juga." lanjutnya.

   "Iya-iya yang udah nikah." jawab Rama sedikit malas.

  Rendra tertawa menang.

   Acara berlangsung hingga malam hari dilanjut dengan pesta kecil untuk tamu undangan, malam itu Denis mantan asisten pribadi Rendra hadir. Dengan amat menyesal ia mengungkapkan segala permohonan maaf kepada Rendra dan Ayna. Dan berharap ia bisa berkawan lagi dengan Rendra. Rendra memaafkan. Dan Ayna juga demikian. Malam itu di Ballroom Hotel Florida ramai akan pesta pernikahan Rendra dan Ayna. Dengan Berbalut gaun putih dan Pelaminan yang terhias mewah dengan aneka bunga dan dekor yang serba putih membuatnya begitu elegan. Rangkaian mawar putih tersusun indah di setiap penjuru ruang. Warna kesukaan Ayna.

   Setelah berlelah-lelah seharian menyambut para tamu undangan tibalah saat mereka berdua istirahat.
Ayna terlihat canggung saat melihat Rendra yang selesai mandi dengan berbalut handuk yang menampakkan dada bidangnya. Ia mengalihkan pandangannya saat Rendra menatapnya.

   Rendra yang mengetahui kecanggungan Ayna sengaja mendekatinya.

  "Sayang, " ucapnya sambil menepuk bahu Ayna.

  Ayna menoleh seketika saat namanya dipanggil,
   "Ah, em.. Mas kok gak ganti baju dulu." ucapnya terbata kemudian menundukkan pandangannya.

   "Kok canggung begitu, kan aku suami kamu. Udah halal dong." goda Rendra sambil mendongakan dagu Ayna agar menatap dirinya.

   "Mm... Iya, udah halal tapi mas ganti baju dulu gih."

    "Kalo aku mau kamu yang gantiin gimana yang?" goda Rendra. Seketika mata Ayna membulat tak percaya.

   "Mas kan bisa ganti sendiri."

   "Tapi mas mau kamu yang gantiin gimana, menolak permintaan suami itu gak baik loh." ucapnya dengan senyum menggoda. Ah benar-benar menggoda. Wajah Ayna kembali bersemu merah.

   "Tidak sayang, aku hanya bercanda kok, yaudah mas ganti baju dulu."

  "Iya udah, aku ke kamar mandi dulu mau mandi juga." ucapnya dan berlalu menuju kamar mandi.

   Setelah mandi Ayna beranjak ke ranjang yang sudah didekor indah ala-ala kamar pengantin baru dengan aneka bunga.

   Rendra mengusap lembut rambut Ayna yang tergerai indah. Hatinya tiba-tiba berdesir menatap wajah yang telah tidur di pangkuannya. Tangannya membelai lembut bibir Ayna seraya menciumnya. Disentuhnya pipi gadis yang dulu dibencinya itu. Beberapa ingatan tentang sikapnya dulu kembali mengiris hatinya. Namun segera ia buang jauh-jauh pikiran itu. Ia akan berjanji selalu menjaga Ayna dan membahagiakannya.

  
  

Mawar PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang